Komunikasi yang direncanakan mengacu pada strategi komunikasi yang berbasis Target Audiens dengan menggali consumer insight seperti yang dipaparkan oleh Djito Kasilo dalam Komunikasi Cinta(2008: 76).
Karena target audiens yang dituju adalah perusahaan berbentuk perseroan yang memiliki kredibilitas dan mapan dengan karakter professional maka pendekatan komunikasi lebih diarahkan pada personifikasi 2 karakter yang memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan dalam hal perekrutan tenaga kerja, yaitu HRD dan pimpinan.
Dalam proses perekrutan tenaga kerja, tentunya perusahaan akan melihat sisi positif atau keunggulan dari calon karyawan. Hal ini diterapkan pada kampanye ini dengan mendeskripsikan hal-hal positif yang berkaitan dengan keahlian tuna netra.
Pendekatan yang digunakan adalah pada setiap jalan prosesnya, semua tetap dilakukan sesuai prosedur penerimaan pegawai pada umumnya, hanya saja yang membedakan adalah penempatannya. Penempatan ini disesuaikan dengan kualifikasi tuna netra. Diberikan pemaparan informasi mengenai alternatif keahlian para tuna netra serta pandangan tuna netra sebagai asset perusahaan dalam tiap kampanyenya. Pendekatan tetap dilakukan seprofesional mungkin karena inti pesannya bukanlah menyampaikan keibaan, namun pemerataan kesempatan dan pengakuan atas kemampuan tenaga kerja tuna netra. Nantinya target audiens diharapkan dapat menilai tuna netra dengan objektif tanpa dipengaruhi paradigma awal yang mendiskriminasikan tuna netra.
Selain itu, dengan cara ini, meskipun ada fasilitas yang memang perlu ditambahkan untuk mengefektifkan kerja dari tuna netra, hal ini tidak akan adipandang sebagai “tidak efisien” melainkan memang tanggung jawab social perusahaan untuk memberikan fasilitas kerja bagi karyawannya sehingga dana yang keluar tidak akan menjad masalah karena merupakan transformasi bentuk dari CSR, misalnya. Alasan ini dapat menjadi modal awal sehingga perusahaan semakin memandang dukungan fasilitas ini memang worth it sebagai asset.
Leave a Reply