Siaran Pers

Tampilan layar zoom dalam diskusi panel Gaad 2024 dengan moderator rahma utami (kiri atas), JBI (kanan atas), pembicara Zidny (kiri bawah) dan pembicara Mahali (kanan bawah)

Urgensi Regulasi Aksesibilitas Digital dalam Membangun Lingkungan Digital yang Inklusif

1600 1000 Iin Kurniati

Jakarta, 28 Mei 2024 –  Suarise menutup rangkaian Hari Kesadaran Aksesibilitas Global (Global Accessibility Awareness Day – GAAD) Tahun 2024 dalam Diskusi Panel bertajuk Jalur Menuju Inklusi Digital: Pendekatan Regulasi terhadap Aksesibilitas. Melalui serangkaian kampanye digital Tantangan Aksesibilitas, diskusi bersama komunitas disabilitas via media sosial, dan diskusi panel, Suarise meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat khususnya pemerintah mengenai aksesibilitas digital dan urgensi regulasinya dalam membangun lingkungan digital yang inklusif.

Pendekatan Regulasi terhadap Aksesibilitas Digital

Suarise menyelenggarakan Diskusi Panel dalam GAAD 2024 untuk meningkatkan kesadaran lembaga publik mengenai kebijakan dan implementasi penerapan aksesibilitas digital. Kegiatan diikuti oleh ratusan peserta dari perwakilan kehumasan Kementerian/Lembaga, serta perwakilan dinas Kominfo di berbagai daerah di Indonesia ini menyajikan pendekatan regulasi terhadap aksesibilitas digital, termasuk komparasi regulasi aksesibilitas digital dari berbagai negara.

tampilan layar zoom keynote speaker Hasyim Gautama (kiri) bersama Juru bahasa isyarat (kanan).

Hasyim Gautama, Kominfo membuka pelaksanaan Diskusi Panel Suarise dalam Peringatan GAAD Tahun 2024, dok. Suarise

Hasyim Gautama, Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik, Ditjen IKP Kementerian Kominfo dalam keynote speech nya memaparkan bahwa pihaknya selaku regulator telah berupaya meningkatkan kualitas layanan informasi publik yang inklusif. Saat ini Kominfo telah menyusun kebijakan dan standar operasional pedoman layanan informasi dan komunikasi berbasis digital bagi disabilitas. 

Kebijakan tersebut merujuk pedoman yang sudah ada yaitu ISO 40500 dan WCAG (Web Content Accessibility Guidelines). Penyusunan ini melibatkan kolaborasi berbagai pihak seperti Open Government Indonesia dan Suarise. Melalui keberadaan pedoman itu, Kominfo berharap dapat memenuhi hak-hak disabilitas. “Kebijakan ini tentunya (menjadi) kebijakan yang bersifat inklusif. Diharapkan dapat memenuhi hak-hak penyandang disabilitas dalam komunikasi dan memperoleh informasi” tutur Hasyim. 

Selanjutnya, pada sesi presentasi mengenai Aksesibilitas Digital di berbagai Negara, Nur Zidny Ilmanafia, research associate Suarise mengungkapkan bahwa digitalisasi di Indonesia beum efektif. Zidny menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia memiliki ribuan layanan digital berupa aplikasi, tetapi aplikasi tersebut hanya menjalankan satu fungsi. 

“Aplikasi-aplikasi tersebut tidak terintegrasi dan tidak sinkron satu sama lain. Kalau sudah berorientasi pada pengguna, maka masyarakat sebetulnya cukup mengakses satu portal informasi yang didalamnya bisa untuk mengakses layanan kependudukan atau kesehatan atau layanan lainnya,” jelas Zidny. 

Zidny melanjutkan berdasarkan temuan penelitian terdapat 2.000 lebih pelanggaran aksesibilitas dari sampel 34 website pemerintah provinsi di Indonesia. Isu aksesibilitas yang sering dilanggar meliputi rendahnya kontras warna, tautan kosong, dan gambar yang tidak memiliki alternatif teks. 

Sementara di negara lain, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, telah memiliki pedoman aksesibilitas yang telah diimplementasikan sejak tahun 1990-an. Negara-negara tersebut juga melakukan audit dan evaluasi secara sistematis untuk memastikan semua website maupun aplikasi baik di sektor pemerintah maupun sektor swasta bisa diakses oleh semua, termasuk disabilitas. Apabila menemukan pelanggaran, pihak terkait akan menerima denda. Namun, kebijakan serupa belum ada di Indonesia.

Sejalan dengan presentasi Zidny, Mahalli, staf aksesibilitas Subdirektorat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya memaparkan pentingnya menciptakan lingkungan sosial yang inklusif. Menurut Mahalli, para pemangku kepentingan perlu menghilangkan asumsi mengasihani disabilitas dan menanamkan pola pikir bahwa menyediakan aksesibilitas digital bukanlah suatu pilihan, melainkan menjadi kewajiban. “Pemangku kepentingan perlu melibatkan disabilitas dalam pengembangan aplikasi dan website,” tegasnya. 

Hal ini telah ia terapkan ketika memberi pelatihan membangun layanan yang aksesibel kepada pengelola website di tempat kerjanya. Mahalli juga berpesan kepada penyandang disabilitas untuk meningkatkan literasi terkait pengetahuan teknologi bantu seperti pembaca layar dan lain-lain untuk mengakses konten digital. Disisi lain, tambahnya, keberadaan teknologi tidak akan menghapus hal-hal yang bersifat fundamental seperti bahasa isyarat yang akan tetap dibutuhkan oleh teman tuli untuk memahami informasi.

Baca Menuju Aksesibilitas Digital melalui Inklusi Sosial bagi Disabilitas – Suarise Indonesia

Memahami Perspektif Disabilitas dalam Aksesibilitas Digital

Dalam kesempatan berbeda, Suarise menggelar rangkaian GAAD 2024 melalui diskusi bersama sejumlah komunitas disabilitas untuk lebih jauh memahami soal aksesibilitas, baik aksesibilitas fisik maupun aksesibilitas digital. Kegiatan yang diselenggarakan via Instagram LIVE bareng Suarise ini menghadirkan perwakilan komunitas SilangID dan Accessible Leisure.

Bagja Prawira, Co-Founder SilangID dalam sharing session 16 Mei lalu menuturkan bahwa teman Tuli menggunakan bahasa isyarat ketika menjalani aktivitas sehari-hari. Bagi teman tuli, bahasa isyarat telah menjadi budaya berkomunikasi. Namun, tidak semua teman Tuli hanya mengandalkan bahasa isyarat ketika berkomunikasi. Sebaliknya, ada beberapa teman Tuli yang memahami bahasa Indonesia atau sejenisnya dalam berkomunikasi.

Dalam mengakses teknologi, Bagja mengungkapkan bahwa teman Tuli yang memahami bahasa Indonesia secara umum menggunakan fitur closed caption, tetapi bagi teman Tuli yang tidak paham maka peran juru bahasa isyarat (JBI) sangat dibutuhkan. JBI berperan penting untuk mentransfer informasi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa isyarat. “Keberadaan closed caption tetap bermanfaat bagi teman Tuli sebagai sarana belajar kosa kata baru dan struktur kalimat,” ungkap Bagja.

Disisi lain, Revin Leo, content writer tunanetra Suarise menceritakan kendalanya ketika menemukan konten gambar. Meskipun para pengembang teknologi telah menyediakan fitur alternatif teks agar tunanetra bisa menerima informasi berbentuk visual, tetapi menurutnya masih belum banyak orang yang memanfaatkan fitur tersebut secara optimal.

Padahal alternatif teks berfungsi untuk mendeskripsikan isi informasi dalam gambar. Namun, alternatif teks kerap absen dari konten-konten gambar yang diunggah pada media sosial. Dalam sharing session tersebut, Revin mengajak masyarakat memberikan alternatif teks sebelum mengupload konten ke media sosial. “Kalau postingan ada alternatif teks-nya, aku jadi langsung paham apa maksud gambarnya. Contoh postingan suarise pada acara ini ada al teks, Dalam memperingati Global Accessibility Awareness Day (GAAD) Collaborative Sharing Session with Silang ID,” tutur Revin.  

Fitur aksesibilitas lain yang dapat membantu tunanetra menurut Revin yakni keberadaan fitur audio description pada konten video. Revin mengungkapkan bahwa fitur audio description membuatnya lebih paham ketiga ada adegan non dialog (mimik wajah, tindakan aksi, dan sebagainya) saat menonton film yang tidak dijelaskan secara gamblang dalam dialog pada salah satu layanan streaming. 

Informasi yang bisa diakses oleh teman netra dan teman tuli dapat berdampak terhadap kemandirian mereka. Namun realitanya belum semua informasi yang dibutuhkan disabilitas tersedia. Salah satunya informasi mengenai aksesibilitas suatu tempat. Permasalahan ini menjadi topik bahasan lain dalam sharing session via Instagram Live Suarise bersama Accessible Leisure pada 18 Mei lalu.

Maudita Zobritania, founder Accessible Leisure menjelaskan bahwa minimnya informasi mengenai aksesibilitas fisik suatu tempat seperti akses tangga, ruang untuk kursi roda, dan akses kamar mandi menjadi tantangan disabilitas ketika akan mengadakan aktivitas bertemu secara tatap muka. Umumnya informasi yang tersedia di internet hanya terbatas pada aspek estetika tempat tersebut. 

Permasalahan ini terjadi pada sebagian besar tempat di Indonesia termasuk di wilayah Jakarta dan Bali. Akibatnya pengunjung disabilitas harus menghubungi pihak pemilik tempat secara manual untuk menanyakan apakah tempat tersebut aksesibel atau tidak sebelum berkunjung. “Seharusnya semua pemilik tempat menyediakan informasi aksesibilitas, sehingga memudahkan disabilitas dalam menentukan lokasi kegiatan. Hal lain yang bisa dilakukan penyedia layanan adalah memberi pelatihan kepada para staf tentang cara mendampingi disabilitas dari semua kalangan,” jelas Zo.

Secara teknis, Zo dan Iin Kurniati, Public Relations Suarise sepakat bahwa regulasi yang mengatur hal tersebut sudah ada, tetapi belum terlaksana secara optimal. Khusus ranah digital, Iin melihat ketiadaan pedoman aksesibilitas mengenai bagaimana cara membuat website atau aplikasi yang aksesibel menjadi kendala bagi pengembang di Indonesia. 

Suarise menjawab masalah ini tersebut dengan terlibat bersama Kementerian Kominfo dalam merancang pedoman aksesibilitas digital. Sasaran awal pedoman ini yakni kalangan Pemerintah yang kerap memberikan layanan publik. Pemerintah dituntut memiliki layanan digital terutama layanan berbentuk website yang mudah diakses disabilitas. Setelah itu, baru ke depan Pedoman ini diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain, termasuk sektor industri untuk menerapkan hal serupa pada organisasinya.

Pedoman aksesibilitas digital tentang bagaimana merancang website ini penting diketahui semua orang. Oleh karena itu, selain ikut terlibat dalam perancangan pedoman, Suarise turut menyosialisasikan pedoman ini kepada berbagai kalangan. Salah satu target implementasi dari Pedoman ini yakni pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan website atau aplikasi, diantaranya para pengembang teknologi. 

Guna memberi pemahaman dan pengetahuan mendalam soal aksesibilitas Suarise baru saja menyelesaikan penyelenggaraan A11y (Accessibility) Bootcamp pertama di Indonesia. Bootcamp ini merupakan workshop intensif soal aksesibilitas digital selama tiga bulan yang dilaksanakan secara hybrid sejak Januari hingga April 2024. 

Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 40 orang berlatar belakang UI/UX designer, UX  research  UX writer, Web and App developer dari Jabodetabek, Malang, dan Yogyakarta menjadi titik awal Pelaksanaan GAAD 2024. Kegiatan ini ditutup dengan hasil akhir berupa pengujian aksesibilitas digital dari sepuluh website berbagai sektor yang melibatkan teman-teman disabilitas. Temuan ini ke depan akan menjadi Temuan ini akan menjadi bahan advokasi kepada para pemangku kepentingan.

Kegiatan Accessibility Bootcamp didukung oleh hibah dari Information Society Innovation Fund (ISIF Asia) dan APNIC Foundation. Acara ini juga terselenggara berkat kerja sama dengan Algobash, serta media dan community partner bersama UXID Bandung, Design Rant, dan Ruang Gerak. Selain itu, khusus pada penyelenggaraan kegiatan penutup A11y Bootcamp, Kami didukung oleh Apple Developer Academy selaku venue supporting.

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan.

Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision. Suarise juga memprakarsai a11yID, komunitas Indonesia pertama untuk orang-orang dengan latar belakang teknologi yang ingin mengeksplorasi lebih banyak tentang aksesibilitas digital.

ISIF adalah singkatan dari The Information Society Innovation Fund (ISIF Asia) ISIF ASIA adalah organisasi nirlaba yang fokus mendukung dan mempercepat penggunaan dan pengembangan internet untuk kepentingan sosial di seluruh dunia. Organisasi ini memberikan dukungan keuangan dan teknis kepada proyek-proyek inovatif yang berupaya meningkatkan akses, keamanan, privasi, dan manfaat sosial dari internet. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program be The A11y Project yang meliputi A11y Bootcamp, A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. 

 

Kontak Suarise: 

Iin Kurniati 

Public and Government Relations Suarise 

Email: [email protected] 

Website: http://suarise.com

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
tangkapan layar webinar HDI 2023, Okki Susanto dan penerjemah bahasa isyarat. Tulisan dalam screen You should not be afraid of Artificial Intelligence, you should be afraid of people whou use AI to make their work even better

Suarise konsisten suarakan Urgensi Aksesibilitas Wujudkan sektor Digital Indonesia Ramah Ragam Disabilitas

3360 2100 Iin Kurniati

Siaran Pers Rangkaian Peringatan Hari Disabilitas Internasional 2023

Jakarta, Desember 2023 –  Memperingati Hari Disabilitas Internasional 2023, Suarise konsisten menyuarakan pentingnya aksesibilitas digital, pemberdayaan tenaga kerja disabilitas serta optimalisasi kecerdasan buatan. Melalui rangkaian kegiatan webinar, accessibility empathy lab pop up experience, serta accessibility bootcamp, Suarise mengajak publik menjadi agen perubahan terpenting wujudkan sektor digital Indonesia ramah ragam disabilitas.

Optimalkan Kecerdasan Buatan dan Kreativitas Tenaga Kerja Disabilitas

Jakarta, 6 Desember 2023 – Menjawab peluang dan tantangan penggunaan kecerdasan buatan di dunia kerja dalam kaitannya dengan tenaga kerja disabilitas, Suarise menyelenggarakan Webinar bertajuk Increasing Employer’s Confidence in Recruiting Workers with Disabilities With Artificial Intelligence (AI) Optimization pada Rabu (6/10) di Jakarta. 

Pesatnya perkembangan teknologi mencetuskan artificial intelligence – kecerdasan buatan (AI) sebagai salah satu alat revolusi industri. AI memungkinkan mesin memahami lingkungan berdasarkan sumber informasi seperti data, suara, hingga gambar yang diproses. Penerapan teknologi AI berkembang ke ranah praktis yang semula sebatas menyelesaikan tugas sederhana menjadi tugas kompleks.

Dampak AI di berbagai industri bisnis bisa sangat kompleks. Pada satu sisi kecerdasan buatan dapat meningkatkan produktivitas kerja dan efisiensi waktu melalui data dan berbagai kemudahan yang ditawarkan. Namun disisi lain keberadaan AI bisa menimbulkan sejumlah permasalahan diantaranya disrupsi pasar kerja, keotentikan suatu karya, hingga masalah etis.

Oleh karena itu, melalui pembuktian manfaat penting dari penggunaan AI, serta kesaksian pemberi kerja yang mengoptimalkan penggunaan AI di dalam perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Potensi inilah yang dapat menjadi langkah awal membangun kepercayaan diri perusahaan merekrut pekerja disabilitas dan mengoptimalkan kecerdasan buatan. Sehingga permintaan terhadap tenaga kerja disabilitas bagi perusahaan/organisasi akan makin berkembang. 

Webinar ini merupakan series tahunan Peringatan HDI Suarise bertajuk Disability Confident Employer yang mempertemukan ekspektasi para pemberi kerja dengan kebutuhan dunia industri untuk meningkatkan peluang kerja bagi disabilitas.

Acara yang diperuntukkan bagi praktisi HR, perekrut tenaga kerja, pendiri perusahaan, komunitas disabilitas, dan peminat isu disabilitas ini menghadirkan praktisi kecerdasan buatan, praktisi sumber daya manusia (human resources), serta penulis yang paham soal penggunaan chat GPT sebagai salah satu bentuk AI dan kaitannya dengan tenaga kerja disabilitas. Kehadiran mereka menjadi referensi utama untuk memahami apa itu kecerdasan buatan, bagaimana pemanfaatan AI dalam rekrutmen tenaga kerja, hingga bagaimana optimalisasi penggunaan AI oleh tenaga kerja disabilitas.

Perwakilan Persatuan Manajemen Sumber Daya Manusia (PMSM) Indonesia yakni Ketua Departemen DEI & ESG PMSM Indonesia sekaligus People & Culture Director, PT HM Sampoerna Tbk, Ripy Mangkoesoebroto menjelaskan pentingnya memberikan kesempatan yang lebih besar bagi para penyandang disabilitas untuk bekerja di perusahaan/organisasi. 

“Mari sama-sama belajar bagaimana mengatasi asumsi dan bias persepsi, menggunakan teknologi untuk mempermudah teman disabilitas agar bisa produktif dan menyatu dengan perusahaan. Kita bisa sama-sama memikirkan opsi terutama penggunaan AI atau teknologi untuk mempermudah perusahaan maupun pencari kerja disabilitas supaya bisa saling produktif, saling membantu, untuk sama-sama saling berkembang,” ungkapnya.

tangkapan layar kiri atas aria ghora prabono, AI research enginer, kanan atas Rahma Utami knowledge and accessibility director Suarise, dan tengah bawah penerjemah bahasa isyarat

Dokumentasi: Tangkapan Layar pemateri Aria Ghora yang sedang berdiskusi bersama founder Suarise Rahma Utami mengenai perkenalan dan perkembangan Artificial Intelligence didampingi juru bahasa isyarat dalam rangkaian Hari Disabilitas Internasional 2023 di Jakarta, 06/12/23

Pada sesi pengantar kecerdasan buatan, AI research engineer di EAGLYS Tokyo Jepang, Aria Ghora memperkenalkan apa itu kecerdasan buatan atau AI hingga apa hubungan antara AI dengan disabilitas. Aria cukup yakin bahwa AI berpotensi besar mendukung pemberdayaan disabilitas dengan memberikan solusi untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian, khususnya di lingkungan kerja.

“Dampak perkembangan AI yang membahayakan tentu ada. Namun dilihat dari sisi baik, AI berperan menunjang inklusivitas bagi disabilitas, khususnya di lingkungan kerja. Ini bukan soal menggantikan manusia dengan mesin, tetapi ini soal empowering atau pemberdayaan. Bagaimana menciptakan lingkungan yang beragam dan inklusif sehingga semua orang bisa berkontribusi setara walau dalam keterbatasan. Kita bisa mewujudkan dunia dengan segala keragamannya dalam harmoni,” jelas Aria.

Selanjutnya pada sesi kedua, Irma Suryaningsih, Head of HR Rey.id memaparkan soal bagaimana membangun organisasi sehat dengan inklusivitas perusahaan serta hubungan kemajuan kecerdasan buatan dengan HR dan tenaga kerja disabilitas. Pada awal pemaparan Irma meyakinkan para HR dan perwakilan perusahaan yang hadir dalam acara ini untuk yakin merekrut tenaga kerja disabilitas karena dapat meningkatkan employer branding melalui diversitas dan inklusivitas, meningkatkan kreativitas dan inovasi perusahaan, serta menyesuaikan kebutuhan pasar.

Kemudian terkait hubungan antara penggunaan AI, HR, dan tenaga kerja disabilitas Irma menjelaskan urgensi menggandengkan teknologi dan manusia. “Kalau cuma mengandalkan AI tidak akan ada human touch. Kita punya skill set, kita tahu kekurangan kita dimana. Jadi andalkan teknologi untuk mengisi kekurangan kita, doing research dan sebagainya. Jangan sampai kita hanya memakai teknologi saja itu salah. Teknologi dipakai, skill set ditambah, hasilnya akan makin maksimal,” terangnya.

Terakhir pada sesi terakhir, Writer and Entrepreneur, Okki Sutanto menjelaskan tentang Meningkatkan kepercayaan perusahaan dalam merekrut tenaga kerja disabilitas dengan optimalisasi Artificial Intelligence (AI). Okki menuturkan bahwa AI itu sangat berguna tergantung bagaimana cara manusia memanfaatkannya.

“Artificial Intelligence cuma alat yang bisa membantu kita. Tergantung kita mau memanfaatkannya dengan maksimal atau tidak, kita memanfaatkan untuk kebaikan atau enggak. AI saat ini masih jauh dari sempurna, masih terus berubah. Dengan panduan yang jelas (maka) AI atau chat GPT bisa membantu pekerja maupun para pemberi kerja untuk sama-sama untuk memaksimalkan hasil kerja mereka. Pada ujungnya akan membawa manfaat secara ekonomi untuk perusahaan dan kita semua bagi umat manusia,” ujar Okki.

Accessibility Empathy Lab Pop Up Terakhir tahun 2023

seorang pria teman netra sedang mengajarkan pengunjung wanita membaca dan mengetik tanpa melihat. Mereka menggunakan headset bersama untuk mendengar pembaca layar membacakan dokumen

Seorang volunteer teman netra sedang mengajak pengunjung mencoba membaca dokumen menggunakan pembaca layar – screen reader, 10/12/23

Solo, 9 Desember 2023 – Suarise menjadi bagian Perayaan Urban Social Forum (USF) ke sepuluh di SMP Negeri 10 Surakarta Jawa Tengah bersama Yayasan Kota Kita. USF merupakan sebuah ruang untuk memperkuat solidaritas antara para aktor masyarakat sipil yang selama ini telah bergerak untuk mewujudkan kota yang lebih baik untuk semua. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, Suarise berperan sebagai salah satu kolaborator yang menyelenggarakan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience (booth). 

Mengusung semangat ‘Another City is Possible’, kegiatan USF ini menekankan pentingnya advokasi demi mendorong kota-kota di Indonesia yang berkeadilan sosial, inklusif, demokratis, serta masyarakat yang aktif dengan kewarganegaraannya. Keberadaan Suarise pada USF mendorong lahirnya ruang diskusi terbuka yang inklusif untuk berbagi gagasan, bertukar pengalaman, dan pengetahuan seputar urgensi aksesibilitas digital bagi pembangunan kota yang lebih baik di Indonesia.

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dalam USF merupakan kegiatan pertama yang diselenggarakan di Surakarta, Jawa Tengah. Kegiatan yang sekaligus menutup rangkaian Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience tahun 2023 ini bertujuan memperluas kesadaran para praktisi kota, organisasi masyarakat sipil, komunitas pegiat pembangunan kota yang lebih baik tentang urgensi aksesibilitas digital. Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience mengajak masyarakat memahami tantangan aksesibilitas serta solusi akomodatif atas pemanfaatan teknologi guna membantu keseharian teman-teman disabilitas yang bermanfaat untuk diterapkan dalam pembangunan kota yang inklusif bagi semua.

Tak kurang dari sembilan skenario perkenalan teknologi asistif bagi disabilitas disajikan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan para pegiat dan praktisi pembangunan kota inklusif. Suarise menghadirkan berbagai aktivitas bagi para pengunjung, diantaranya: mencoba fitur aksesibilitas di playstation ‘Last of Us 2’, menambahkan alt text di media sosial, pesan perjalanan atau pesan makanan pada aplikasi ojek online menggunakan pembaca layar (screen reader), mengetik di Microsoft Word menggunakan screen reader tanpa melihat layar, dan sejumlah aktivitas menarik lainnya.

team Suarise berpose bersama para volunteer Accessibility ELP di kota Surakarta di depan booth Suarise

Tim Suarise bersama para volunteer Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience di SMP Negeri 10 Surakarta, Jawa Tengah, 10/12/23

Pada akhirnya, kegiatan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience ini sejalan dengan energi positif yang diusung oleh USF berupa pemikiran, kepercayaan diri, dan harapan bahwa ‘another city’ (kota yang memberi kehidupan untuk semua, termasuk bagi teman-teman disabilitas) adalah mungkin melalui kerja dan semangat seluruh warga kota.

Accessibility Bootcamp Pertama di Indonesia

Menutup rangkaian Hari Disabilitas Internasional 2023, Suarise membuka Accessibility Bootcamp (A11yID Bootcamp) GRATIS. Kegiatan ini merupakan sebuah workshop intensif selama dua bulan yang ditujukan bagi para UI/UX/Product Desainer, UX researcher, UX writer, web developer untuk belajar mengenai aksesibilitas digital dan menerapkannya dalam produk-produk digital.

Kegiatan ini akan berlangsung mulai bulan Januari hingga Maret 2024 ini diperuntukkan bagi para kalangan profesional dan mahasiswa yang lulus tes kompetensi dasar. Setiap peserta akan belajar berbagai hal, mulai dari pengenalan aksesibilitas digital, prinsip-prinsip aksesibilitas digital, pedoman desain pengalaman pengguna (UX) yang aksesibel, pedoman pengembangan web yang aksesibel, persona dan riset pengguna disabilitas, teknis coding (untuk developer), dan berbagai hal lain seputar aksesibilitas digital.

Setiap peserta akan diseleksi mulai dari knowledge based competency test, motivation – essay test, hingga professional background. Bagi para peserta yang tertarik mengikuti kegiatan ini, waktu registrasi dan seleksi akan diselenggarakan selama bulan Desember 2023. Caranya dengan submit pendaftaran via Microsoft Form dan mengerjakan Assessment test via Algobash.

Rangkaian kegiatan HDI 2023 berupa Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dan Accessibility Bootcamp didukung oleh hibah dari Information Society Innovation Fund (ISIF Asia) dan APNIC Foundation.

Tentang Penyelenggara

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Suarise untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional 2023. Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

 

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
dua orang sedang duduk di hadapan para penonton. mc (kiri) memperkenalkan pembicara rahma. Di belakang mereka ada layar bertuliskan Accessibility atau alli class ux untuk disabilitas, egdung algoritma 14 November 2023

Accessibility Class dan Empathy Lab Pop Up Experience Ciptakan Generasi Paham Aksesibilitas Digital

2560 1440 Iin Kurniati

Malang, 15 November 2023 – Suarise bekerja sama dengan Departemen Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (UB) menyelenggarakan Accessibility Class dan Empathy Lab Pop Up Experience (ELP) di Malang. Langkah ini merupakan upaya ciptakan generasi paham aksesibilitas digital.

Tingginya antusiasme para akademisi termasuk para dosen dan mahasiswa dalam komunitas A11yID yang diusung Suarise, membuat Suarise melanjutkan inisiasi edukasi mengenai aksesibilitas digital di level perguruan tinggi. Kegiatan ini pun tidak hanya fokus di Jabodetabek, tetapi kini mulai merambah hingga Jawa Timur.

UX untuk Disabilitas

seorang wanita sedang berdiri di atas panggung memberikan penjelasan di hadapan para mahasiswa. tampak tulisan paparan yang terlibat dan bertanggung jawab dalam membangun ekosistem digital yang inklusif, diantaranya seperti product manager, policy maker, advocate and user, dan educator. Namun yang berperan penting adalah teman-teman mahasiswa UB yang di masa depan nanti akan menjadi developer, ui/ux designer

(Dokumentasi: Rahma utami sedang memberikan penjelasan seputar siapa saja yang berperan penting dalam mewujudkan aksesibilitas digital, 14/11/2023)

Mengusung tema Accessibility Class UX untuk Disabilitas, kegiatan ini penting untuk mengantarkan para mahasiswa ilmu komputer UB menjadi seorang UX designer/researcher yang mampu menciptakan produk digital ramah ragam disabilitas. Rahma Utami, Knowledge and Accessibility Consultant Suarise menjadi dosen tamu yang membekali pengetahuan tentang aksesibilitas digital dalam ranah user experience, mulai dari riset, perencanaan, penerapan, hingga teknik evaluasinya. 

Rahma menekankan keterlibatan berbagai pihak dalam membangun ekosistem digital yang ramah ragam disabilitas. “Ada berbagai pihak yang bertanggung jawab untuk membangun ekosistem digital yang inklusif, diantaranya seperti product manager, policy maker, advocate and user, dan educator. Namun yang berperan penting adalah teman-teman mahasiswa UB yang di masa depan nanti akan menjadi developer, ui/ux designer, dan sebagainya,” ungkapnya.

Dalam hal pemahaman dasar mahasiswa mengenai aksesibilitas digital, Rahma memaparkan bahwa Aksesibilitas digital mengacu pada seberapa dapat digunakannya situs web, aplikasi, atau pengalaman digital lainnya oleh semua pengguna. Hal ini terlepas dari kemampuan atau disabilitas mereka, dengan atau tanpa bantuan teknologi pendukung (assistive technology). Selain itu, mahasiswa juga dijelaskan beberapa hal mengenai prinsip-prinsip dasar dalam aksesibilitas, seperti perceivable, operable, understandable, dan robust.

Wakil Dekan 1 Filkom UB, Dr. Eng Heman Tolle, S.T. M.T. menjelaskan bahwa Prodi Sistem Informasi memiliki keunggulan pada kompetensi User Experience (UX) Specialist yang saat ini semakin banyak dibutuhkan oleh perusahaan yang mengembangkan aplikasi. Aksesibilitas adalah bagian dari User Experience. “Dengan perancangan UX yang berorientasi pada aksesibilitas, penyandang disabilitas dapat menggunakan produk digital dengan mudah dan nyaman, sehingga mereka dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat. Kami ingin memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap isu aksesibilitas dalam ranah user experience,” paparnya. 

Disisi lain, Universitas Brawijaya adalah salah satu perguruan tinggi yang berkomitmen mewujudkan pendidikan inklusi. Kami juga menjajaki kerjasama dengan Suarise untuk memperkuat aksesibilitas digital pada layanan pendidikan di Unibraw.

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience Terbesar Pertama di Indonesia

Penyelenggaraan accessibility class dan empathy lab pop up experience di UB merupakan kegiatan yang pertama di Malang. Kegiatan ini juga menjadi aktivitas ELP berskala besar pertama yang diselenggarakan Suarise di Indonesia. Menyajikan sekitar 50 skenario perkenalan penerapan teknologi bagi disabilitas, Suarise menjembatani kesenjangan pengetahuan mahasiswa tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi.

Sebagai salah satu sesi interaktif, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas bagi pengunjung, diantaranya: belajar menambahkan alt teks pada gambar di media sosial, mengaktifkan fitur pembaca layar (screen reader) di smartphone, mencoba fitur aksesibilitas dalam playstation, mencoba mengakses website hanya menggunakan keyboard (tanpa mouse maupun trackpad), mencoba kacamata simulasi tunanetra, dan berbagai aktivitas menarik lainnya.

seorang pria yang duduk didepan laptop sedang menjelaskan kepada dua orang wanita mengenai urgensi aksesibilitas digital

(Dokumentasi: Aktivitas Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience di Universitas Brawijaya, Malang, 14/11/2023)

Hanifah Azzahra – Dosen Filkom Universitas Brawijaya menyatakan harapannya pasca mencoba aktivitas Kamis Keyboard, kegiatan mengakses website tanpa menggunakan mouse atau trackpad, melainkan hanya menggunakan keyboard. “Harapan saya agar mahasiswa filkom bisa merasakan tantangan atau kendala yang dihadapi temen disabilitas dalam mengakses teknologi. Sehingga kelak ketika mereka menjadi developer mereka bisa fokus pada aspek aksesibilitas,” ungkapnya. 

Lebih lanjut, menurut Hanifah, acara ini bisa membuka mata para mahasiswa terhadap kendala yang dihadapi disabilitas yang mungkin tidak bisa bayangkan sebelumnya. Baginya, betapa asistif teknologi sangat membantu keseharian teman-teman disabilitas.

Ical seorang peserta mahasiswa, berharap agar Suarise dapat semakin dapat mengedukasi banyak pihak. “Semoga Suarise semakin besar dan memberikan banyak pengetahuan dan manfaat bagi banyak pihak. Jujur aku belajar banyak hal baru dari Suarise yang bisa jadi bekal aku buat berempati sebagai UX designer.”

Seorang volunteer, Nizar mahasiswa Filkom Unibraw menyatakan kesan dan harapannya selama terlibat dalam acara. Nizar mengungkapkan agar acara ini tidak terbatas dilakukan di Filkom Unibraw, tetapi bisa dilaksanakan di fakultas lain. 

“Acara ini sebaiknya bisa diselenggarakan selama dua tiga hari, tidak dilakukan di beberapa universitas saja, mungkin bisa di universitas lain maupun di jurusan lain, Politeknik misalnya. Hal ini karena aksesibilitas penting. Sebagai non disabilitas, acara ini penting untuk memahami (tantangan aksesibilitas) bagi teman disabilitas dan bagaimana asistif teknologi membantu.”

Sebagai informasi, Kegiatan ini berlangsung atas hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.

Baca: Informasi seputar Accessibility Empaty Lab Pop Up Experience lainnya!

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

 

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
gambar tiga buah gazebo tempat booth ELP Suarise dengan banner dan sejumlah poster, dan seorang lelaki di depan gazebo

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience Dorong Upaya Membuka Ruang Partisipasi Politik Kaum Muda

2560 1152 Iin Kurniati

Bali, 28 Oktober 2023 – Suarise menjadi bagian dari Indonesia Opinion Festival (IOF) yang diselenggarakan Citizen OS Foundation di Taman Muntig Siokan, Denpasar, Bali. IOF merupakan sebuah event khusus dimana masyarakat berkumpul merayakan kebebasan berpendapat dan mendiskusikan isu-isu yang sedang terjadi di Indonesia. Dalam rangkaian kegiatan IOF yang mengusung tema “Partisipasi Kaum Muda Dalam Ranah Politik dan Demokrasi”, Suarise berperan sebagai salah satu panelis pada sesi diskusi dan menyelenggarakan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience (booth). 

Tahun 2023 merupakan tahun persiapan penyelenggaraan pesta demokrasi terbesar untuk memilih pemimpin negeri yang menentukan arah masa depan Indonesia. Disinilah kaum muda berperan penting terlibat dalam ranah politik dan demokrasi sebagai ujung tombak perubahan bangsa. Namun pertanyaannya kemudian, sudahkah partisipasi dan kebebasan berpendapat ini mempertimbangkan aksesibilitas digital dalam mewujudkan keterbukaan informasi di tanah air?

Aksesibilitas Digital dan Partisipasi Politik Kaum Muda

seorang wanita duduk hampir paling kanan  sedang berbicara diantara 6 orang panelis dan satu moderator dihadapan para audiens

(Dokumentasi: Rahma Utami (berbicara paling kanan) sedang memaparkan opininya soal urgensi aksesibilitas digital dan kebebasan berpendapat dalam Indonesia Opinion Festival di Bali, 28/10/23)

Rahma Utami, Knowledge and Accessibility Consultant Suarise berkesempatan bergabung pada topik diskusi Partisipasi Politik Kaum Muda yang membahas seputar kebebasan berpendapat, UU ITE dan etika berpendapat di ruang publik. Dalam hal kebebasan berpendapat dan menyuarakan opini, Rahma menekankan urgensi aksesibilitas digital untuk meminimalisir terjadinya malinformasi, misinformasi, dan disinformasi.

“Jika informasinya tidak bisa diakses, nanti bagaimana temen disabilitas beropini? Berdasarkan statement siapa, lalu informasinya darimana, kemudian info itu benar atau tidak, crosscheck infonya seperti apa, valid atau tidak. Kalau informasinya satu arah itu bahaya, krusial, dan fatal. Kalau mereka tidak paham (informasi lengkapnya), bagaimana menyuarakan aspirasi. Bisa saja pas mereka bersuara malah menimbulkan masalah baru,” ungkapnya.

Dalam hal keterbukaan informasi, Suarise menjelaskan perannya pada Rencana Aksi Nasional Open Government Indonesia tahun 2023-2024. Suarise terlibat dalam penyusunan pedoman aksesibilitas digital bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika. Pedoman ini akan menjadi panduan bagi sektor pemerintah khususnya pelayanan komunikasi dan informasi publik untuk membuat seluruh informasi dapat diakses oleh semua, termasuk oleh disabilitas. 

Melalui keberadaan pedoman ini, dalam keterbukaan informasi Pemilu, misalnya, setiap warga negara akan mudah memahami dan mengetahui visi-misi dan program kerja calon pemimpin negeri melalui media yang aksesibel. Dengan kata lain, saat bicara soal partisipasi publik termasuk partisipasi dalam politik, tetapi tidak memberikan akses dan melibatkan semua orang, termasuk disabilitas, artinya sia-sia karena tidak inklusif. 

Accessibility Empathy Lab Pop Up Pertama di Bali

seorang pria sedang menjelaskan fitur aksesibilitas dalam playstation kepada satu pengunjung pria dan wanita

(Dokumentasi: Suarise sedang menjelaskan fitur aksesibilitas dalam playstation game Last of Us 2 kepada pengunjung IOF di Bali, 28/10/23)

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dalam IOF merupakan kegiatan pertama yang diselenggarakan di Denpasar, Bali. Kegiatan ini bertujuan memperluas kesadaran kaum muda tentang urgensi aksesibilitas digital di Pulau Dewata. Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience mengedukasi kaum muda memahami tantangan aksesibilitas serta solusi akomodatif atas pemanfaatan teknologi guna membantu keseharian teman-teman disabilitas. 

Tak kurang dari sepuluh skenario perkenalan teknologi asistif bagi disabilitas disajikan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan generasi muda tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi. Sebagai salah satu sesi interaktif, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas bagi pengunjung, diantaranya: belajar menambahkan alt teks pada gambar di media sosial, mengaktifkan fitur pembaca layar (screen reader) di smartphone, mencoba fitur aksesibilitas dalam playstation, mencoba mengakses website hanya menggunakan keyboard (tanpa mouse maupun trackpad), dan berbagai aktivitas menarik lainnya.

Fadhila Shinta mahasiswa ISI Denpasar, salah satu pengunjung yang hadir dalam Sesi Interaktif menceritakan pengalamannya ketika mengikuti aktivitas yang berada di booth Suarise. Fadila mencoba mengetik di laptop sambil menggunakan pembaca layar dan mengenakan headphone.

Fadila terkesan dengan deskripsi yang diberikan pada saat screen reader membaca setiap hasil ketikan. “Per kata dan per huruf semua dijelaskan dan kalau salah pun diinformasikan. Ini memudahkan teman netra tetap eksis sekarang ke depan,” ujarnya.

Berbeda dengan Fadhila, Ganis Sibarani dari DNetwork menyatakan ketertarikannya pada kampanye Kamis Keyboard. Menurut Ganis, ini kali pertama dia mengetahui cara mengoperasikan laman website hanya menggunakan keyboard tanpa mouse maupun trackpad. Ganis juga berkesempatan mencoba fitur aksesibilitas dengan bermain playstation game Last of Us 2.

“Ternyata teman netra bisa main game PS seseru itu. Saya berharap dengan teman nondisabilitas tahu bagaimana cara kerja alat bantu, kita lebih aware. Ini juga penting bagi teman-teman yang berpoteni membuat software dan digital media, bisa mempertimbangkan membuatnya lebih inklusif bagi disabilitas. Sukses Suarise,” kata Ganis.

Sebagai informasi, Kegiatan ini berlangsung atas hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.

#BisaDiakses 

Salah satu kampanye yang diperkenalkan Suarise dalam Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience di Bali yakni #BisaDiakses. Gerakan ini mengajak masyarakat untuk memberikan deskripsi gambar atau alt teks pada media sosial. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu teman-teman disabilitas, khususnya teman netra agar mereka mendapatkan informasi yang sama mengenai gambar apa yang terdapat di media sosial tersebut.

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Pertama di Yogyakarta, Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience Ciptakan Lingkungan Inklusif sebagai Pekerjaan Rumah Bersama

150 150 Iin Kurniati
Gambar foto pengunjung yang memenuhi area booth Suarise dalam Accessibility dan Empathy Lab Pop Up Experience

Kegiatan interaktif pengunjung dalam Accessibility dan Empathy Lab Pop Up Experience oleh Suarise ID pada IDEAKSI YEU di UGM Yogyakarta, (07/10/23)

Yogyakarta, 7 Oktober 2023 – Suarise menjadi salah satu bagian dari proyek Community Led Innovation Partnership (CLIP) atau Kemitraan untuk Inovasi yang Berbasis Kepemimpinan Masyarakat, kembali menyelenggarakan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dalam kegiatan Demo Day dan Simposium IDEAKSI (Ide, Inovasi, Aksi, Inklusi) Indonesia Innovation Hub 2023 di Yogyakarta.

Rahma Utami, Direktur Suarise menyatakan bahwa ini menjadi kegiatan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience Pertama yang diselenggarakan di luar kota, khususnya di Yogyakarta. Rahma mengapresiasi kegiatan yang dinisiasi oleh Yakkum Emergency Unit (YEU) ini karena telah memperluas peningkatan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda tentang urgensi aksesibilitas digital di DIY.

“Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience ini berupaya memperkenalkan publik mengenai bagaimana teman-teman difabel mengakses teknologi, baik menggunakan handphone, laptop, maupun game playstation serta bagaimana tantangan yang mereka hadapi. Membuat teknologi yang ramah ragam disabilitas ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama menciptakan lingkungan yang inklusif,” ungkap Rahma.

Sebagai salah satu sesi interaktif yang dilaksanakan di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas bagi para pengunjung, diantaranya: mencoba fitur aksesibilitas dalam playstation, mencoba mengakses website hanya menggunakan keyboard (tanpa mouse maupun trackpad), menambahkan alt teks pada media sosial, menggunakan pembaca layar (screen reader) di handphone, dan berbagai aktivitas menarik lainnya.

seorang peserta laki-laki sedang mencoba memainkan game playstation yang sudah memiliki fitur aksesibilitas sambil menggunakan kacamata simulasi tunanetra

Seorang pengunjung sesi interaktif Suarise tengah mencoba fitur aksesibilitas playstation dengan memainkan game ‘Last of Us 2’, (07/10/23)

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience mengedukasi para peserta memahami tantangan aksesibilitas serta solusi akomodatif atas pemanfaatan teknologi guna membantu keseharian teman-teman disabilitas. Sebanyak 10 skenario perkenalan teknologi asistif bagi disabilitas disajikan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan generasi muda tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi. 

Nadifa dan Aisyah dari Fakultas Psikologi UGM, salah satu pengunjung yang hadir dalam Sesi Interaktif menceritakan pengalaman mereka ketika mengikuti aktivitas yang berada di booth Suarise.

Menurut kedua mahasiswa tersebut, kegiatan ini membuat mereka lebih terbuka dalam memahami rasanya teman-teman disabilitas dalam mengakses platform digital, salah satunya bagaimana cara teman netra menggunakan komputer, dan handphone menggunakan fitur bantuan pembaca layar (screen reader).

“Kami jadi lebih terbuka bahwa selama ini media sosial punya fitur alt text. Ternyata se-simple kita post foto terus kita kasih deskripsi foto, bisa bantu banget buat temen netra tahu ini image-nya tentang apa,” ungkap Aisyah.

Lebih lanjut, Nadifa memaparkan harapannya ke depan tentang aksesibilitas digital bagi disabilitas. “Semoga masyarakat luas lebih bisa teredukasi dan Suarise lebih meningkatkan upayanya dalam menyuarakan edukasi tentang (aksesibilitas digital) disabilitas. Kita semua bisa mewujudkan lingkungan yang inklusif dan mewujudkan lingkungan yang setara”, ujarnya. 

Kegiatan berlangsung atas hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.

Kamis Keyboard

seorang laki-laki teman netra (kiri) sedang mendemokan penggunaan pembaca layar kepada seorang peserta laki-laki (kanan) di sebuah meja

Bayu (Disabilitas Netra) dari Suarise ID sedang mendemokan penggunaan software pembaca layar untuk membaca dokumen di perangkat digital (07/10/23)

Salah satu kampanye yang diperkenalkan Suarise dalam Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience di Yogyakarta yakni Kamis Keyboard. Gerakan ini mengajak masyarakat untuk mengakses satu website melalui laptop atau desktop setiap hari Kamis, tanpa menggunakan mouse/trackpad. Kegiatan ini bertujuan untuk memahami tantangan aksesibilitas dalam suatu website. Saat seseorang berselancar di website hanya menggunakan pembaca layar (screen reader), maka dia kan mengetahui bagian mana dari website tersebut yang mudah atau sulit diakses journey-nya oleh pembaca layar. 

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com 

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Menuju Inklusivitas Digital, Suarise Hadirkan Pengalaman Teknologi Digital Aksesibel

150 150 Iin Kurniati
Seorang lelaki tengah menjelaskan kepada dua orang perempuan mengenai accessibility feature di playstation game Last of Us 2

Kegiatan interaktif pengunjung dalam Accessibility dan Empathy Lab Pop Up Experience oleh Suarise ID pada pameran Jakarta Innovation Day 2023, 27/09/23 (dok. Suarise)

Jakarta, 27 September 2023 – Sebagai bagian dari rangkaian inovasi membangun masa depan yang inklusif dan aksesibel terhadap disabilitas, Suarise kembali selenggarakan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dalam pameran Jakarta Innovation Day 2023 selama 25 – 27 September 2023. Sebanyak 150 pengunjung pameran telah berpartisipasi dalam kegiatan interaktif yang disediakan pada stan Suarise. 

Rahma Utami, Direktur Suarise menyatakan antusiasmenya menjadi bagian dari Jakarta Innovation Day 2023 yang diinisiasi oleh Bappeda Provinsi DKI Jakarta. Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kegiatan serupa perlu dibuat dengan frekuensi yang lebih sering untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya aksesibilitas digital di Indonesia.

“Teknologi digital yang aksesibel adalah kunci utama untuk mendorong inklusivitas dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, masih ada channel-channel digital yang belum memperhitungkan elemen aksesibilitas. Hal ini menjadi tantangan kita bersama,” ungkap Rahma. 

Sebagai salah satu dari 46 stan dalam pameran Jakarta Innovation Day 2023, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas interaktif bagi para pengunjung, di antaranya: mencoba accessibility feature playstation, uji aksesibilitas digital aplikasi Trans Jakarta (TIJE) dengan role play pesan tiket menggunakan pembaca layar (screen reader), dan masih banyak lagi.  

Empathy Lab Pop Up Experience membantu penggunanya dalam memahami tantangan aksesibilitas digital dan solusi akomodatif dari pemanfaatan teknologi yang untuk membantu keseharian teman-teman disabilitas. 

Sebanyak 10 skenario perkenalan penerapan teknologi bagi disabilitas turut disajikan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat umum tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi. 

“Semua skenario yang ada di sini itu dibuat se-relate mungkin dengan pengalaman sehari-hari. Misalnya, pada aplikasi yang sudah ada di smartphone masing-masing. Tapi bisa dibuat secara aksesibel supaya juga bisa diakses oleh teman disabilitas. Pada dasarnya, aksesibilitas digital itu adalah hak yang harus didapatkan oleh semua orang. Utamanya, kemudahan dalam mencari, mengakses, dan menemukan informasi sesuai dengan kebutuhan. Hak tersebut itu harus dapat dipenuhi karena sudah menjadi hak yang mendasar bagi manusia,” lanjut Rahma. 

Pengalaman yang Menggugah Empati

seorang teman netra tengah memandu seorang peserta perempuan untuk mengakses laptop menggunakan pembaca layar dengan keyboard tanpa huruf

Teman Netra dari Suarise tengah memandu seorang peserta belajar menggunakan pembaca layar (dok. suarise)

Tania dan Raissa dari Ragam Wajah Lara, salah satu pengunjung yang hadir dalam pameran tersebut menceritakan tentang pengalamannya ketika berinteraksi di stan Suarise.

Raissa menceritakan pengalamannya dalam mengoperasikan keyboard dan memainkan playstation dengan skenario sebagai seorang disabilitas. Ia mengaku sempat merasakan kesulitan karena belum terbiasa menggunakan teknologi dan alat bantu yang disediakan. Namun, kegiatan ini memberikan banyak pembelajaran baginya sebagai content creator di Ragam Wajah Lara untuk membuat konten-konten yang lebih aksesibel

“Pengalaman ini buat aku sadar, belum tentu hal yang kami buat itu sudah aksesibel. Padahal konten yang dimaksud cukup penting karena menyangkut tentang kesehatan mental. Ini menjadi pelajaran supaya bisa membuat konten yang lebih mudah untuk diakses. Seperti membuat video di Instagram dengan menambahkan subtitle supaya aksesibel untuk teman tuli. Terlebih, di awal pandemi kemarin, informasi seputar hal yang esensial untuk menjaga kesehatan (misal: menjaga jarak dan memakai masker) saja sulit dicari panduannya. Apalagi dengan disabilitas pasti membutuhkan usaha lebih. Pengalaman yang ditawarkan Suarise ini penting supaya kita bisa memahami kesulitan yang dialami teman disabilitas,” ungkap Raissa. 

Lebih lanjut, Raissa juga menambahkan bahwa menurutnya, kegiatan ini sangat insightful, impactful, dan emphaty-full atau menggugah empati sesuai dengan judul labnya, ‘Empathy Lab Pop Up Experience’. 

Hal ini juga diamini oleh Tania yang menceritakan latar belakangnya sebagai seorang Graphic Designer. “Saat menjalankan skenario dengan screen reader, aku jadi lebih aware untuk membuat konten lebih ramah disabilitas. Misalnya dengan menggunakan headings agar bisa dibaca oleh screen reader. Aku mengharapkan hal-hal seperti ini bisa dilakukan secara berkelanjutan. Penting banget untuk terus dilakukan”, jelas Tania.

Selain itu, ia juga menyampaikan harapannya agar pemerintah ikut andil dalam meningkatkan aksesibilitas bagi disabilitas.

“Masih ada stigma bahwa teman disabilitas itu dependen atau bahkan dianggap beban. Hal ini terjadi karena belum banyak teknologi yang bisa membantu mereka. Aksesibilitas yang tinggi itu membantu teman disabilitas bisa menjadi independen. Tapi, hal ini perlu diakomodir melalui perubahan secara sistemik bahkan hingga level pemerintah. Tidak bisa kalau hanya 1-2 orang doang yang bergerak. Memang pasti tidak mudah. Tapi optimis pasti bisa”, tutup Tania.

Adapun kegiatan ini dapat dilangsungkan sebagai hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.

Tentang Penyelenggara

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Suarise bersama Bappeda DKI Jakarta dalam Jakarta Innovation Day 2023. Kegiatan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience merupakan bagian dari ISIF atau Information Society Innovation Fund Asia sebagai program pendanaan dan dukungan yang berfokus pada promosi pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Press Release – Accessibility Class dan Empathy Lab Pop Up Experience Tingkatkan Edukasi Mahasiswa soal Aksesibilitas Digital

150 150 Iin Kurniati
dua orang MC wanita di auditorium sedang membuka acara dengan latar bertuliskan digital accessibility introduction

Pembukaan acara Accessibility Class dan Empathy Lab Pop Up Experience di auditorium Binus International FX Campus (doc. internal Suarise)

Sebagai upaya meningkatkan edukasi mahasiswa mengenai pentingnya aksesibilitas digital di tanah air, Suarise menggandeng Fakultas School of Computing and Creative Arts, Binus University International FX Campus menyelenggarakan Accessibility Class dan Empathy Lab Pop Up Experience di Jakarta (26/05).

Mengusung tema Pengenalan Accessibility (A11y) pada Platform dan Dokumen Digital, kegiatan ini diselenggarakan sebagai bagian dari Peringatan Hari Kesadaran Aksesibilitas Global (Global Accessibility Awareness Day – GAAD) Tahun 2023. Tingginya antusiasme para akademisi termasuk para dosen dan mahasiswa dalam komunitas A11yID yang diusung Suarise, membuat Suarise berinisiasi memperluas edukasi mengenai aksesibilitas digital di level perguruan tinggi.

Suarise menyelenggarakan kegiatan luring (offline) pertama tahun 2023 yang melibatkan civitas academica untuk membagi pengalaman dan pengetahuan seputar aksesibilitas digital dalam Accessibility Class melalui dukungan pendanaan dari ISIF ASIA. Kegiatan ini juga dilengkapi dengan Empathy Lab Pop Up Experience berupa aktivitas interaktif untuk memahami tantangan aksesibilitas digital dan solusi akomodatif dari pemanfaatan teknologi yang digunakan dalam membantu keseharian teman-teman disabilitas. A11y Empathy Lab Pop Up Experience ini juga menjadi kegiatan berskala medium pertama yang diselenggarakan Suarise dengan menyajikan 40 dari total 50 skenario perkenalan penerapan teknologi bagi disabilitas.

Kegiatan A11y Empathy Lab Pop Up Experience bertujuan menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi, diantaranya bagi teman netra, teman tuli, disleksia, daksa, dan buta warna. Kegiatan ini berupaya menjawab bagaimana tantangan dan solusi teknologi yang tersedia, mulai dari akomodasi hingga teknologi asistif yang digunakan teman-teman disabilitas dalam kehidupan sehari-hari.

Kepala Program Komunikasi Binus University International fX Campus, Dian Sarwono, menyampaikan bahwa kolaborasi ini berperan penting untuk menyebarluaskan lebih banyak informasi kepada publik, khususnya civitas akademik. 

“Kami mendengar ada berbagai inovasi (teknologi terkait aksesibilitas) tetapi kami tidak tahu bagaimana inovasi itu bekerja, apa tantangan yang dihadapi, dan apa yang bisa kita lakukan. Kita juga tahu bahwa perlu lebih banyak upaya dan proses untuk memperkenalkan aksesibilitas digital. Oleh karena itu kami bekerja bersama untuk meningkatkan awareness (kesadartahuan) tentang aksesibilitas digital dan pentingnya aksesibilitas digital di Indonesia. Kami berharap kita akan menyelenggarakan proyek lain di masa mendatang, ujarnya.”

Dalam presentasinya, Rahma Utami, Direktur Suarise menyatakan bahwa acara ini secara tidak langsung menjadi Peluncuran kegiatan A11y Empathy Lab Pop Up Experience pertama di Indonesia. Rahma menekankan pentingnya aksesibilitas digital untuk digunakan dalam website, aplikasi digital, maupun platform digital lainnya terlepas dari kemampuan ataupun perbedaan cara, dengan atau tanpa teknologi asistif.

“Aksesibilitas digital penting karena memungkinkan masyarakat untuk mencari, mengakses, mengeksplorasi informasi daripada menunggu. Kita dapat menciptakan kebebasan bagi seluruh lapisan masyarakat (mewujudkan hak asasi manusia), ungkapnya.”

Pada akhirnya, aksesibilitas digital tidak hanya penting agar website, aplikasi, maupun konten digital bisa ramah dan layak disabilitas, tetapi juga berguna untuk meningkatkan performa produk tersebut, serta membuka mata semua pihak bahwa tantangan mewujudkan aksesibilitas digital ini tugas kita bersama.

 

Demo Aksesibilitas Digital 

teman netra perempuan berdiri di auditorium untuk memperkenalkan diri, namanya Yani

Aryani, talent tunanetra Suarise, memperkenalkan diri sebelum melakukan uji aksesibilitas digital untuk website dan platform digital (doc. internal Suarise)

Disamping membahas mengenai urgensi aksesibilitas digital, para mahasiswa dan civitas academica juga disajikan demo aksesibilitas digital oleh teman disabilitas. Kegiatan ini dilakukan untuk menguji apakah suatu platform digital, seperti website, aplikasi digital, maupun media sosial mudah diakses bagi disabilitas, baik dengan menggunakan pembaca layar, menggunakan keyboard tanpa mouse, desain inklusif, serta berbagai kaidah lain yang sesuai kaidah WCAG (Web Content Accessibility Guideline). Demo aksesibilitas digital ini bertujuan memahami tantangan aksesibilitas digital yang dihadapi teman-teman disabilitas.

 

A11y Empathy Lab Pop Up Experience

seorang pria sedang bermain play station yang ramah bagi disabilitas ditemani oleh dua orang volunteer

Salah satu aktivitas skenario Empathy Lab Pop Up Experience mengajak peserta bermain game Last of Us 2 yang memenuhi unsur aksesibilitas digital (doc. internal Suarise)

Kegiatan A11y Empathy Lab Pop Up Experience memiliki sejumlah skenario interaktif yang membangun keterlibatan bagi peserta. Aktivitas ini memungkinkan peserta memahami solusi akomodatif dan teknologi yang membantu keseharian disabilitas. Dalam kegiatan ini, Suarise menyiapkan sejumlah aktivitas interaktif bagi para peserta, diantaranya play station accessibility, pameran foto ‘imaji visual’ karya Dhemas Reviyanto fotografer Antara, accessible fashion karya desainer Andini Wijendaru (@dinidini) yang didokumentasikan oleh Dita W Yolansari (@ditut), uji coba navigasi di komputer maupun handphone menggunakan aplikasi pembaca layar (screen reader) bersama teman netra, hingga kacamata simulasi penglihatan tunanetra. 

 

Tentang Penyelenggara

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Suarise bersama Fakultas School of Computing and Creative Arts, Binus University International fX Campus untuk memperingati Global Accessibility Awareness Day (GAAD) Tahun 2023. Kegiatan ini merupakan bagian dari ISIF atau Information Society Innovation Fund Asia sebagai program pendanaan dan dukungan yang berfokus pada promosi pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.  

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

GAAD atau Hari Kesadaran Aksesibilitas Global fokus pada akses dan inklusi digital untuk lebih dari satu miliar orang dengan disabilitas dan kemampuan berbeda. Acara yang dirayakan pada hari Kamis ketiga setiap bulan Mei ini diluncurkan untuk pertama kalinya pada bulan Mei 2012 di Los Angeles, Amerika Serikat. Pertama kali diprakarsai oleh Joe Devon, seorang pengembang, dan Jennison Asuncion, seorang tunanetra yang saat ini menjadi karyawan Linkedin. Sejak tahun 2020, Suarise memprakarsai GAAD untuk pertama kalinya di Indonesia. Kegiatan ini bertujuan membuat orang berbicara, berpikir, dan belajar tentang akses/inklusi digital (web, perangkat lunak, seluler, dll.) dan orang-orang dengan kemampuan berbeda. Suarise percaya bahwa aksesibilitas digital merupakan sarana memberdayakan masyarakat dengan berbagai kemampuan. Melalui pemberian akses informasi yang sama kepada orang-orang dengan kemampuan berbeda, mereka memiliki kesempatan sama untuk mandiri dalam bidang apa pun, literasi yang lebih baik, pembelajaran yang lebih baik, serta kehidupan yang lebih baik.

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected] 

www.suarise.com

 

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Siaran Pers – Wujudkan Komunikasi Efektif dengan Pekerja Disabilitas

150 150 Iin Kurniati

 

Effective Communication for Employer to Employee with disability Webinar menghadirkan para pembicara dari berbagai sektor

Pengisi acara dalam Webinar memeringati Hari Disabilitas Internasional 2022 bertajuk Effective Communication for Employer to Employee with Disability

 

Jakarta, 6 Desember 2022  Penyandang disabilitas, termasuk diantaranya pekerja disabilitas dinilai sebagai pihak yang paling terdampak akibat pandemi Covid-19. Berdasarkan kaji cepat jaringan organisasi disabilitas, 80,9 persen responden disabilitas di Indonesia terdampak pandemi dari sisi komunikasi, kesehatan, sosial, dan ekonomi. Survey ini melibatkan 1.683 responden dari beragam jenis disabilitas dari 216 Kota/Kabupaten pada 32 Provinsi di Indonesia pada 10-24 April 2020 lalu (ppdi, 2020).

Salah satu sisi yang terdampak yakni sisi Komunikasi sebagai aspek penting bagi manusia untuk bersosialisasi terutama di dunia kerja. Setiap penyandang disabilitas mempunyai cara berkomunikasi dan berinteraksi yang berbeda. Teman Tuli mengoptimalkan organ penglihatan untuk mengidentifikasi subjek dan objek, sedangkan teman netra memaksimalkan kemampuan audio. Disisi lain, disabilitas ganda juga memiliki cara berkomunikasi tersendiri untuk memahami sebuah pesan.

Oleh karena itu meyakinkan para pemberi kerja dan perekrut tenaga kerja bahwa memahami cara komunikasi yang tepat akan dapat menciptakan komunikasi efektif di dunia kerja. Memahami cara komunikasi dengan penyandang disabilitas juga dapat menjadi langkah awal untuk membangun percaya diri merekrut penyandang disabilitas menjadi bagian dari perusahaan/organisasi. Sehingga, mereka yang semula belum yakin merekrut penyandang disabilitas menjadi siap rekrut dan bekerja bersama disabilitas.

Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional tahun 2022, Suarise bersama Hear Me dan DNetwork Jaringan Kerja Disabilitas kembali menyelenggarakan Webinar Disability Confident Employer bertajuk Effective communication for employer to employee with disability atau Komunikasi Efektif untuk Pengusaha kepada para Pekerja Disabilitas. Acara ini merupakan sebuah wadah yang mempertemukan ekspektasi para pemberi kerja dengan kebutuhan dunia industri untuk meningkatkan peluang kerja bagi disabilitas.

Pemenuhan hak-hak penyandang Disabilitas

Acara yang diperuntukkan bagi praktisi HR, perekrut tenaga kerja, pendiri perusahaan, komunitas disabilitas, pekerja disabilitas, dan peminat isu disabilitas ini menghadirkan perwakilan pemerintah, organisasi penyandang disabilitas, perusahaan lokal dan multinasional, serta perwakilan organisasi internasional. Kehadiran mereka menjadi referensi best practices dalam mewujudkan komunikasi efektif dalam proses merekrut tenaga kerja disabilitas mulai dari tahap perekrutan dan wawancara, tahap onboarding (magang), hingga daily communication (komunikasi sehari-hari).

Perwakilan dari Direktur Bina Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia yakni Koordinator Bidang Penempatan Tenaga Kerja Khusus Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Sekar Pratiwi Adji menjelaskan bahwa isu disabilitas merupakan salah satu isu prioritas pemerintah dalam KTT G20 yang menghasilkan dokumen action plan market integration of present with disability.

“Saya berharap dengan momentum dan komitmen hasil G20 Presidensi Indonesia, maka implementasi ULB bidang ketenagakerjaan di Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat meningkatkan dan memperkuat layanan pemenuhan hak atas pekerjaan bagi penyandang disabilitas. Kemudian perusahaan, BUMN/BUMD dapat semakin meningkatkan penempatan tenaga kerja disabilitas sesuai kota penempatan amanat UU No.8 tahun 2016,” jelas Sekar.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi Nasional Disabilitas, Dante Rigmalia memaparkan peran komisi nasional disabilitas (KND) dalam upaya pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas serta mengingatkan pentingnya aspek komunikasi bagi penyandang disabilitas.

“Penting untuk menghapuskan stigma terhadap penyandang disabilitas. Kedua kesadaran penuh bahwa setiap individu memiliki hak-hak yang sama terlepas dari kondisi disabilitas atau non disabilitas. Ketiga, menciptakan kesempatan bagi penyandang disabilitas yang akan bermanfaat bagi semua orang. Keempat, memastikan pelibatan individu maupun kelompok serta organisasi disabilitas. Ada slogan dari kami Nothing is about us without us. Kami berharap pelibatan kami dalam proses pembangunan mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi,” paparnya.

Best Practise Komunikasi Efektif dengan Pekerja Disabilitas

Rekrutmen dan Wawancara Pekerja Disabilitas

Pada sesi mengenai rekrutmen dan wawancara pekerja disabilitas, Human Capital Director Bank Danamon, Heriyanto Agung Putra menegaskan bahwa Disabilitas merupakan isu lintas sektoral yang membutuhkan perhatian seluruh stakeholder, seperti pemerintah, industri, lembaga masyarakat, dan sektor lainnya.

“Untuk itu, di sisi SDM, salah satu strategi yang kami lakukan adalah mengelompokan unit-unit kerja yang mungkin part (menjadi bagian) pemberdayaan pekerja dengan keterbatasan fisik itu dengan menempatkan pegawai dengan disabilitas fisik di area-area seperti middle office, back-office, dan IT. Justru (penempatan mereka) kuat disana kualitasnya karena kondisi pekerjaan tersebut lebih mendukung”, tegas Heri.

Disisi lain, Wisnu Saputra, Project Manager DNetwork lebih menekankan pentingnya melakukan konfirmasi kebutuhan akomodasi kepada calon pegawai disabilitas, khususnya pada saat tahap interview.

“Kalau saya (mengarahkan) ke perusahaan, Saya akan menomorsatukan akomodasi. Apakah perusahaan bisa menyediakan akomodasi yang diminta dan diinginkan agar karyawan bisa bekerja dengan baik. Kalau misalnya (penyediaan) akomodasi ini tidak bekerja (berjalan dengan baik), perubahan responsibility akan menjadi pilihan terakhir,” tuturnya.

Sebagai pegawai yang berlatar belakang teman tuli, Novita Pangestika, administrasi (outsourching) Bank Mandiri menyampaikan pengalamannya pada saat interview. Kala itu Novita mengalami ketiadaan juru bahasa isyarat, karena perusahaan mulanya menganggap bahwa disabilitas tidak membutuhkan pendamping.

“Pada saat itu bisa komunikasi (dengan teman tuli) dengan cara menulis. Komunikasinya pelan-pelan. Kalau tidak tahu, minta diulang saja. Setelah saya diterima dan melalui training, dari pihak perusahaan memberikan fasilitas JBI,” ungkapnya.

Sesi pertama ini menyimpulkan agar setiap organisasi/perusahaan untuk tidak berasumsi. Sebaliknya mereka diajak untuk selalu membuka ruang komunikasi khususnya mengenai kebutuhan komunikasi dan cara komunikasi yang baik dengan teman-teman disabilitas. Dalam pembukaan lowongan kerja, setiap organisasi/perusahaan juga diharapkan dapat memastikan sisi aksesibilitas digital (diantaranya keterbacaan, alt-text, kontras warna) terpenuhi mengakomodasi perbedaan ragam disabilitas.

Onboarding Pekerja Disabilitas

Selanjutnya pada sesi Onboarding, Project Manager Suarise, Theresia Suganda menegaskan bahwa proses ini penting dilakukan untuk dapat memastikan bahwa lingkungan kerja yang akan dimasuki oleh tenaga kerja difabel benar-benar siap merangkul mereka.

“Pengalaman kami memfasilitasi on boarding bagi talents tunanetra Suarise, kami menemukan banyak ketidaktahuan perusahaan misalnya apakah harus menyediakan laptop khusus untuk tunanetra? Sebaliknya, para talents juga ada pertanyaan mengenai apakah harus bekerja dari kantor atau bisa dari rumah? Pertanyaan ini mendasari kami melakukan asesmen kepada perusahaan dengan memberi pertanyaan seputar penempatan kerja, learning buddy, hingga tools khusus dalam koordinasi kerja, baru kemudian disesuaikan dengan para talents.”

Perspektif berbeda datang dari I Made Wikanda, teman netra yang bekerja sebagai Disability Inclusion Officer dari UNICEF. Menurut Wikan, proses onboarding sangat krusial untuk menjamin tenaga kerja difabel dapat berperan aktif dan berkontribusi dalam perusahaan.

“Kalau di UNICEF proses onboarding dilakukan secara inklusif dengan menyediakan fasilitas, akomodasi, dan lingkungan yang bisa menciptakan kontribusi dari difabel. Pada akhirnya (tenaga kerja) difabel bukan sekadar angka, tapi lebih kepada bagaimana mereka bisa berperan aktif, meaningfully engage, atau terlibat dalam proses pekerjaan dan bisa berkembang dalam karier, ujar Wikan”.

Sesi ini mengajak agar perusahaan/organisasi berkontribusi membuat produk digital yang dapat diakses bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas. Inklusi merupakan sebuah proses menciptakan lingkungan dan interaksi antar individu yang hangat, terbuka, dan akomodatif bagi siapapun, terlepas dari latar belakang, ras, etnis, agama, ataupun jenis disabilitas yang dimiliki.

Komunikasi sehari-hari Pekerja Disabilitas

Kemudian pada sesi Daily Communication, teman netra sekaligus Heads of Engagement Think Web, M Reza Akbar menyatakan bahwa tantangan terbesar komunikasi baginya terjadi pada awal bergabung dalam perusahaan. Mulanya ia merasa komunikasi agak kaku, tetapi ia yakin bahwa dengan membuat dirinya proaktif akan jauh lebih mencair.

“Enggak usah ada batasan dalam komunikasi, anggap sama saja. Hal tricky saat zaman mulai online, kadang saat komunikasi via chat mereka suka lupa kirim screenshot. Saya selalu ingetin ‘wah dark jokes, saya kan tunanetra (sambil bercanda).’ Sehingga saya perlu mengedukasi temen-temen supaya lebih fleksibel komunikasi sama tunanetra,” ungkap Ega.

Tine E Efendi VP of Customer Satisfaction Management Bukalapak menuturkan bahwa dari pihak perusahaan, khususnya pegawai nondifabel saat bertemu dengan pegawai difabel merasa ada ketakutan pada awalnya. Namun rasa penasaran yang tinggi membuat mereka tergerak untuk mencari tahu sendiri bagaimana cara berinteraksi dan berkomunikasi dengan rekan kerja difabel.

“Awalnya takut, tapi lama-kelamaan bisa ngobrol dan akhirnya bisa terlibat. Jadi jangan takut untuk memulai, misalnya terlalu takut kalau ada difabel nanti harus menyediakan fasilitas, bagaimana cara berkomunikasinya yang akhirnya bikin kita tidak mulai-mulai. Kami lakukan dulu aja karena kami punya believe.”

Ivan Octa Putra Head of Branding Hear Me sekaligus teman tuli menambahkan bahwa cara berkomunikasi efektif dengan dirinya kepada rekan kerja dimulai dengan mengajari bahasa isyarat dasar, dan jika masih belum paham bisa bertukar teks. Setelah itu baru diajari budaya tulinya, dan diajari terus-menerus, hingga lama-lama berkembang menggunakan bahasa isyarat lebih baik.

“Umumnya teman dengar menggunakan bahasa tinggi, biasanya kami minta tolong agar bahasanya lebih sederhana. Kalau ada bahasa Inggris atau istilah bisnis kami akan bertanya maksudnya apa. Kemudian, Ada beberapa teman tuli komunikasi menggunakan chat panjang kurang bisa dipahami. Kalau begitu, kami biasanya menggunakan video call, dijelaskan ulang dan jauh lebih paham.”

Sebagai solusi untuk menciptakan komunikasi efektif, Senior Product Desain Lead salah satu e-commerce sekaligus seorang disleksia, Dian Soraya memiliki tips tersendiri. Aya memandang bahwa cara berkomunikasi setiap orang seperti spektrum, memiliki perbedaan satu sama lain, meskipun orang tersebut bukan seorang difabel.

“Saya punya kebijakan personal user manual. Saya minta setiap orang membuat manual diri masing-masing sebagai manusia. Saya buat pointers: style kerja, value, kesulitan, dan how to make best communication with you? Kemudian bagaimana saya bisa membantu dia, dan apa yang sering orang lain salah artikan terhadapnya. Sehingga setiap orang punya ruang tentang dirinya dan bisa saling mengisi kelebihan dan kekurangannya. Jadi kita tahu What is the best way to approach you,” jelasnya.

Sebagai sesi penutup, komunikasi antara pekerja disabilitas maupun non disabilitas memerlukan interaksi dua arah. Teman non disabilitas diharapkan lebih aware dengan menegur maupun menyapa terlebih dulu. Sebaliknya teman disabilitas dapat lebih proaktif atau mengungkapkan atau berani speak up sehingga komunikasi sehari-hari tersebut dapat berjalan dengan baik.

 

Showcase Talents 

Disamping membahas peluang kerja pekerja disabilitas dan bagaimana memulai merekrut penyandang disabilitas, organisasi maupun perusahaan disajikan showcase talents. Laman landas (landing page) ini berisi profil talent disabilitas dengan kapasitas yang berbeda sesuai bidangnya masing-masing.

Nantinya, perusahaan/organisasi yang tertarik untuk mengetahui jenis keterampilan, pengalaman kerja, portofolio, hingga preferensi lokasi kerja dapat langsung mengakses laman ini. Selain rekrut langsung, perusahaan/organisasi juga dapat menggalakkan program magang bagi para talents maupun bagi para peserta yang akan lulus pelatihan akan datang. Selengkapnya melalui http://talents.suarise.com/showcase 

Tentang Penyelenggara

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Suarise, Hear Me, dan DNetwork untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional 2022. Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

Hearme merupakan sosial startup yang menyediakan aplikasi penerjemah Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) pertama dengan tampilan 3D animasi untuk menjembatani komunikasi antara Teman Tuli dan Teman Dengar. Selain aplikasi, berbagai inovasi dan terobosan terus dilakukan untuk misi mendukung terciptanya ekosistem yang inklusif. Pada tahun 2022, Hear Me melakukan pengembangan produk untuk memberikan layanan masyarakat dengan menyediakan akses fasilitas yang ramah Tuli baik di fasilitas umum maupun tingkat korporasi dengan empat layanan yang sediakan yaitu, Layar Informasi Bahasa Isyarat, JBI Corporate, Layar Voice to Motion, dan Konten Video Animasi/Juru Bahasa Isyarat.

DNetwork adalah organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 2013 yang bertujuan untuk mendukung pemberdayaan ekonomi penyandang disabilitas di Indonesia melalui kesempatan kerja. DNetwork menyediakan dua layanan utama. Pertama bagi para pencari kerja, DNetwork memberikan informasi kerja, pelatihan keterampilan dan profesionalisme untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan para pencari kerja, serta konsultasi pengembangan pribadi dan karir sesuai dengan minat dan kemampuan. Kedua bagi perusahaan, DNetwork membuka lowongan kerja untuk penyandang disabilitas, menyediakan konsultasi tentang bekerja dengan para penyandang disabilitas sebagai bagian dari persiapan perusahaan untuk bekerja dengan para penyandang disabilitas, serta melakukan diskusi dan pendampingan proses rekrutmen berdasarkan permintaan perusahaan dan ketersediaan Tim DNetwork.

 

Kontak Suarise:
Iin Kurniati
Public Relations Suarise
Telepon: 0856 9774 2381
Email: [email protected]
Website: http://suarise.com

 

Kontak DNetwork – Jaringan Kerja Disabilitas
Telepon: 0815 5877 5554
Email: [email protected]
Website: www.dnetwork.net

 

Kontak Hear Me:
Novita Sari Herlena
Public Relation Hear Me
Telepon: 0858 106 53806
Email: [email protected]
Website: https://hearme.id

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia