Berita

Poster youtube dengan 15 foto pembicara

Press Release – Digital Confident Employer Webinar 2021

1592 894 suarise

Bangun Percaya Diri Merekrut Tenaga Kerja Disabilitas

Jakarta, 30 November 2021 – Menurunnya kondisi kesehatan, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan selama Pandemi Covid-19 berdampak signifikan bagi semua lapisan masyarakat, tidak terkecuali bagi angkatan kerja penyandang disabilitas. Salah satu risiko yang ditimbulkan akibat pandemi yakni minimnya kesempatan kerja karena organisasi menahan diri merekrut tenaga kerja disabilitas.

Padahal UU Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dengan jelas menyebutkan bahwa setiap penyandang disabilitas berhak mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kehidupannya. Selanjutnya, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2020 menyebutkan bahwa saat ini 17,95 juta orang penduduk usia kerja (15 tahun
dan lebih) merupakan penyandang disabilitas. Berdasarkan data tersebut, 8 juta orang masuk ke dalam angkatan kerja. Namun, hanya 7,68 juta orang yang bekerja, sementara 319 ribu lainnya menganggur.

Di tengah dinamika situasi pandemi, tidak hanya kondisi ketenagakerjaan, situasi organisasi juga berada dalam tekanan. Rendahnya kesadaran pada potensi keahlian, asumsi investasi tinggi, serta minimnya rasa percaya diri menjadi penyebab organisasi maupun perusahaan enggan merekrut tenaga kerja disabilitas.

Oleh karena itu, guna menggeser paradigma dan preferensi para pengguna perekrut tenaga kerja, butuh kesaksian dari para pengguna jasa pekerja disabilitas. Tujuannya untuk meningkatkan kepercayaan diri merekrut tenaga kerja disabilitas. Sehingga, mereka yang semula belum yakin merekrut penyandang disabilitas menjadi siap rekrut dan bekerja bersama disabilitas.

Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional tahun 2021, Suarise bersama DNetwork Jaringan Kerja Disabilitas, dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyelenggarakan Webinar bertajuk Disability Confident Employer atau Percaya Diri Merekrut Tenaga Kerja Disabilitas. Acara ini merupakan sebuah wadah yang mempertemukan ekspektasi para pemberi kerja dengan kebutuhan dunia industri untuk meningkatkan peluang kerja bagi disabilitas.

Best Practise Merekrut Tenaga Kerja Disabilitas

Acara yang diperuntukkan bagi praktisi HR, perekrut tenaga kerja, pendiri perusahaan, komunitas disabilitas, dan peminat isu disabilitas ini menghadirkan perwakilan pemerintah, organisasi internasional, serta perusahaan lokal dan multinasional. Kehadiran mereka menjadi referensi best practices untuk merekrut tenaga kerja disabilitas yang efektif dan efisien.

Direktur Bina Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Nora Kartika Setyaningrum menjelaskan mengenai urgensi pembentukan Unit Layanan Disabilitas di Tanah Air. “Disabilitas adalah isu strategis dan lintas sektoral sehingga kita harus bersatu padu dan berkolaborasi memberi perlindungan, dan penghormatan untuk memenuhi hak-hak penyandang disabilitas,” ujar Nora Kartika.

Senada dengan hal tersebut, Arina Pradhita, Project Coordinator DNetwork Indonesia menjelaskan bahwa “Penyandang disabilitas bukan lagi objek, tetapi seseorang yang berdaya dan bisa melakukan sesuatu”. Untuk itu, jelas Arina, penting bagi perusahaan untuk mempekerjakan disabilitas dengan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, meningkatkan kualitas kerja dan motivasi, serta meningkatkan moral dan empati yang memenuhi amanat UU No.8 tahun 2016.

Di sisi lain, Rahma Utami, Founder and Accessibility Consultant Suarise membahas bagaimana memulai inklusi disabilitas. Rahma memaparkan bahwa “Aksesibilitas membuat kolaborasi dengan disabilitas semakin tidak terbatas.” Menurutnya, perusahaan maupun organisasi dapat memulainya dari aksesibilitas digital dengan membuat platform digital atau aset digital yang dimiliki semakin ramah disabilitas.

Selanjutnya, Fransiska Oetami, CEO Clevio mengulas apa saja peluang kerja penyandang disabilitas khususnya di bidang teknologi. Dalam penjelasannya, Siska menceritakan sejumlah success story dari penyandang disabilitas yang kini telah bekerja di berbagai bidang. “Dengan teknologi, mereka bisa tahu banyak hal. Kita tidak boleh berasumsi. Teman-teman (penyandang disabilitas) ini memiliki kemampuan luar biasa, yang tidak terbatasi kemampuannya,” tambahnya.

Lalu bagaimana pengalaman perusahaan lokal dan multinasional dalam merekrut disabilitas? Pada forum diskusi, empat sektor industri akan berbagi pengalaman mengenai urgensi merekrut disabilitas dan bagaimana memulai rekrutmen disabilitas yang efektif dalam perusahaan/organisasi.

Keempat sektor industri dalam forum diskusi tersebut antara lain:

  1. Sektor Digital dan Media oleh Cheta Nilawaty Redaksi Tempo dan Ramya Prajna, Co-CEO Think.Web;
  2. Sektor Services, Hospitality, dan Food & Beverages oleh Tirza R. Munusamy, Director of Public Affair Grab Indonesia, dan Padmayoni Luhari, Praktisi HR di industri hospitality;
  3. Sektor Retail oleh Nurhuda Astari HR Assistant Manager Uniqlo, dan Antony Ginting, Recruitment & Selection Manager, PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.;
  4. Sektor Creative Industry oleh Nicky Claraentia Pratiwi, Chief Marketing Officer & Founder, Tenoon dan Kamu Wear.

Cerita tentang membuka peluang kerja disabilitas makin lengkap dengan menjawab bagaimana mewujudkan inklusi disabilitas yang efektif di lingkungan kerja. Diskusi panel ini menghadirkan perwakilan dari organisasi internasional serta perwakilan dari sejumlah sektor industri.

Tirza R. Munusamy, Director of Public Affair Grab Indonesia mendeskripsikan apa saja yang telah dilakukan Grab terkait inklusi disabilitas. “Kami meluncurkan Grab for good, termasuk didalamnya feature bagi teman-teman disabilitas untuk berkarya serta GrabGerak yang melayani penumpang dengan kebutuhan khusus. Kami sadar bahwa teknologi itu ada untuk
semua orang termasuk untuk orang-orang dengan disabilitas,” ujarnya.

Senada dengan Tirza, Ratna Tribuana Dewi, Sustainability Lead UNIQLO mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menjalankan inklusi disabilitas dengan mempekerjakan penyandang disabilitas sejak 2014. “Sejalan dengan filosofi Live Wear, Kami punya program respect for diversity atau menghormati keragaman. Dengan menerima, dan menghormati nilai-nilai keberagaman, itu menjadi kekuatan pendorong munculnya ide dan inovasi baru,” ungkapnya.

Terkait keberagaman, Ramya Prajna, Co-CEO Think.Web percaya bahwa ada hal-hal yang diperoleh perusahaan dengan mempekerjakan penyandang disabilitas. Keberadaan mereka memperkaya keberagaman, membuat organisasi belajar lebih terbuka, dan menghormati keberagaman. “Kami sebagai perusahaan berbasis teknologi, (dan) teknologi hadir untuk
menaikkan kemanusiaan, technology elevate humanity.”

Disisi lain, bentuk dukungan perusahaan pada penyandang disabilitas dirasakan Eko Nugroho, Manager Compensation & Benefit Jakpro. Eko memandang bahwa perusahaan tempatnya bekerja sangat memberi dukungan baik prasarana maupun moril bagi penyandang disabilitas. “Kita berkomitmen mempekerjakan teman-teman disabilitas sesuai keterampilan.
(karena) Kita punya hak dan kewajiban yang sama. Jadi perusahaan memandang setiap
orang itu sama.”

Kemudian bagi perusahaan maupun organisasi yang tertarik untuk merekrut disabilitas, Tendy Gunawan, National Programme Officer at the International Labour Organization, Jakarta Office memperkenalkan IBDN atau Indonesia Business Disability Network. “IBDN berisi perusahaan-perusahaan yang tertarik merekrut disabilitas. Kita sadar demand dan
supply tidak sesuai, sehingga keberadaan IBDN berupaya menjembatani bertemunya (antara) permintaan dan penawaran.” Tendy menambahkan bahwa pihaknya pernah melakukan sebuah penelitian pada tahun 2017. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kendala apa yang dimiliki perusahaan sehingga tidak mau merekrut disabilitas. Kemudian, jika perusahaan tersebut ternyata tertarik merekrut, mengapa perusahaan tidak inklusif. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa setiap perusahaan harus dapat menjawab tiga kebutuhan dasar dalam merekrut penyandang disabilitas.

Pertama, perusahaan harus memiliki komitmen dari CEO atau pemimpin tertinggi. Kedua, dalam perusahaan tersebut harus dibentuk tim khusus untuk menganalisis pekerjaan, menyediakan resilible accommodation, serta memberikan sosialisasi kepada rekan kerja sebelum merekrut disabilitas. Ketiga, perusahaan juga harus menyusun non discrimination
policy yang dapat menjawab bahwa inklusivitas tidak hanya diperuntukkan bagi disabilitas tetapi bagi seluruh pihak.

Pada akhir sesi, seluruh panelis mengajak organisasi maupun perusahaan agar tidak ragu merekrut penyandang disabilitas karena banyak manfaat yang diperoleh. So, just do it!

Showcase Talents

Disamping membahas peluang kerja disabilitas dan bagaimana memulai merekrut penyandang disabilitas, organisasi maupun perusahaan disajikan showcase talents. Laman landas (landing page) yang dibangun bersama Suarise dan DNetwork ini berisi profil talent disabilitas dengan kapasitas yang berbeda sesuai bidangnya masing-masing.

Nantinya, perusahaan/organisasi yang tertarik untuk mengetahui jenis keterampilan, pengalaman kerja, portofolio, hingga preferensi lokasi kerja dapat langsung mengakses laman ini. Selain rekrut langsung, perusahaan/organisasi juga dapat menggalakkan programmagang bagi para talents maupun bagi para peserta yang akan lulus pelatihan akan datang.

Selengkapnya melalui http://talents.suarise.com/showcase.

Tentang Penyelenggara

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Suarise, DNetwork, dan ILO sebagai bagian dari proyek Employment and Livelihood yang didanai oleh UN COVID-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund (COVID-19 MPTF). Diimplementasikan oleh empat badan PBB: International Labour Organization (ILO), UN Development Programme (UNDP), Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) dan UN Refugee Agency (UNHCR). Proyek ini bertujuan membantu kelompok rentan dalam pengembangan keterampilan, pekerjaan, dan kewirausahaan.

Suarise Indonesia

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan.

Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

Tak hanya itu, Suarise juga memprakarsai a11yID, komunitas Indonesia pertama untuk orang-orang dengan latar belakang teknologi yang ingin mengeksplorasi lebih banyak tentang aksesibilitas digital.

DNetwork – Jaringan Kerja Disabilitas

DNetwork adalah organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 2013 yang bertujuan untuk mendukung pemberdayaan ekonomi penyandang disabilitas di Indonesia melalui kesempatan kerja. DNetwork juga mendukung upaya perusahaan dalam menciptakan tenaga kerja yang inklusif yang menyertakan penyandang disabilitas.

DNetwork menyediakan dua layanan utama yang diperuntukkan bagi pencari kerja disabilitas, dan bagi perusahaan yang akan merekrut pekerja. Bagi para pencari kerja, DNetwork memberikan informasi kerja, pelatihan keterampilan dan profesionalisme untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan para pencari kerja, serta konsultasi pengembangan pribadi dan karir sesuai dengan minat dan kemampuan

Kemudian, bagi perusahaan, DNetwork membuka lowongan kerja untuk penyandang disabilitas, menyediakan konsultasi tentang bekerja dengan para penyandang disabilitas sebagai bagian dari persiapan perusahaan untuk bekerja dengan para penyandang disabilitas, serta melakukan diskusi dan pendampingan proses rekrutmen berdasarkan permintaan perusahaan dan ketersediaan Tim DNetwork.

3. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)

Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO adalah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang terus berupaya mendorong terciptanya peluang bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif secara bebas, adil, aman dan bermartabat. Tujuan utama ILO adalah mempromosikan hak-hak di tempat kerja, mendorong terciptanya peluang kerja yang layak, meningkatkan perlindungan sosial serta memperkuat dialog untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan dunia kerja.

Kontak Suarise:

Iin Kurniati
Public Relations Suarise
Telepon: +62 856-9774-2381
Email: [email protected]
Website: http://suarise.com

Kontak DNetwork:

Prima Ayu Lestari
Project Manager DNetwork
Telepon: +62 812-2572-0718
Email: [email protected]
Website: http://dnetwork.net

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Logo Kotex She Can Fund Indonesia

Suarise Memenangkan Kotex #SheCan Fund Indonesia

1920 1080 suarise

Beberapa waktu lalu, Rahma Utami, founder dari Suarise, mengikutsertakan diri dalam acara Kotex #SheCan Fund Indonesia untuk mendapatkan dana bantuan untuk mengembangkan gerakan inklusivitas di digital bagi penyandang disabiiltas.

Suarise ingin mendobrak stigma bahwa penyandang disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision tidak bisa berkarya di dunia digital. Oleh karena itu, Suarise berkomitmen menyelenggarakan pendidikan inklusi dan memperluas aksesibilitas digital di tanah air.

Kotex #SheCan Fund Indonesia

Selain Suarise, ada empat gerakan lain yang menjadi pemenang Kotex #SheCanFund Indonesia periode pertama, yaitu:

Melalui dana yang didapatkan dari Kotex #SheCan Fund, Suarise akan menyebarkanluaskan kesadartahuan, pengetahuan, dan pemahaman tentang potensi tunanetra untuk bekerja di sektor digital, meningkatkan peluang mereka direkrut, dan menyebarkan pengetahuan bagaimana membuat konten di website dan aplikasi ramah difabel.

Suarise akan terus mewujudkan mimpi agar seluruh platform digital #BisaDiakses. Kami percaya, aksesibilitas tidak hanya diperuntukkan bagi disabilitas, termasuk tunanetra dan low vision, tetapi juga diperuntukkan bagi masyarakat awas.

Kotex #SheCan Fund Indonesia terbuka bagi perempuan pendobrak dan penggerak di seluruh Indonesia. Untuk mendaftarkan gerakan #CewekKotexBisa untuk bisa mendapatkan pendanaan, kunjungi website Kotex #SheCan Fund.

Semoga berhasil!

#perlindungantotalantibakteri

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
seseorang dibelenggu pita kuning bertuliskan stop sambil membawa tulisan covid

Strategi Masa Pandemi, Mengubah Tantangan Jadi Peluang

2560 1707 Iin Kurniati

Tahun 2020 akan menjadi cerita yang terekam dalam jejak sejarah bangsa. Pandemi Covid-19 tidak hanya berimplikasi terhadap sisi kesehatan, tetapi juga berdampak kepada sektor ekonomi dan kelangsungan dunia usaha, termasuk pelaku usaha sosial. Kondisi ini tak terkecuali bagi Suarise Indonesia yang memutuskan tidak melakukan pelatihan penulisan digital konten untuk tunanetra dan fokus pada bisnis konsultan dan jasa. Inilah bukti bahwa berbagai strategi masa pandemi dirumuskan demi bertahan.

Adaptif dan Inovatif Kunci Strategi Masa Pandemi

Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar jelas menciptakan kenormalan baru. Inovatif dan Adaptif menjadi dua kata kunci dalam merespons tantangan tersebut. Para pelaku usaha jungkir-balik melakukan upaya demi menjaga kelangsungan bisnisnya. 

Selain itu, masyarakat seolah dipaksa beralih ke era baru untuk meminimalisir social distancing demi memperkecil peluang terdampak. Pergeseran ke era digital inilah yang kemudian diadopsi pelaku usaha besar, kecil, dan menengah untuk menjaga kelangsungan bisnisnya. Lantas, bagaimana dengan pelaku usaha sosial?

Pertanyaan tersebut yang berusaha dijawab dalam riset mengenai apa saja dampak covid-19 kepada pelaku usaha sosial serta bagaimana strategi masa pandemi yang dilakukan untuk bisa tetap bertahan. Suarise Indonesia sebagai usaha sosial yang bergerak dibidang pengembangan pendidikan inklusi dan jasa konsultan, menjadi satu dari sepuluh usaha sosial yang menjadi objek riset dalam program Kelas Kewirausahaan Sosial (KKS). 

Mini Riset Usaha Sosial 

Program yang diselenggarakan oleh Platform Usaha Sosial (PLUS) bersama dengan Kelas Kewirausahaan UGM ini diikuti oleh 12 mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi dan terbagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing tim mewakili industri fashion dan kerajinan, food & beverages, agrikultur, serta bidang pariwisata, pendidikan dan kesehatan.

Hasil mini riset ini menemukan bahwa sejumlah usaha sosial ada yang terdampak hebat akibat pandemi. Namun, ada pula usaha sosial yang tidak terdampak, bahkan pandemi malah memperluas peluang usaha mereka. Diversifikasi usaha, ekstensifikasi target market, hingga jalin komunikasi dan kolaborasi dengan mitra usaha lain menjadi sejumlah strategi masa pandemi.

Disisi lain, pelaku usaha sosial juga mengadopsi perubahan digital dengan mengoptimalkan penggunaan media sosial dan memanfaatkan e-commerce. Kedua platform tersebut dimanfaatkan para pelaku usaha untuk meraih awareness, dan memasarkan produk kepada konsumen. Sebagai buktinya, maraknya jual-beli online via e-commerce jadi strategi masa pandemi yang menjanjikan.

Suarise masa Pandemi

Sebagai pihak yang juga terkena dampak, Suarise melakukan perubahan strategi masa pandemi untuk mempertahankan sustainability bisnisnya. Selama pandemi ini berlangsung, kegiatan pelatihan digital content writing bagi tunanetra terpaksa ditunda. 

screen capture liputan GAAD Indonesia di Youtube Suarise

Accessibility Impact to SEO, Discussion in GAAD 2020

Tonton kembali Acara GAAD 2020

Meskipun demikian, Suarise tidak berhenti untuk mengadakan serangkaian kegiatan secara daring untuk mengkampanyekan nilai-nilai inklusi. Salah satunya melalui kampanye #BisaDiakses. Ini ialah upaya mengajak publik untuk membuat platform digital mereka – media sosial dan website – dapat diakses khususnya bagi tunanetra.

Global Accessibility Awareness Day (GAAD) Tahun 2020 menjadi tonggak awal pelaksanaan a11yid Sharing Session yang mengajak pelaku pengembang produk digital untuk berkontribusi dan implementasi aksesibilitas inklusi. Demi digital platform di Indonesia semakin #BisaDiAkses bagi lebih dari 10 juta difabel di Indonesia.

Kemudian dari sisi bisnis, Suarise membuka jasa konsultasi untuk membuat platform digital #BisaDiakses bagi perusahaan maupun industri agar lebih inklusif. Tak ketinggalan, Suarise juga mempromosikan jasa para talents yang telah menyelesaikan pelatihan. 

Baca Portofolio talents!

Melalui diskusi ini, kolaborasi dan jejaring antar para pelaku usaha diharapkan dapat terjalin semakin erat. Disamping itu, setiap usaha sosial diharapkan akan dapat saling mendukung demi meningkatkan ketahanan usaha. Kolaborasi ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif, tidak hanya untuk membuka jalan untuk akses bantuan, tetapi juga memupuk semangat optimisme mengatasi tantangan pandemi mendatang.

 

Tertarik menggunakan jasa Suarise? Kontak kami disini.

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
ilustrasi pesawat dan peta menuju eropa

Suarise, Usaha Sosial Siap Bersaing Global

2560 1707 Iin Kurniati

KEMAJUAN teknologi yang melahirkan raksasa digital dunia menginspirasi munculnya perusahaan rintisan startup, khususnya usaha sosial di berbagai belahan negara, tak terkecuali Indonesia. Meskipun ekosistem industri digital Indonesia masih terus bertransformasi, optimisme pelaku industri digital Indonesia masih sangat kuat. 

Maraknya kehadiran perusahaan rintisan usaha sosial dengan berbagai inovasi juga diiringi dukungan inkubator dan akselerator bisnis yang mengedukasi tentang menjalankan bisnis atau mengembangkan teknologi. Peran inkubator dan akselerator bisnis ini mendorong perkembangan perusahaan rintisan sehingga siap mendapatkan investasi lanjutan. 

Berlatar belakang pengalaman ketika inovasi digital ternyata dapat memajukan pembangunan berkelanjutan pada komunitas lokal, lahirlah Program Akselerator Inovasi Digital (Digital Innovation Accelerator Programme – DIAP). Program ini bertujuan mendukung perusahaan rintisan di Ethiopia, Ghana, Indonesia, Meksiko, dan Senegal menuju level berikutnya.

Pada akhir tahun 2019, DIAP membuka pendaftaran bagi startup yang memiliki solusi inovasi digital. Tahun ini DIAP fokus pada startup yang bergerak pada sektor kesetaraan gender, tindakan iklim lingkungan, serta teknologi pendidikan. Selanjutnya, terpilih 45 tim yang berhak menerima program akselerasi inovasi digital pada lima negara. 

Inklusi dan Bisnis

SUARISE menjadi satu-satunya startup usaha sosial yang bergerak di bidang pendidikan inklusi dan bisnis, di antara sembilan start up yang terpilih mengikuti program akselerator inovasi digital dari GIZ Innovation Factory  dari Indonesia. Program akselerasi yang per September 2020 telah berlangsung selama enam bulan ini memberikan berbagai dukungan pengembangan produk. Adapun jenis dukungan yang diberikan antara lain berupa dukungan pengembangan kapasitas, penyempurnaan model bisnis, dan strategi pitching/komunikasi/marketing, penguatan dampak tujuan pembangunan berkelanjutan, dan persiapan diri dalam menerima investasi.

Sebagai informasi, program ini dirumuskan oleh Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) dan dilaksanakan oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) yang didukung oleh Adelphi. Nantinya pada tahap akhir, para peserta akan berkompetisi untuk memperoleh paket dukungan khusus masing-masing sebesar €15,000 atau setara dengan Rp235 juta. Dukungan dana tersebut dapat digunakan untuk pengembangan produk atau skala start-up. Selain dukungan finansial, para pemenang juga berkesempatan untuk berjejaring dengan jaringan program Innovation Factory.

Saat ini Suarise masih mengikuti sejumlah rangkaian akhir dalam kegiatan DIAP melalui GIZ Innovation Factory dari Indonesia. Berkat program akselerator inovasi digital ini, Suarise memeroleh berbagai manfaat, khususnya dalam menyempurnakan model usaha sosial yang kami rintis. Satu langkah lagi Suarise akan menuju dunia. Semoga kami lolos ke tahap seleksi selanjutnya!

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
gambar all talents suarise batch 2

Suarise dan Mitra Netra Siapkan Tunanetra menjadi Ahli Digital Content Writing

2048 1152 Iin Kurniati

SUARISE, suatu perusahaan sosial mandiri telah menyelesaikan Pelatihan Digital Content Writing Siklus Kedua pada Minggu, 9 Desember 2018. Pelatihan ini merupakan upaya Suarise untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan visual impaired people – VIP  (tunanetra dan penyandang low-vision) melalui kecakapan digital, online, dan teknologi.

Dalam Pelatihan Digital Content Writing Siklus kedua, Suarise masih menggandeng Yayasan Mitra Netra selaku partner eksklusif. Seiring kelahiran internet dan media baru, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas visual impaired people di bidang pendidikan. Selain itu, pelatihan ini  diharapkan dapat membuka dan memperluas lapangan kerja bagi visual impaired people dalam menghadapi era kemajuan digital. Tak hanya itu, pelatihan ini juga dimaksudkan sebagai upaya memberdayakan dan memastikan inklusivitas dan kesetaraan bagi penyadang disabilitas.

Pelatihan Digital Content Writing 

ilustrasi pelatihan digital content writing offline di yayasan Mitra Netra

Pelatihan Digital Content Writing bersama Suarise di Yayasan Mitra Netra

Digital Content Writing Training Siklus Kedua ini telah dilaksanakan mulai tanggal 5 Agustus 2018 hingga 9 Desember 2018 dengan 8 peserta dalam 18 sesi pertemuan. Metode pelatihan mengombinasikan pertemuan tatap muka (offline class) dan pertemuan jarak jauh melalui fasilitas e-learning (online class). Upaya ini berbeda dibandingkan siklus pertama (periode Februari – April 2018) yang fokus pada pertemuan tatap muka. Pada siklus sebelumnya, jumlah peserta terdiri dari 10 orang peserta dengan 16 sesi pelatihan yang bervariatif sesuai kurikulum yang disusun. 

Kurikulum sesi Pelatihan Digital Content Writing Siklus Kedua ini meliputi pertama pengenalan konten dalam digital marketing. Kedua, pelatihan kemampuan dasar digital content writing. Ketiga, simulasi dan praktek penulisan digital content writing secara langsung. Setiap akhir pelatihan, Suarise rutin melakukan evaluasi dan memberikan masukan bagi para peserta pelatihan untuk memastikan perkembangan kemampuan digital content writing yang dimiliki sesuai standar yang ditetapkan Suarise.

Selanjutnya, Suarise membantu untuk menutup kesenjangan keterampilan dengan mendukung pengajaran dan pendidikan mandiri. Suarise berupaya meningkatkan fleksibilitas bagi pekerja dan pengusaha dengan mengembangkan sistem kerja yang efisien. Disamping itu, Suarise turut memberdayakan peningkatan kualitas hidup VIP dengan mendistribusikan talent untuk proyek/perusahaan yang membutuhkan keterampilan digital spesifik.

ilustrasi kelas online

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Liputan Kollaborasi 18 dan Talkshow Inspiratif: Berkarya Tanpa Batas di Era Digital bagi Difabel

150 150 suarise

Tanggal 14 Februari 2018 lalu, tim Suarise berkesempatan mengunjungi Kollaborasi 18, sebuah event yang diselenggarakan Kolla Coworking Space (atau sering juga disebut Kolla Nomad) yang berlokasi di Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Acara ini terbagi menjadi 3 rangkaian hari, yaitu pada tanggal 2, 14 dan 24 Februari 2018. 

Apa sih Kollaborasi 18?

Kollaborasi 18 mengangkat isu disabilitas dan bagaimana peran digital dalam proses inklusi dan peningkatan kesejahteraan teman-teman difabel dari berbagai sektor. Acara ini mengangkat berbagai karya dari teman-teman difabel: lukisan, kerajinan tangan, makanan, panggung musik perkusi, bioskop bisik, pelatihan coding, hingga talkshow. Pengunjung juga dapat membeli karya teman-teman diffabel di Pasar Kolla.

Sesi yang tim suarise hadiri adalah Talkshow Inspiratif: Berkarya Tanpa Batas di Era Digital bagi Difabel. Sharing ini di moderatori oleh Kolla Nomad dengan menghadirkan narasumber dengan berbagai latar belakang disabilitas dan skill yang dimiliki, seperti Art Rodhi dan Indra Surya Hutapea yang mewakili teman-teman tuna daksa, serta Nicky Claraentia sebagai perwakilan dari thisable enterpirse. Sharing ini dihadiri berbagai kalangan, baik dari pers, komunitas, dan bisa dibilang seluruh lapisan diffabel, dari tuna netra, tuna daksa, tuna rungu, dan lain-lain.

Selain teman-teman difabel, talkshow Kollaborasi 18 ini juga mengundang CTO dari Tunemap, Mahdan Muqatirullah yang datang langsung dari Bandung sebagai salah satu aplikasi karya anak bangsa yang membantu teman-teman tuna netra untuk berjalan. Pada talkshow ini, masing-masing narasumber berbagi bagaimana awalnya digital membantu mereka untuk berkarya seperti saat ini, hambatan, dan harapan agar kedepannya teman teman difabel semakin berkarya di era digital.

Art Rodhi: Pelukis dan Founder theable art

Sebagai seorang tuna daksa yang baru memulai melukis pada saat masih terbaring di tempat tidur, Rodhi mendapatkan mentor dan bantuan untuk membuat karyanya semakin bagus melalui jejaring Facebook. Melalui sosial media juga, Rodhi akhirnya bisa menjual karya-karya lukisannya dan akhirnya bekerja sama dalam menjual merchandise yang menggunakan lukisan karya Rodhi dan teman-teman difabel lainnya untuk dijual melalui theable art.

Indra Surya Hutapea: SEO Specialist

Indra berprofesi sebagai freelance SEO Specialist karena berbagai kantor menolak untuk menerima dikarenakan kondisi fisiknya yang seorang tuna daksa. Akhirnya, dengan berbekal menjadi member berbagai situs freelance, Indra kini bisa bekerja dari rumah dengan bermodalkan komputer dan internet.

Nicky Claraentia: Head of Business Development Thisable Enterprise

Sebagai Head of BD di thisable Enterprise, Mbak Nicky–begitu dia disapa– juga merupakan penyandang tuna daksa yang menggunakan kaki palsu dalam kesehariannya. Nicky menyatakan bahwa masyarakat luas masih butuh edukasi tentang apa saja lingkup disabilitas–karena seringkali yang dianggap diffabel adalah mereka yang menggunakan kursi roda atau tongkat saja.

Dalam sesi ini juga Nicky menceritakan beberapa keberhasilan thisable dalam mengakomodir kerjasama dengan perusahaan-perusahaan untuk menyerap tenaga kerja diffabel. Salah satunya adalah Go-jek yang menggunakan banyak teman-teman tuna rungu ataupun tuna wicara untuk mitra salah satu produk Go-Jek yaitu Go-Auto.

Tune Map: Peta Bicara Bagi Tuna Netra

Tune map adalah aplikasi ponsel berbasis android yang membantu teman-teman tuna netra menyusuri trotoar dan jalanan pada umumnya. Tune map membantu menginformasikan kondisi trotoar yang seringkali tidak ideal untuk dilalui tuna netra. Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode crowd sourcing dari masyarakat yang menjadi volunteer. Mahdan, CTO Tune map, berbagi proses pembuatan tune map dan bagaimana komunitas berperan penting dalam melengkapi data kondisi trotoar di Bandung.

Menurut teman-teman tuna netra, Tune map sangat intuitif user interfacenya sehingga sangat mudah digunakan. Aplikasi Tune Map ini bisa di unduh di Google Play .

Baca juga: Review User Experience Tune Map Yang Ramah Difabel

Suarise di Kollaborasi 18

Pada talkshow Kollaborasi 18 ini, Suarise sempat memperkenalkan diri sebagai wadah akselerasi kemampuan tuna netra untuk memiliki kemampuan terkait digital content writing. Selain itu, sedikit disinggung pula bagaimana Suarise membantu akses vip (visually impaired people) untuk mendapatkan project terkait skill yang nantinya mereka miliki.

Foto Bersama Penggiat Diffabel Tuna Netra di Kollaborasi 18

Foto bersama perwakilan tim suarise bersama sesama penggiat diffabel yang fokus di tuna netra di acara Kollaborasi 18. Kiri ke kanan: Rahmaut (Suarise), Machdan (Tune Map), Yudi (Pengajar coding di Mitra Netra)

Oiya, Suarise terbuka bagi seluruh tuna netra yang telah memiliki kemampuan mengoperasikan komputer. Mau tahu lebih jauh tentang suarise?

Subscribe  update dan beritanya di  ____

Follow kami di

Punya pertanyaan atau ingin bekerja sama? Jangan sungkan melayangkan email ke [email protected] atau melalui halaman ini. 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Disabilitas dan Meniti Solusi dari Digital Teknologi

150 150 suarise

Di hari disabilitas nasional ini, ada baiknya kita menelaah bagaimana teknologi menjadi jembatan utama penghubung dan mengkonversi dari keterbatasan akses, menjadi kelebihan kualitas yang menjadi latar belakang utama Suarise berdiri. Salah satunya adalah teknologi digital. Jika pada postingan sebelumnya telah dibahas berbagai screen reader, kali ini kami akan membahas mengenai implementasi inklusi digital teknologi dalam hal kesempatan akses.

Inklusi digital teknologi yang paling vital tapi masih sedikit sekali dilakukan khususnya di Indonesia adalah membuat website yang ramah untuk disabilitas, khususnya tuna netra. Sebetulnya, kuncinya adalah memahami “user journey” dan “user experience” tuna netra di sebuah website–yang sebetulnya tidak jauh berbeda dengan yang mampu melihat pada umumnya– hanya saja ditambahkan detail-detail pada setiap link, tombol, gambar, bahkan emotikon. Atribut ini sangat penting agar speech sythesizer/screen reader mampu membaca website, selayaknya algoritma SEO membaca sebuah website tapi ini versi lebih deskriptif.

Salah satu contoh yang luar biasa adalah Facebook. Disamping akan ada support tambahan saat screen reader diaktifkan, Facebook juga memiliki atribut lengkap hingga setiap tombol, emotikon, bahkan gambar. Sebuah emotikon di kolom status update, bisa dibaca sebagai “face frowning half closed eye with sweat beside face”, dan sebuah gambar bisa “sedikit” dibaca ‘image with three face smiling’. Gak percaya? Cobain aja aktifkan langsung voice over ini, terutama bagi pengguna Apple Macintosh yang sudah menjadi software bawaan terintegrasi tanpa harus install ulang.

Custom journey tambahan langsung aktif saat voice over diaktifkan. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah.

 

Pedoman aksesibilitas bagi penyandang disabilitas (accessibility) umumnya dimiliki oleh website-website besar. Beberapa tips bisa ditemukan di W3. Pembahasan aksesibilitas mengenai Facebook website juga dibahas di sebuah paper dari Carmit-Noa Shpigelman dan Carol J. Gill yang berjudul “Facebook Use by Persons with Disabilities∗” dan juga bisa dilihat di help center facebook.

Bagi developer, jangan anggap ini sebagai perintilan yang merepotkan, tapi anggap sebagai tantangan yang harus ditaklukan. Kalau merasa website atau aplikasi buatanmu sudah ramah bagi penyandang disabilitas khususnya tuna netra, boleh loh kirim ke kami untuk dibahas 😉

—–

Kedepannya, Suarise akan membuat artikel paling tidak sebulan sekali terkait aplikasi/website untuk mengevaluasi kadar aksesibiltasnya dengan fokus bagi pengguna tuna netra. Bagi kalian yang punya referensi website yang sangat ramah, boleh juga suggest ke tim kami untuk kami kupas tuntas.

 

 

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia