Bali, 28 Oktober 2023 – Suarise menjadi bagian dari Indonesia Opinion Festival (IOF) yang diselenggarakan Citizen OS Foundation di Taman Muntig Siokan, Denpasar, Bali. IOF merupakan sebuah event khusus dimana masyarakat berkumpul merayakan kebebasan berpendapat dan mendiskusikan isu-isu yang sedang terjadi di Indonesia. Dalam rangkaian kegiatan IOF yang mengusung tema “Partisipasi Kaum Muda Dalam Ranah Politik dan Demokrasi”, Suarise berperan sebagai salah satu panelis pada sesi diskusi dan menyelenggarakan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience (booth).
Tahun 2023 merupakan tahun persiapan penyelenggaraan pesta demokrasi terbesar untuk memilih pemimpin negeri yang menentukan arah masa depan Indonesia. Disinilah kaum muda berperan penting terlibat dalam ranah politik dan demokrasi sebagai ujung tombak perubahan bangsa. Namun pertanyaannya kemudian, sudahkah partisipasi dan kebebasan berpendapat ini mempertimbangkan aksesibilitas digital dalam mewujudkan keterbukaan informasi di tanah air?
Aksesibilitas Digital dan Partisipasi Politik Kaum Muda
Rahma Utami, Knowledge and Accessibility Consultant Suarise berkesempatan bergabung pada topik diskusi Partisipasi Politik Kaum Muda yang membahas seputar kebebasan berpendapat, UU ITE dan etika berpendapat di ruang publik. Dalam hal kebebasan berpendapat dan menyuarakan opini, Rahma menekankan urgensi aksesibilitas digital untuk meminimalisir terjadinya malinformasi, misinformasi, dan disinformasi.
“Jika informasinya tidak bisa diakses, nanti bagaimana temen disabilitas beropini? Berdasarkan statement siapa, lalu informasinya darimana, kemudian info itu benar atau tidak, crosscheck infonya seperti apa, valid atau tidak. Kalau informasinya satu arah itu bahaya, krusial, dan fatal. Kalau mereka tidak paham (informasi lengkapnya), bagaimana menyuarakan aspirasi. Bisa saja pas mereka bersuara malah menimbulkan masalah baru,” ungkapnya.
Dalam hal keterbukaan informasi, Suarise menjelaskan perannya pada Rencana Aksi Nasional Open Government Indonesia tahun 2023-2024. Suarise terlibat dalam penyusunan pedoman aksesibilitas digital bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika. Pedoman ini akan menjadi panduan bagi sektor pemerintah khususnya pelayanan komunikasi dan informasi publik untuk membuat seluruh informasi dapat diakses oleh semua, termasuk oleh disabilitas.
Melalui keberadaan pedoman ini, dalam keterbukaan informasi Pemilu, misalnya, setiap warga negara akan mudah memahami dan mengetahui visi-misi dan program kerja calon pemimpin negeri melalui media yang aksesibel. Dengan kata lain, saat bicara soal partisipasi publik termasuk partisipasi dalam politik, tetapi tidak memberikan akses dan melibatkan semua orang, termasuk disabilitas, artinya sia-sia karena tidak inklusif.
Accessibility Empathy Lab Pop Up Pertama di Bali
Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dalam IOF merupakan kegiatan pertama yang diselenggarakan di Denpasar, Bali. Kegiatan ini bertujuan memperluas kesadaran kaum muda tentang urgensi aksesibilitas digital di Pulau Dewata. Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience mengedukasi kaum muda memahami tantangan aksesibilitas serta solusi akomodatif atas pemanfaatan teknologi guna membantu keseharian teman-teman disabilitas.
Tak kurang dari sepuluh skenario perkenalan teknologi asistif bagi disabilitas disajikan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan generasi muda tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi. Sebagai salah satu sesi interaktif, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas bagi pengunjung, diantaranya: belajar menambahkan alt teks pada gambar di media sosial, mengaktifkan fitur pembaca layar (screen reader) di smartphone, mencoba fitur aksesibilitas dalam playstation, mencoba mengakses website hanya menggunakan keyboard (tanpa mouse maupun trackpad), dan berbagai aktivitas menarik lainnya.
Fadhila Shinta mahasiswa ISI Denpasar, salah satu pengunjung yang hadir dalam Sesi Interaktif menceritakan pengalamannya ketika mengikuti aktivitas yang berada di booth Suarise. Fadila mencoba mengetik di laptop sambil menggunakan pembaca layar dan mengenakan headphone.
Fadila terkesan dengan deskripsi yang diberikan pada saat screen reader membaca setiap hasil ketikan. “Per kata dan per huruf semua dijelaskan dan kalau salah pun diinformasikan. Ini memudahkan teman netra tetap eksis sekarang ke depan,” ujarnya.
Berbeda dengan Fadhila, Ganis Sibarani dari DNetwork menyatakan ketertarikannya pada kampanye Kamis Keyboard. Menurut Ganis, ini kali pertama dia mengetahui cara mengoperasikan laman website hanya menggunakan keyboard tanpa mouse maupun trackpad. Ganis juga berkesempatan mencoba fitur aksesibilitas dengan bermain playstation game Last of Us 2.
“Ternyata teman netra bisa main game PS seseru itu. Saya berharap dengan teman nondisabilitas tahu bagaimana cara kerja alat bantu, kita lebih aware. Ini juga penting bagi teman-teman yang berpoteni membuat software dan digital media, bisa mempertimbangkan membuatnya lebih inklusif bagi disabilitas. Sukses Suarise,” kata Ganis.
Sebagai informasi, Kegiatan ini berlangsung atas hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.
#BisaDiakses
Salah satu kampanye yang diperkenalkan Suarise dalam Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience di Bali yakni #BisaDiakses. Gerakan ini mengajak masyarakat untuk memberikan deskripsi gambar atau alt teks pada media sosial. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu teman-teman disabilitas, khususnya teman netra agar mereka mendapatkan informasi yang sama mengenai gambar apa yang terdapat di media sosial tersebut.
Tentang Penyelenggara
Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.
ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.
Kontak Suarise
Public Relations: [email protected]
Leave a Reply