Siaran Pers

Tampilan layar zoom dalam diskusi panel Gaad 2024 dengan moderator rahma utami (kiri atas), JBI (kanan atas), pembicara Zidny (kiri bawah) dan pembicara Mahali (kanan bawah)

Urgensi Regulasi Aksesibilitas Digital dalam Membangun Lingkungan Digital yang Inklusif

1600 1000 Iin Kurniati

Jakarta, 28 Mei 2024 –  Suarise menutup rangkaian Hari Kesadaran Aksesibilitas Global (Global Accessibility Awareness Day – GAAD) Tahun 2024 dalam Diskusi Panel bertajuk Jalur Menuju Inklusi Digital: Pendekatan Regulasi terhadap Aksesibilitas. Melalui serangkaian kampanye digital Tantangan Aksesibilitas, diskusi bersama komunitas disabilitas via media sosial, dan diskusi panel, Suarise meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat khususnya pemerintah mengenai aksesibilitas digital dan urgensi regulasinya dalam membangun lingkungan digital yang inklusif.

Pendekatan Regulasi terhadap Aksesibilitas Digital

Suarise menyelenggarakan Diskusi Panel dalam GAAD 2024 untuk meningkatkan kesadaran lembaga publik mengenai kebijakan dan implementasi penerapan aksesibilitas digital. Kegiatan diikuti oleh ratusan peserta dari perwakilan kehumasan Kementerian/Lembaga, serta perwakilan dinas Kominfo di berbagai daerah di Indonesia ini menyajikan pendekatan regulasi terhadap aksesibilitas digital, termasuk komparasi regulasi aksesibilitas digital dari berbagai negara.

tampilan layar zoom keynote speaker Hasyim Gautama (kiri) bersama Juru bahasa isyarat (kanan).

Hasyim Gautama, Kominfo membuka pelaksanaan Diskusi Panel Suarise dalam Peringatan GAAD Tahun 2024, dok. Suarise

Hasyim Gautama, Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik, Ditjen IKP Kementerian Kominfo dalam keynote speech nya memaparkan bahwa pihaknya selaku regulator telah berupaya meningkatkan kualitas layanan informasi publik yang inklusif. Saat ini Kominfo telah menyusun kebijakan dan standar operasional pedoman layanan informasi dan komunikasi berbasis digital bagi disabilitas. 

Kebijakan tersebut merujuk pedoman yang sudah ada yaitu ISO 40500 dan WCAG (Web Content Accessibility Guidelines). Penyusunan ini melibatkan kolaborasi berbagai pihak seperti Open Government Indonesia dan Suarise. Melalui keberadaan pedoman itu, Kominfo berharap dapat memenuhi hak-hak disabilitas. “Kebijakan ini tentunya (menjadi) kebijakan yang bersifat inklusif. Diharapkan dapat memenuhi hak-hak penyandang disabilitas dalam komunikasi dan memperoleh informasi” tutur Hasyim. 

Selanjutnya, pada sesi presentasi mengenai Aksesibilitas Digital di berbagai Negara, Nur Zidny Ilmanafia, research associate Suarise mengungkapkan bahwa digitalisasi di Indonesia beum efektif. Zidny menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia memiliki ribuan layanan digital berupa aplikasi, tetapi aplikasi tersebut hanya menjalankan satu fungsi. 

“Aplikasi-aplikasi tersebut tidak terintegrasi dan tidak sinkron satu sama lain. Kalau sudah berorientasi pada pengguna, maka masyarakat sebetulnya cukup mengakses satu portal informasi yang didalamnya bisa untuk mengakses layanan kependudukan atau kesehatan atau layanan lainnya,” jelas Zidny. 

Zidny melanjutkan berdasarkan temuan penelitian terdapat 2.000 lebih pelanggaran aksesibilitas dari sampel 34 website pemerintah provinsi di Indonesia. Isu aksesibilitas yang sering dilanggar meliputi rendahnya kontras warna, tautan kosong, dan gambar yang tidak memiliki alternatif teks. 

Sementara di negara lain, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, telah memiliki pedoman aksesibilitas yang telah diimplementasikan sejak tahun 1990-an. Negara-negara tersebut juga melakukan audit dan evaluasi secara sistematis untuk memastikan semua website maupun aplikasi baik di sektor pemerintah maupun sektor swasta bisa diakses oleh semua, termasuk disabilitas. Apabila menemukan pelanggaran, pihak terkait akan menerima denda. Namun, kebijakan serupa belum ada di Indonesia.

Sejalan dengan presentasi Zidny, Mahalli, staf aksesibilitas Subdirektorat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya memaparkan pentingnya menciptakan lingkungan sosial yang inklusif. Menurut Mahalli, para pemangku kepentingan perlu menghilangkan asumsi mengasihani disabilitas dan menanamkan pola pikir bahwa menyediakan aksesibilitas digital bukanlah suatu pilihan, melainkan menjadi kewajiban. “Pemangku kepentingan perlu melibatkan disabilitas dalam pengembangan aplikasi dan website,” tegasnya. 

Hal ini telah ia terapkan ketika memberi pelatihan membangun layanan yang aksesibel kepada pengelola website di tempat kerjanya. Mahalli juga berpesan kepada penyandang disabilitas untuk meningkatkan literasi terkait pengetahuan teknologi bantu seperti pembaca layar dan lain-lain untuk mengakses konten digital. Disisi lain, tambahnya, keberadaan teknologi tidak akan menghapus hal-hal yang bersifat fundamental seperti bahasa isyarat yang akan tetap dibutuhkan oleh teman tuli untuk memahami informasi.

Baca Menuju Aksesibilitas Digital melalui Inklusi Sosial bagi Disabilitas – Suarise Indonesia

Memahami Perspektif Disabilitas dalam Aksesibilitas Digital

Dalam kesempatan berbeda, Suarise menggelar rangkaian GAAD 2024 melalui diskusi bersama sejumlah komunitas disabilitas untuk lebih jauh memahami soal aksesibilitas, baik aksesibilitas fisik maupun aksesibilitas digital. Kegiatan yang diselenggarakan via Instagram LIVE bareng Suarise ini menghadirkan perwakilan komunitas SilangID dan Accessible Leisure.

Bagja Prawira, Co-Founder SilangID dalam sharing session 16 Mei lalu menuturkan bahwa teman Tuli menggunakan bahasa isyarat ketika menjalani aktivitas sehari-hari. Bagi teman tuli, bahasa isyarat telah menjadi budaya berkomunikasi. Namun, tidak semua teman Tuli hanya mengandalkan bahasa isyarat ketika berkomunikasi. Sebaliknya, ada beberapa teman Tuli yang memahami bahasa Indonesia atau sejenisnya dalam berkomunikasi.

Dalam mengakses teknologi, Bagja mengungkapkan bahwa teman Tuli yang memahami bahasa Indonesia secara umum menggunakan fitur closed caption, tetapi bagi teman Tuli yang tidak paham maka peran juru bahasa isyarat (JBI) sangat dibutuhkan. JBI berperan penting untuk mentransfer informasi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa isyarat. “Keberadaan closed caption tetap bermanfaat bagi teman Tuli sebagai sarana belajar kosa kata baru dan struktur kalimat,” ungkap Bagja.

Disisi lain, Revin Leo, content writer tunanetra Suarise menceritakan kendalanya ketika menemukan konten gambar. Meskipun para pengembang teknologi telah menyediakan fitur alternatif teks agar tunanetra bisa menerima informasi berbentuk visual, tetapi menurutnya masih belum banyak orang yang memanfaatkan fitur tersebut secara optimal.

Padahal alternatif teks berfungsi untuk mendeskripsikan isi informasi dalam gambar. Namun, alternatif teks kerap absen dari konten-konten gambar yang diunggah pada media sosial. Dalam sharing session tersebut, Revin mengajak masyarakat memberikan alternatif teks sebelum mengupload konten ke media sosial. “Kalau postingan ada alternatif teks-nya, aku jadi langsung paham apa maksud gambarnya. Contoh postingan suarise pada acara ini ada al teks, Dalam memperingati Global Accessibility Awareness Day (GAAD) Collaborative Sharing Session with Silang ID,” tutur Revin.  

Fitur aksesibilitas lain yang dapat membantu tunanetra menurut Revin yakni keberadaan fitur audio description pada konten video. Revin mengungkapkan bahwa fitur audio description membuatnya lebih paham ketiga ada adegan non dialog (mimik wajah, tindakan aksi, dan sebagainya) saat menonton film yang tidak dijelaskan secara gamblang dalam dialog pada salah satu layanan streaming. 

Informasi yang bisa diakses oleh teman netra dan teman tuli dapat berdampak terhadap kemandirian mereka. Namun realitanya belum semua informasi yang dibutuhkan disabilitas tersedia. Salah satunya informasi mengenai aksesibilitas suatu tempat. Permasalahan ini menjadi topik bahasan lain dalam sharing session via Instagram Live Suarise bersama Accessible Leisure pada 18 Mei lalu.

Maudita Zobritania, founder Accessible Leisure menjelaskan bahwa minimnya informasi mengenai aksesibilitas fisik suatu tempat seperti akses tangga, ruang untuk kursi roda, dan akses kamar mandi menjadi tantangan disabilitas ketika akan mengadakan aktivitas bertemu secara tatap muka. Umumnya informasi yang tersedia di internet hanya terbatas pada aspek estetika tempat tersebut. 

Permasalahan ini terjadi pada sebagian besar tempat di Indonesia termasuk di wilayah Jakarta dan Bali. Akibatnya pengunjung disabilitas harus menghubungi pihak pemilik tempat secara manual untuk menanyakan apakah tempat tersebut aksesibel atau tidak sebelum berkunjung. “Seharusnya semua pemilik tempat menyediakan informasi aksesibilitas, sehingga memudahkan disabilitas dalam menentukan lokasi kegiatan. Hal lain yang bisa dilakukan penyedia layanan adalah memberi pelatihan kepada para staf tentang cara mendampingi disabilitas dari semua kalangan,” jelas Zo.

Secara teknis, Zo dan Iin Kurniati, Public Relations Suarise sepakat bahwa regulasi yang mengatur hal tersebut sudah ada, tetapi belum terlaksana secara optimal. Khusus ranah digital, Iin melihat ketiadaan pedoman aksesibilitas mengenai bagaimana cara membuat website atau aplikasi yang aksesibel menjadi kendala bagi pengembang di Indonesia. 

Suarise menjawab masalah ini tersebut dengan terlibat bersama Kementerian Kominfo dalam merancang pedoman aksesibilitas digital. Sasaran awal pedoman ini yakni kalangan Pemerintah yang kerap memberikan layanan publik. Pemerintah dituntut memiliki layanan digital terutama layanan berbentuk website yang mudah diakses disabilitas. Setelah itu, baru ke depan Pedoman ini diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain, termasuk sektor industri untuk menerapkan hal serupa pada organisasinya.

Pedoman aksesibilitas digital tentang bagaimana merancang website ini penting diketahui semua orang. Oleh karena itu, selain ikut terlibat dalam perancangan pedoman, Suarise turut menyosialisasikan pedoman ini kepada berbagai kalangan. Salah satu target implementasi dari Pedoman ini yakni pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan website atau aplikasi, diantaranya para pengembang teknologi. 

Guna memberi pemahaman dan pengetahuan mendalam soal aksesibilitas Suarise baru saja menyelesaikan penyelenggaraan A11y (Accessibility) Bootcamp pertama di Indonesia. Bootcamp ini merupakan workshop intensif soal aksesibilitas digital selama tiga bulan yang dilaksanakan secara hybrid sejak Januari hingga April 2024. 

Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 40 orang berlatar belakang UI/UX designer, UX  research  UX writer, Web and App developer dari Jabodetabek, Malang, dan Yogyakarta menjadi titik awal Pelaksanaan GAAD 2024. Kegiatan ini ditutup dengan hasil akhir berupa pengujian aksesibilitas digital dari sepuluh website berbagai sektor yang melibatkan teman-teman disabilitas. Temuan ini ke depan akan menjadi Temuan ini akan menjadi bahan advokasi kepada para pemangku kepentingan.

Kegiatan Accessibility Bootcamp didukung oleh hibah dari Information Society Innovation Fund (ISIF Asia) dan APNIC Foundation. Acara ini juga terselenggara berkat kerja sama dengan Algobash, serta media dan community partner bersama UXID Bandung, Design Rant, dan Ruang Gerak. Selain itu, khusus pada penyelenggaraan kegiatan penutup A11y Bootcamp, Kami didukung oleh Apple Developer Academy selaku venue supporting.

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan.

Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision. Suarise juga memprakarsai a11yID, komunitas Indonesia pertama untuk orang-orang dengan latar belakang teknologi yang ingin mengeksplorasi lebih banyak tentang aksesibilitas digital.

ISIF adalah singkatan dari The Information Society Innovation Fund (ISIF Asia) ISIF ASIA adalah organisasi nirlaba yang fokus mendukung dan mempercepat penggunaan dan pengembangan internet untuk kepentingan sosial di seluruh dunia. Organisasi ini memberikan dukungan keuangan dan teknis kepada proyek-proyek inovatif yang berupaya meningkatkan akses, keamanan, privasi, dan manfaat sosial dari internet. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program be The A11y Project yang meliputi A11y Bootcamp, A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. 

 

Kontak Suarise: 

Iin Kurniati 

Public and Government Relations Suarise 

Email: [email protected] 

Website: http://suarise.com

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Foto bersama seluruh peserta, mentor, dan trainer Accessibility Bootcamp, serta para tamu undangan, tim Suarise, dan para volunteer

Transformasi Aksesibilitas Web dalam Accessibility Bootcamp Suarise 2024

2560 1439 Iin Kurniati

BSD City, 20 April 2024 –  Suarise menutup rangkaian Kegiatan Accessibility Bootcamp Suarise 2024 dalam Digital Accessibility Awareness Day: 10 Case Studies on Transforming Web Accessibility in Indonesia. Kegiatan ini menyajikan hasil studi kasus dalam negeri terkait website yang aksesibel dan inklusif sesuai dengan pedoman aksesibilitas konten web (Web Content Accessibility Guideline – WCAG). 

Accessibility Bootcamp Pertama di Indonesia

Suarise berinisiasi menyelenggarakan Bootcamp Aksesibilitas Digital (A11y Bootcamp) lintas disiplin pertama di Indonesia. Kegiatan yang diselenggarakan pada tiga kota Jakarta, Yogyakarta, dan Malang ini diikuti oleh 40 orang peserta berlatar belakang UI/UX Designer, UX Research, UX writer, dan Web Developer, berasal dari kalangan profesional maupun mahasiswa yang telah lolos seleksi kompetensi dasar.

A11y Bootcamp sendiri bertujuan mendorong kolaborasi lintas disiplin bersama dengan teman disabilitas dalam menciptakan solusi aksesibilitas yang holistik dan efektif. Kegiatan yang berlangsung baik secara online maupun offline ini juga bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan produk digital inklusif, serta mudah diakses bagi semua termasuk disabilitas. Harapannya agar para peserta dapat menerapkan aspek ini dalam pekerjaan di bidang desain, pengembangan produk/website, dan penulisan di bidang digital.

Sejak Januari 2024, para peserta mempelajari berbagai hal soal aksesibilitas digital, mulai dari prinsip dasar hingga fundamental aksesibilitas digital sesuai WCAG sebagai standar teknis aksesibilitas web yang dikembangkan oleh World Wide Web Consortium (W3C). Peserta juga mempelajari praktik terbaik dalam penerapan standar dalam sejumlah disiplin ilmu dengan para pengajar yang terdiri atas praktisi teknologi baik dari dalam maupun dari luar negeri, termasuk pengajar dengan latar belakang disabilitas.

Pada awal pertemuan, peserta juga berkesempatan berbincang secara online dengan teman-teman yang memiliki jenis disabilitas berbeda (seperti cerebral palsy, autism spectrum disorder, teman netra, dan multiple sclerosis). Melalui sesi diskusi bersama teman disabilitas, para peserta mendapat gambaran tentang sejauh mana tantangan aksesibilitas yang dihadapi mereka dan bagaimana kebiasaan penggunaan teknologi asistif yang digunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Baca: Suarise A11y Bootcamp Berhasil Tuai Antusiasme Positif – Suarise Indonesia

Belajar dari Perspektif Pengguna Disabilitas dalam Studi Kasus

Dalam riset maupun pengetesan sebuah website, terdapat satu tahap penting untuk mengetahui apakah produk tersebut mudah digunakan yakni dengan melibatkan para pengguna secara langsung. Hal ini pula yang diterapkan pada project akhir peserta dalam rangkaian kegiatan A11y Bootcamp  yakni melibatkan teman-teman disabilitas (disability user testing). Kegiatan ini menggandeng sepuluh orang responden disabilitas netra untuk bersama-sama melakukan audit website. 

diskusi kelompok yang melibatkan teman disabilitas. Seorang teman netra tengah mengakses website dengan instruksi dari peserta bootcamp.

Diskusi para peserta A11y Bootcamp dengan teman netra dalam mempelajari studi kasus tentang website yang memenuhi standar aksesibilitas internasional (WCAG) pada Kelas ke-13 tentang, Sabtu (09/03) di Jakarta (Doc. Suarise)

Pelibatan teman-teman disabilitas ini tidak hanya berperan utama sebagai tester, tetapi juga berperan sebagai mentor bagi para peserta dalam proses penyelesaian tugas akhir. Peserta Bootcamp bersama responden disabilitas melakukan pengujian terhadap sepuluh website lokal di berbagai sektor, diantaranya sektor kesehatan, pendidikan, pelayanan publik pemerintah, ketenagakerjaan, dan jasa keuangan. Hasil studi ini akan digunakan sebagai bahan advokasi kepada para stakeholders terkait produk website yang aksesibel dan inklusif.

Tujuan pelibatan pengguna disabilitas ialah membangun kolaborasi setara antara pengguna dengan disabilitas dengan pengembang dalam pembuatan platform digital yang ramah ragam disabilitas. Melalui pertemuan langsung dengan pengguna, diharapkan para peserta Bootcamp mampu memahami langsung masalah yang dihadapi dalam mengakses platform digital serta mengumpulkan umpan balik untuk meningkatkan standarisasi aksesibilitas digital terutama di platform digital sektor tertentu.

Menurut Synthia Montolalu, salah satu responden disabilitas netra, dirinya merasa senang dapat bekerja sama dengan kelompok diskusi pada website di bidang kesehatan. “Saya  termotivasi untuk mengeksplorasi website pemerintah dan swasta. Saya menemukan banyak hal yang tidak ramah dan kurang aksesibel bagi tunanetra dan pembaca layar, lalu mencoba mencari solusinya bersama,” ungkapnya. Tia berharap seharusnya website pemerintah jauh lebih tinggi level aksesibilitasnya, lebih informatif dan bisa jadi acuan bagi website yang dikelola oleh swasta. 

Digital Accessibility Awareness Day

tiga orang perwakilan kelompok peserta Accessibility Bootcamp. Satu orang wanita (kiri) sedang mempresentasikan hasil studi kasus, dan dua orang disebelahnya (wanita -tengah) (laki-laki - kanan)

Salah satu kelompok peserta A11y Bootcamp sedang mempresentasikan hasil studi kasus website lokal, serta temuan mereka terkait tantangan aksesibilitas digital pada rangkaian penutup A11y Bootcamp, Sabtu (20/04), di BSD City (Doc. Suarise)

Sebagai rangkaian penutup Bootcamp, Suarise menggelar Digital Accessibility Awareness Day (DAAD) yang menyajikan hasil studi kasus sepuluh website dalam negeri. Kegiatan yang diselenggarakan secara offline dan online (terbatas) ini diikuti oleh sekitar 100 orang pendaftar umum (termasuk teman disabilitas), dan para pemangku kepentingan.

Ridho, seorang teman tuli yang ikut hadir dalam DAAD menyampaikan rasa haru dan bangga dengan meningkatnya antusiasme publik terhadap aksesibilitas untuk teman disabilitas. “Aku merasa terharu luar biasa. Harapannya ke depan semoga semakin banyak teman developer di seluruh Indonesia yang fokus memperhatikan aksesibilitas untuk mewujudkan Indonesia yang lebih inklusif,” ujarnya.

Founder and Accessibility Consultant Suarise sekaligus Trainer A11y Bootcamp, Rahma Utami salut atas komitmen dan semangat  peserta selama tiga bulan kebelakang, baik dari segi keaktifan di kelas dua kali seminggu,  dan ketepatan pengerjaan tugas personal maupun penugasan kelompok. Komitmen ini menjadi indikator semangat dalam membuat digital platform yang lebih aksesibel yang perjalanannya tidak sebentar.

Bootcamp ini adalah modal dan titik awal untuk para alumni Bootcamp mengambil bagian dalam tantangan terbesar, yakni mengimplementasikan materi dan praktik yang telah dipelajari ke kampus, organisasi, perusahaan, atau dimanapun mereka bernaung. “Kami berharap penyelenggaraan Bootcamp ini bukan yang pertama dan terakhir, tetapi menjadi titik mula terwujudkan transformasi digital inklusif di Indonesia,” tegasnya. 

Sebagai tambahan informasi, Kegiatan Penutup A11y Bootcamp Suarise bertajuk Digital Accessibility Awareness Day merupakan salah satu rangkaian menuju peringatan Global Accessibility Awareness Day (GAAD) tahun 2024. GAAD merupakan gerakan yang berfokus pada akses dan inklusi digital bagi lebih dari satu miliar penyandang disabilitas yang diperingati setiap hari Kamis pekan ketiga pada bulan Mei mendatang.

Kegiatan Accessibility Bootcamp didukung oleh hibah dari Information Society Innovation Fund (ISIF Asia) dan APNIC Foundation. Acara ini juga terselenggara berkat kerja sama dengan Algobash, serta media dan community partner bersama UXID Bandung, Design Rant, dan Ruang Gerak. Selain itu, khusus pada penyelenggaraan kegiatan penutup A11y Bootcamp, Kami didukung oleh Apple Developer Academy selaku venue supporting.

Suarise Wujudkan Generasi Aksesibilitas melalui Accessibility Bootcamp 2024 – Suarise Indonesia

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan.

Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision. Suarise juga memprakarsai a11yID, komunitas Indonesia pertama untuk orang-orang dengan latar belakang teknologi yang ingin mengeksplorasi lebih banyak tentang aksesibilitas digital.

ISIF adalah singkatan dari The Information Society Innovation Fund (ISIF Asia) ISIF ASIA adalah organisasi nirlaba yang fokus mendukung dan mempercepat penggunaan dan pengembangan internet untuk kepentingan sosial di seluruh dunia. Organisasi ini memberikan dukungan keuangan dan teknis kepada proyek-proyek inovatif yang berupaya meningkatkan akses, keamanan, privasi, dan manfaat sosial dari internet. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program be The A11y Project yang meliputi A11y Bootcamp, A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. 

 

Kontak Suarise: 

Iin Kurniati 

Public and Government Relations Suarise 

Email: [email protected] 

Website: http://suarise.com

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Suarise A11y Bootcamp 2024 Pembukaan dan diskusi panel bertajuk understanding user perspective in navigating everyday life through inclusive technology when and where? Sabtu, 13 Januari 2024 jam 13 sampai 15 via Zoom Suarise foto empat orang panelis

Suarise Wujudkan Generasi Aksesibilitas melalui Accessibility Bootcamp 2024

1921 1080 Iin Kurniati

Jakarta, 13 Januari 2024 –  Suarise menyelenggarakan Accessibility (A11y) Bootcamp Pertama di Indonesia di Jakarta. Kegiatan ini merupakan workshop intensif selama tiga bulan untuk membahas topik aksesibilitas digital bagi para generasi muda yang berprofesi sebagai UI/UX Designer, UX Research, UX writer, dan Web Developer untuk belajar mengenai aksesibilitas digital dan menerapkannya dalam produk-produk digital.

A11y Bootcamp Ciptakan Solusi Aksesibilitas

Pemenuhan kemudahan aksesibilitas di bidang digital belum didukung oleh pemerintah, institusi, lembaga pendidikan, maupun perusahaan akibat minimnya informasi maupun edukasi. Terbukti dengan masih ditemukannya sejumlah website (situs), perangkat lunak, aplikasi, media sosial, website, maupun dokumen digital yang sulit diakses oleh teman-teman disabilitas karena tidak terbaca screen reader (pembaca layar), maupun tidak tersedianya bahasa isyarat/subtitle, serta desain yang belum inklusif.

Berdasarkan hal tersebut, Suarise berinisiasi menyelenggarakan Bootcamp Aksesibilitas Digital (A11y Bootcamp) lintas disiplin pertama di Indonesia. Kegiatan ini berupaya meningkatkan pemahaman teknik penerapan aksesibilitas digital pada layanan aplikasi maupun website kepada lebih banyak pegiat teknologi. 

A11y Bootcamp sendiri bertujuan mendorong kolaborasi lintas disiplin di bidang UX Researcher, UI/UX Designer, UX Writer, dan Web developer dengan teman disabilitas dalam menciptakan solusi aksesibilitas yang holistik dan efektif. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan produk digital inklusif, yang mudah diakses bagi semua termasuk disabilitas. Harapannya agar para peserta nantinya dapat menerapkan aspek ini dalam pekerjaan di bidang desain, pengembangan produk/website, dan penulisan.

Kegiatan yang berlangsung mulai bulan Januari hingga Maret 2024 ini diperuntukkan bagi para kalangan profesional dan mahasiswa yang lulus tes kompetensi dasar. Setiap peserta akan belajar berbagai hal dari para trainer dan mentor, mulai dari pengenalan aksesibilitas digital, prinsip-prinsip aksesibilitas digital, pedoman desain pengalaman pengguna (UX) yang aksesibel, pedoman pengembangan web yang aksesibel, persona dan riset pengguna disabilitas, teknis coding (untuk developer), dan berbagai hal lain seputar aksesibilitas digital.

Sejak bulan Desember 2023, proses seleksi peserta dimulai dari knowledge based competency test, motivation – essay test, hingga professional background. Empat orang anggota selection committee sendiri merupakan para ahli teknologi di bidangnya. Pada akhir Januari, sebanyak 40 peserta A11y Bootcamp telah terpilih diantara lebih dari 300 orang pendaftar berasal dari berbagai kota di Indonesia. Seluruh peserta nantinya akan mengikuti rangkaian kegiatan online dan offline di tiga kota, yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Malang.

Memahami Perspektif Pengguna Disabilitas dalam Teknologi

Suarise menghadirkan empat orang pembicara berlatar belakang pengguna disabilitas untuk memahami perspektif pengguna untuk menavigasi kehidupan sehari-hari melalui teknologi inklusif. Mengusung tajuk “Understanding user perspective in navigating everyday life through inclusive technology, Diskusi Panel ini menjadi rangkaian pembukaan A11y Bootcamp 2024 yang akan memberikan perspektif kepada para peserta.

Diskusi ini menghadirkan Bryan Wahyu Krisna Putra CTO Sarana Technology dan Rnd Developer Kipas-Kipas seorang cerebral palsy, Ireisha Anindya writer content and narrative, seorang Autism spectrum disorder, Khamal Nurdin Cahyadi talent content writer Suarise, teman netra, dan Rezky Achyana Executive Director The TamTam therapy centre, seorang multiple scolerosis. Dalam diskusi tersebut, keempat orang panelis menjelaskan asumsi yang biasa mereka terima sehari-hari dari masyarakat. 

Mereka juga menekankan pentingnya support system untuk mendukung keseharian, baik dari tersedianya akomodasi yang aksesibel, hingga dukungan keluarga dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang inklusif. 

Tangkapan layar zoom yang berisi moderator rahma utami (kiri atas), Bryan (tengah atas), Khamal (kanan atas), rezky (kiri bawah), dan Ireisha (kanan bawah)

Dokumentasi: Tangkapan Layar diskusi panel bersama knowledge and accessibility director Suarise Rahma Utami bersama keempat narasumber yang mengulas perspektif pengguna dalam menavigasi kehidupan sehari-hari melalui teknologi inklusif pada Pembukaan A11y Bootcamp di Jakarta, Sabtu (13/01)

Ireisha Aninda dan Rezky Achyana sama-sama menekankan pentingnya membuat ekosistem atau lingkungan yang inklusif. “Suarise bikin ekosistem yang melibatkan banyak pihak yang berinteraksi langsung dengan user (disabilitas). Nothing about us without us, ayo libatkan disabilitas agar kerja yang inklusif menjadi benar-benar inklusif,” ungkap Rezky.

Berbeda dengan kedua pembicara sebelumnya, Bryan menegaskan fokusnya kepada peran orang tua dengan anak difabel. “Makanya buat aplikasi yang fokus untuk orang tua agar difabel lebih maju,” tegasnya. Sementara itu, Khamal menyatakan bahwa semua orang akan menjadi disabilitas. “Inklusi bukan pencapaian, tetapi inklusi adalah perjalanan.”

Pada akhirnya Rahma Utami, knowledge and Accessibility Consultant Suarise menyimpulkan bahwa aksesibilitas bukan isu minoritas, tetapi isu kita semua yang akan juga mendapatkan manfaatnya bila mewujudkan aksesibilitas digital di tanah air.

Kegiatan Accessibility Bootcamp didukung oleh hibah dari Information Society Innovation Fund (ISIF Asia) dan APNIC Foundation. Acara ini juga terselenggara berkat kerja sama dengan Algobash, serta media dan community partner bersama UXID Bandung, Designrant, dan Ruang Gerak.

Tentang Penyelenggara

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Suarise untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional 2023. Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

 

Kontak Suarise: 

Iin Kurniati 

Public Relations Suarise 

Email: [email protected] 

Website: http://suarise.com

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
tangkapan layar webinar HDI 2023, Okki Susanto dan penerjemah bahasa isyarat. Tulisan dalam screen You should not be afraid of Artificial Intelligence, you should be afraid of people whou use AI to make their work even better

Suarise konsisten suarakan Urgensi Aksesibilitas Wujudkan sektor Digital Indonesia Ramah Ragam Disabilitas

3360 2100 Iin Kurniati

Siaran Pers Rangkaian Peringatan Hari Disabilitas Internasional 2023

Jakarta, Desember 2023 –  Memperingati Hari Disabilitas Internasional 2023, Suarise konsisten menyuarakan pentingnya aksesibilitas digital, pemberdayaan tenaga kerja disabilitas serta optimalisasi kecerdasan buatan. Melalui rangkaian kegiatan webinar, accessibility empathy lab pop up experience, serta accessibility bootcamp, Suarise mengajak publik menjadi agen perubahan terpenting wujudkan sektor digital Indonesia ramah ragam disabilitas.

Optimalkan Kecerdasan Buatan dan Kreativitas Tenaga Kerja Disabilitas

Jakarta, 6 Desember 2023 – Menjawab peluang dan tantangan penggunaan kecerdasan buatan di dunia kerja dalam kaitannya dengan tenaga kerja disabilitas, Suarise menyelenggarakan Webinar bertajuk Increasing Employer’s Confidence in Recruiting Workers with Disabilities With Artificial Intelligence (AI) Optimization pada Rabu (6/10) di Jakarta. 

Pesatnya perkembangan teknologi mencetuskan artificial intelligence – kecerdasan buatan (AI) sebagai salah satu alat revolusi industri. AI memungkinkan mesin memahami lingkungan berdasarkan sumber informasi seperti data, suara, hingga gambar yang diproses. Penerapan teknologi AI berkembang ke ranah praktis yang semula sebatas menyelesaikan tugas sederhana menjadi tugas kompleks.

Dampak AI di berbagai industri bisnis bisa sangat kompleks. Pada satu sisi kecerdasan buatan dapat meningkatkan produktivitas kerja dan efisiensi waktu melalui data dan berbagai kemudahan yang ditawarkan. Namun disisi lain keberadaan AI bisa menimbulkan sejumlah permasalahan diantaranya disrupsi pasar kerja, keotentikan suatu karya, hingga masalah etis.

Oleh karena itu, melalui pembuktian manfaat penting dari penggunaan AI, serta kesaksian pemberi kerja yang mengoptimalkan penggunaan AI di dalam perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Potensi inilah yang dapat menjadi langkah awal membangun kepercayaan diri perusahaan merekrut pekerja disabilitas dan mengoptimalkan kecerdasan buatan. Sehingga permintaan terhadap tenaga kerja disabilitas bagi perusahaan/organisasi akan makin berkembang. 

Webinar ini merupakan series tahunan Peringatan HDI Suarise bertajuk Disability Confident Employer yang mempertemukan ekspektasi para pemberi kerja dengan kebutuhan dunia industri untuk meningkatkan peluang kerja bagi disabilitas.

Acara yang diperuntukkan bagi praktisi HR, perekrut tenaga kerja, pendiri perusahaan, komunitas disabilitas, dan peminat isu disabilitas ini menghadirkan praktisi kecerdasan buatan, praktisi sumber daya manusia (human resources), serta penulis yang paham soal penggunaan chat GPT sebagai salah satu bentuk AI dan kaitannya dengan tenaga kerja disabilitas. Kehadiran mereka menjadi referensi utama untuk memahami apa itu kecerdasan buatan, bagaimana pemanfaatan AI dalam rekrutmen tenaga kerja, hingga bagaimana optimalisasi penggunaan AI oleh tenaga kerja disabilitas.

Perwakilan Persatuan Manajemen Sumber Daya Manusia (PMSM) Indonesia yakni Ketua Departemen DEI & ESG PMSM Indonesia sekaligus People & Culture Director, PT HM Sampoerna Tbk, Ripy Mangkoesoebroto menjelaskan pentingnya memberikan kesempatan yang lebih besar bagi para penyandang disabilitas untuk bekerja di perusahaan/organisasi. 

“Mari sama-sama belajar bagaimana mengatasi asumsi dan bias persepsi, menggunakan teknologi untuk mempermudah teman disabilitas agar bisa produktif dan menyatu dengan perusahaan. Kita bisa sama-sama memikirkan opsi terutama penggunaan AI atau teknologi untuk mempermudah perusahaan maupun pencari kerja disabilitas supaya bisa saling produktif, saling membantu, untuk sama-sama saling berkembang,” ungkapnya.

tangkapan layar kiri atas aria ghora prabono, AI research enginer, kanan atas Rahma Utami knowledge and accessibility director Suarise, dan tengah bawah penerjemah bahasa isyarat

Dokumentasi: Tangkapan Layar pemateri Aria Ghora yang sedang berdiskusi bersama founder Suarise Rahma Utami mengenai perkenalan dan perkembangan Artificial Intelligence didampingi juru bahasa isyarat dalam rangkaian Hari Disabilitas Internasional 2023 di Jakarta, 06/12/23

Pada sesi pengantar kecerdasan buatan, AI research engineer di EAGLYS Tokyo Jepang, Aria Ghora memperkenalkan apa itu kecerdasan buatan atau AI hingga apa hubungan antara AI dengan disabilitas. Aria cukup yakin bahwa AI berpotensi besar mendukung pemberdayaan disabilitas dengan memberikan solusi untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian, khususnya di lingkungan kerja.

“Dampak perkembangan AI yang membahayakan tentu ada. Namun dilihat dari sisi baik, AI berperan menunjang inklusivitas bagi disabilitas, khususnya di lingkungan kerja. Ini bukan soal menggantikan manusia dengan mesin, tetapi ini soal empowering atau pemberdayaan. Bagaimana menciptakan lingkungan yang beragam dan inklusif sehingga semua orang bisa berkontribusi setara walau dalam keterbatasan. Kita bisa mewujudkan dunia dengan segala keragamannya dalam harmoni,” jelas Aria.

Selanjutnya pada sesi kedua, Irma Suryaningsih, Head of HR Rey.id memaparkan soal bagaimana membangun organisasi sehat dengan inklusivitas perusahaan serta hubungan kemajuan kecerdasan buatan dengan HR dan tenaga kerja disabilitas. Pada awal pemaparan Irma meyakinkan para HR dan perwakilan perusahaan yang hadir dalam acara ini untuk yakin merekrut tenaga kerja disabilitas karena dapat meningkatkan employer branding melalui diversitas dan inklusivitas, meningkatkan kreativitas dan inovasi perusahaan, serta menyesuaikan kebutuhan pasar.

Kemudian terkait hubungan antara penggunaan AI, HR, dan tenaga kerja disabilitas Irma menjelaskan urgensi menggandengkan teknologi dan manusia. “Kalau cuma mengandalkan AI tidak akan ada human touch. Kita punya skill set, kita tahu kekurangan kita dimana. Jadi andalkan teknologi untuk mengisi kekurangan kita, doing research dan sebagainya. Jangan sampai kita hanya memakai teknologi saja itu salah. Teknologi dipakai, skill set ditambah, hasilnya akan makin maksimal,” terangnya.

Terakhir pada sesi terakhir, Writer and Entrepreneur, Okki Sutanto menjelaskan tentang Meningkatkan kepercayaan perusahaan dalam merekrut tenaga kerja disabilitas dengan optimalisasi Artificial Intelligence (AI). Okki menuturkan bahwa AI itu sangat berguna tergantung bagaimana cara manusia memanfaatkannya.

“Artificial Intelligence cuma alat yang bisa membantu kita. Tergantung kita mau memanfaatkannya dengan maksimal atau tidak, kita memanfaatkan untuk kebaikan atau enggak. AI saat ini masih jauh dari sempurna, masih terus berubah. Dengan panduan yang jelas (maka) AI atau chat GPT bisa membantu pekerja maupun para pemberi kerja untuk sama-sama untuk memaksimalkan hasil kerja mereka. Pada ujungnya akan membawa manfaat secara ekonomi untuk perusahaan dan kita semua bagi umat manusia,” ujar Okki.

Accessibility Empathy Lab Pop Up Terakhir tahun 2023

seorang pria teman netra sedang mengajarkan pengunjung wanita membaca dan mengetik tanpa melihat. Mereka menggunakan headset bersama untuk mendengar pembaca layar membacakan dokumen

Seorang volunteer teman netra sedang mengajak pengunjung mencoba membaca dokumen menggunakan pembaca layar – screen reader, 10/12/23

Solo, 9 Desember 2023 – Suarise menjadi bagian Perayaan Urban Social Forum (USF) ke sepuluh di SMP Negeri 10 Surakarta Jawa Tengah bersama Yayasan Kota Kita. USF merupakan sebuah ruang untuk memperkuat solidaritas antara para aktor masyarakat sipil yang selama ini telah bergerak untuk mewujudkan kota yang lebih baik untuk semua. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, Suarise berperan sebagai salah satu kolaborator yang menyelenggarakan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience (booth). 

Mengusung semangat ‘Another City is Possible’, kegiatan USF ini menekankan pentingnya advokasi demi mendorong kota-kota di Indonesia yang berkeadilan sosial, inklusif, demokratis, serta masyarakat yang aktif dengan kewarganegaraannya. Keberadaan Suarise pada USF mendorong lahirnya ruang diskusi terbuka yang inklusif untuk berbagi gagasan, bertukar pengalaman, dan pengetahuan seputar urgensi aksesibilitas digital bagi pembangunan kota yang lebih baik di Indonesia.

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dalam USF merupakan kegiatan pertama yang diselenggarakan di Surakarta, Jawa Tengah. Kegiatan yang sekaligus menutup rangkaian Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience tahun 2023 ini bertujuan memperluas kesadaran para praktisi kota, organisasi masyarakat sipil, komunitas pegiat pembangunan kota yang lebih baik tentang urgensi aksesibilitas digital. Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience mengajak masyarakat memahami tantangan aksesibilitas serta solusi akomodatif atas pemanfaatan teknologi guna membantu keseharian teman-teman disabilitas yang bermanfaat untuk diterapkan dalam pembangunan kota yang inklusif bagi semua.

Tak kurang dari sembilan skenario perkenalan teknologi asistif bagi disabilitas disajikan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan para pegiat dan praktisi pembangunan kota inklusif. Suarise menghadirkan berbagai aktivitas bagi para pengunjung, diantaranya: mencoba fitur aksesibilitas di playstation ‘Last of Us 2’, menambahkan alt text di media sosial, pesan perjalanan atau pesan makanan pada aplikasi ojek online menggunakan pembaca layar (screen reader), mengetik di Microsoft Word menggunakan screen reader tanpa melihat layar, dan sejumlah aktivitas menarik lainnya.

team Suarise berpose bersama para volunteer Accessibility ELP di kota Surakarta di depan booth Suarise

Tim Suarise bersama para volunteer Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience di SMP Negeri 10 Surakarta, Jawa Tengah, 10/12/23

Pada akhirnya, kegiatan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience ini sejalan dengan energi positif yang diusung oleh USF berupa pemikiran, kepercayaan diri, dan harapan bahwa ‘another city’ (kota yang memberi kehidupan untuk semua, termasuk bagi teman-teman disabilitas) adalah mungkin melalui kerja dan semangat seluruh warga kota.

Accessibility Bootcamp Pertama di Indonesia

Menutup rangkaian Hari Disabilitas Internasional 2023, Suarise membuka Accessibility Bootcamp (A11yID Bootcamp) GRATIS. Kegiatan ini merupakan sebuah workshop intensif selama dua bulan yang ditujukan bagi para UI/UX/Product Desainer, UX researcher, UX writer, web developer untuk belajar mengenai aksesibilitas digital dan menerapkannya dalam produk-produk digital.

Kegiatan ini akan berlangsung mulai bulan Januari hingga Maret 2024 ini diperuntukkan bagi para kalangan profesional dan mahasiswa yang lulus tes kompetensi dasar. Setiap peserta akan belajar berbagai hal, mulai dari pengenalan aksesibilitas digital, prinsip-prinsip aksesibilitas digital, pedoman desain pengalaman pengguna (UX) yang aksesibel, pedoman pengembangan web yang aksesibel, persona dan riset pengguna disabilitas, teknis coding (untuk developer), dan berbagai hal lain seputar aksesibilitas digital.

Setiap peserta akan diseleksi mulai dari knowledge based competency test, motivation – essay test, hingga professional background. Bagi para peserta yang tertarik mengikuti kegiatan ini, waktu registrasi dan seleksi akan diselenggarakan selama bulan Desember 2023. Caranya dengan submit pendaftaran via Microsoft Form dan mengerjakan Assessment test via Algobash.

Rangkaian kegiatan HDI 2023 berupa Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dan Accessibility Bootcamp didukung oleh hibah dari Information Society Innovation Fund (ISIF Asia) dan APNIC Foundation.

Tentang Penyelenggara

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Suarise untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional 2023. Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

 

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
dua orang sedang duduk di hadapan para penonton. mc (kiri) memperkenalkan pembicara rahma. Di belakang mereka ada layar bertuliskan Accessibility atau alli class ux untuk disabilitas, egdung algoritma 14 November 2023

Accessibility Class dan Empathy Lab Pop Up Experience Ciptakan Generasi Paham Aksesibilitas Digital

2560 1440 Iin Kurniati

Malang, 15 November 2023 – Suarise bekerja sama dengan Departemen Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (UB) menyelenggarakan Accessibility Class dan Empathy Lab Pop Up Experience (ELP) di Malang. Langkah ini merupakan upaya ciptakan generasi paham aksesibilitas digital.

Tingginya antusiasme para akademisi termasuk para dosen dan mahasiswa dalam komunitas A11yID yang diusung Suarise, membuat Suarise melanjutkan inisiasi edukasi mengenai aksesibilitas digital di level perguruan tinggi. Kegiatan ini pun tidak hanya fokus di Jabodetabek, tetapi kini mulai merambah hingga Jawa Timur.

UX untuk Disabilitas

seorang wanita sedang berdiri di atas panggung memberikan penjelasan di hadapan para mahasiswa. tampak tulisan paparan yang terlibat dan bertanggung jawab dalam membangun ekosistem digital yang inklusif, diantaranya seperti product manager, policy maker, advocate and user, dan educator. Namun yang berperan penting adalah teman-teman mahasiswa UB yang di masa depan nanti akan menjadi developer, ui/ux designer

(Dokumentasi: Rahma utami sedang memberikan penjelasan seputar siapa saja yang berperan penting dalam mewujudkan aksesibilitas digital, 14/11/2023)

Mengusung tema Accessibility Class UX untuk Disabilitas, kegiatan ini penting untuk mengantarkan para mahasiswa ilmu komputer UB menjadi seorang UX designer/researcher yang mampu menciptakan produk digital ramah ragam disabilitas. Rahma Utami, Knowledge and Accessibility Consultant Suarise menjadi dosen tamu yang membekali pengetahuan tentang aksesibilitas digital dalam ranah user experience, mulai dari riset, perencanaan, penerapan, hingga teknik evaluasinya. 

Rahma menekankan keterlibatan berbagai pihak dalam membangun ekosistem digital yang ramah ragam disabilitas. “Ada berbagai pihak yang bertanggung jawab untuk membangun ekosistem digital yang inklusif, diantaranya seperti product manager, policy maker, advocate and user, dan educator. Namun yang berperan penting adalah teman-teman mahasiswa UB yang di masa depan nanti akan menjadi developer, ui/ux designer, dan sebagainya,” ungkapnya.

Dalam hal pemahaman dasar mahasiswa mengenai aksesibilitas digital, Rahma memaparkan bahwa Aksesibilitas digital mengacu pada seberapa dapat digunakannya situs web, aplikasi, atau pengalaman digital lainnya oleh semua pengguna. Hal ini terlepas dari kemampuan atau disabilitas mereka, dengan atau tanpa bantuan teknologi pendukung (assistive technology). Selain itu, mahasiswa juga dijelaskan beberapa hal mengenai prinsip-prinsip dasar dalam aksesibilitas, seperti perceivable, operable, understandable, dan robust.

Wakil Dekan 1 Filkom UB, Dr. Eng Heman Tolle, S.T. M.T. menjelaskan bahwa Prodi Sistem Informasi memiliki keunggulan pada kompetensi User Experience (UX) Specialist yang saat ini semakin banyak dibutuhkan oleh perusahaan yang mengembangkan aplikasi. Aksesibilitas adalah bagian dari User Experience. “Dengan perancangan UX yang berorientasi pada aksesibilitas, penyandang disabilitas dapat menggunakan produk digital dengan mudah dan nyaman, sehingga mereka dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat. Kami ingin memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap isu aksesibilitas dalam ranah user experience,” paparnya. 

Disisi lain, Universitas Brawijaya adalah salah satu perguruan tinggi yang berkomitmen mewujudkan pendidikan inklusi. Kami juga menjajaki kerjasama dengan Suarise untuk memperkuat aksesibilitas digital pada layanan pendidikan di Unibraw.

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience Terbesar Pertama di Indonesia

Penyelenggaraan accessibility class dan empathy lab pop up experience di UB merupakan kegiatan yang pertama di Malang. Kegiatan ini juga menjadi aktivitas ELP berskala besar pertama yang diselenggarakan Suarise di Indonesia. Menyajikan sekitar 50 skenario perkenalan penerapan teknologi bagi disabilitas, Suarise menjembatani kesenjangan pengetahuan mahasiswa tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi.

Sebagai salah satu sesi interaktif, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas bagi pengunjung, diantaranya: belajar menambahkan alt teks pada gambar di media sosial, mengaktifkan fitur pembaca layar (screen reader) di smartphone, mencoba fitur aksesibilitas dalam playstation, mencoba mengakses website hanya menggunakan keyboard (tanpa mouse maupun trackpad), mencoba kacamata simulasi tunanetra, dan berbagai aktivitas menarik lainnya.

seorang pria yang duduk didepan laptop sedang menjelaskan kepada dua orang wanita mengenai urgensi aksesibilitas digital

(Dokumentasi: Aktivitas Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience di Universitas Brawijaya, Malang, 14/11/2023)

Hanifah Azzahra – Dosen Filkom Universitas Brawijaya menyatakan harapannya pasca mencoba aktivitas Kamis Keyboard, kegiatan mengakses website tanpa menggunakan mouse atau trackpad, melainkan hanya menggunakan keyboard. “Harapan saya agar mahasiswa filkom bisa merasakan tantangan atau kendala yang dihadapi temen disabilitas dalam mengakses teknologi. Sehingga kelak ketika mereka menjadi developer mereka bisa fokus pada aspek aksesibilitas,” ungkapnya. 

Lebih lanjut, menurut Hanifah, acara ini bisa membuka mata para mahasiswa terhadap kendala yang dihadapi disabilitas yang mungkin tidak bisa bayangkan sebelumnya. Baginya, betapa asistif teknologi sangat membantu keseharian teman-teman disabilitas.

Ical seorang peserta mahasiswa, berharap agar Suarise dapat semakin dapat mengedukasi banyak pihak. “Semoga Suarise semakin besar dan memberikan banyak pengetahuan dan manfaat bagi banyak pihak. Jujur aku belajar banyak hal baru dari Suarise yang bisa jadi bekal aku buat berempati sebagai UX designer.”

Seorang volunteer, Nizar mahasiswa Filkom Unibraw menyatakan kesan dan harapannya selama terlibat dalam acara. Nizar mengungkapkan agar acara ini tidak terbatas dilakukan di Filkom Unibraw, tetapi bisa dilaksanakan di fakultas lain. 

“Acara ini sebaiknya bisa diselenggarakan selama dua tiga hari, tidak dilakukan di beberapa universitas saja, mungkin bisa di universitas lain maupun di jurusan lain, Politeknik misalnya. Hal ini karena aksesibilitas penting. Sebagai non disabilitas, acara ini penting untuk memahami (tantangan aksesibilitas) bagi teman disabilitas dan bagaimana asistif teknologi membantu.”

Sebagai informasi, Kegiatan ini berlangsung atas hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.

Baca: Informasi seputar Accessibility Empaty Lab Pop Up Experience lainnya!

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

 

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
gambar tiga buah gazebo tempat booth ELP Suarise dengan banner dan sejumlah poster, dan seorang lelaki di depan gazebo

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience Dorong Upaya Membuka Ruang Partisipasi Politik Kaum Muda

2560 1152 Iin Kurniati

Bali, 28 Oktober 2023 – Suarise menjadi bagian dari Indonesia Opinion Festival (IOF) yang diselenggarakan Citizen OS Foundation di Taman Muntig Siokan, Denpasar, Bali. IOF merupakan sebuah event khusus dimana masyarakat berkumpul merayakan kebebasan berpendapat dan mendiskusikan isu-isu yang sedang terjadi di Indonesia. Dalam rangkaian kegiatan IOF yang mengusung tema “Partisipasi Kaum Muda Dalam Ranah Politik dan Demokrasi”, Suarise berperan sebagai salah satu panelis pada sesi diskusi dan menyelenggarakan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience (booth). 

Tahun 2023 merupakan tahun persiapan penyelenggaraan pesta demokrasi terbesar untuk memilih pemimpin negeri yang menentukan arah masa depan Indonesia. Disinilah kaum muda berperan penting terlibat dalam ranah politik dan demokrasi sebagai ujung tombak perubahan bangsa. Namun pertanyaannya kemudian, sudahkah partisipasi dan kebebasan berpendapat ini mempertimbangkan aksesibilitas digital dalam mewujudkan keterbukaan informasi di tanah air?

Aksesibilitas Digital dan Partisipasi Politik Kaum Muda

seorang wanita duduk hampir paling kanan  sedang berbicara diantara 6 orang panelis dan satu moderator dihadapan para audiens

(Dokumentasi: Rahma Utami (berbicara paling kanan) sedang memaparkan opininya soal urgensi aksesibilitas digital dan kebebasan berpendapat dalam Indonesia Opinion Festival di Bali, 28/10/23)

Rahma Utami, Knowledge and Accessibility Consultant Suarise berkesempatan bergabung pada topik diskusi Partisipasi Politik Kaum Muda yang membahas seputar kebebasan berpendapat, UU ITE dan etika berpendapat di ruang publik. Dalam hal kebebasan berpendapat dan menyuarakan opini, Rahma menekankan urgensi aksesibilitas digital untuk meminimalisir terjadinya malinformasi, misinformasi, dan disinformasi.

“Jika informasinya tidak bisa diakses, nanti bagaimana temen disabilitas beropini? Berdasarkan statement siapa, lalu informasinya darimana, kemudian info itu benar atau tidak, crosscheck infonya seperti apa, valid atau tidak. Kalau informasinya satu arah itu bahaya, krusial, dan fatal. Kalau mereka tidak paham (informasi lengkapnya), bagaimana menyuarakan aspirasi. Bisa saja pas mereka bersuara malah menimbulkan masalah baru,” ungkapnya.

Dalam hal keterbukaan informasi, Suarise menjelaskan perannya pada Rencana Aksi Nasional Open Government Indonesia tahun 2023-2024. Suarise terlibat dalam penyusunan pedoman aksesibilitas digital bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika. Pedoman ini akan menjadi panduan bagi sektor pemerintah khususnya pelayanan komunikasi dan informasi publik untuk membuat seluruh informasi dapat diakses oleh semua, termasuk oleh disabilitas. 

Melalui keberadaan pedoman ini, dalam keterbukaan informasi Pemilu, misalnya, setiap warga negara akan mudah memahami dan mengetahui visi-misi dan program kerja calon pemimpin negeri melalui media yang aksesibel. Dengan kata lain, saat bicara soal partisipasi publik termasuk partisipasi dalam politik, tetapi tidak memberikan akses dan melibatkan semua orang, termasuk disabilitas, artinya sia-sia karena tidak inklusif. 

Accessibility Empathy Lab Pop Up Pertama di Bali

seorang pria sedang menjelaskan fitur aksesibilitas dalam playstation kepada satu pengunjung pria dan wanita

(Dokumentasi: Suarise sedang menjelaskan fitur aksesibilitas dalam playstation game Last of Us 2 kepada pengunjung IOF di Bali, 28/10/23)

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dalam IOF merupakan kegiatan pertama yang diselenggarakan di Denpasar, Bali. Kegiatan ini bertujuan memperluas kesadaran kaum muda tentang urgensi aksesibilitas digital di Pulau Dewata. Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience mengedukasi kaum muda memahami tantangan aksesibilitas serta solusi akomodatif atas pemanfaatan teknologi guna membantu keseharian teman-teman disabilitas. 

Tak kurang dari sepuluh skenario perkenalan teknologi asistif bagi disabilitas disajikan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan generasi muda tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi. Sebagai salah satu sesi interaktif, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas bagi pengunjung, diantaranya: belajar menambahkan alt teks pada gambar di media sosial, mengaktifkan fitur pembaca layar (screen reader) di smartphone, mencoba fitur aksesibilitas dalam playstation, mencoba mengakses website hanya menggunakan keyboard (tanpa mouse maupun trackpad), dan berbagai aktivitas menarik lainnya.

Fadhila Shinta mahasiswa ISI Denpasar, salah satu pengunjung yang hadir dalam Sesi Interaktif menceritakan pengalamannya ketika mengikuti aktivitas yang berada di booth Suarise. Fadila mencoba mengetik di laptop sambil menggunakan pembaca layar dan mengenakan headphone.

Fadila terkesan dengan deskripsi yang diberikan pada saat screen reader membaca setiap hasil ketikan. “Per kata dan per huruf semua dijelaskan dan kalau salah pun diinformasikan. Ini memudahkan teman netra tetap eksis sekarang ke depan,” ujarnya.

Berbeda dengan Fadhila, Ganis Sibarani dari DNetwork menyatakan ketertarikannya pada kampanye Kamis Keyboard. Menurut Ganis, ini kali pertama dia mengetahui cara mengoperasikan laman website hanya menggunakan keyboard tanpa mouse maupun trackpad. Ganis juga berkesempatan mencoba fitur aksesibilitas dengan bermain playstation game Last of Us 2.

“Ternyata teman netra bisa main game PS seseru itu. Saya berharap dengan teman nondisabilitas tahu bagaimana cara kerja alat bantu, kita lebih aware. Ini juga penting bagi teman-teman yang berpoteni membuat software dan digital media, bisa mempertimbangkan membuatnya lebih inklusif bagi disabilitas. Sukses Suarise,” kata Ganis.

Sebagai informasi, Kegiatan ini berlangsung atas hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.

#BisaDiakses 

Salah satu kampanye yang diperkenalkan Suarise dalam Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience di Bali yakni #BisaDiakses. Gerakan ini mengajak masyarakat untuk memberikan deskripsi gambar atau alt teks pada media sosial. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu teman-teman disabilitas, khususnya teman netra agar mereka mendapatkan informasi yang sama mengenai gambar apa yang terdapat di media sosial tersebut.

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Pertama di Yogyakarta, Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience Ciptakan Lingkungan Inklusif sebagai Pekerjaan Rumah Bersama

150 150 Iin Kurniati
Gambar foto pengunjung yang memenuhi area booth Suarise dalam Accessibility dan Empathy Lab Pop Up Experience

Kegiatan interaktif pengunjung dalam Accessibility dan Empathy Lab Pop Up Experience oleh Suarise ID pada IDEAKSI YEU di UGM Yogyakarta, (07/10/23)

Yogyakarta, 7 Oktober 2023 – Suarise menjadi salah satu bagian dari proyek Community Led Innovation Partnership (CLIP) atau Kemitraan untuk Inovasi yang Berbasis Kepemimpinan Masyarakat, kembali menyelenggarakan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dalam kegiatan Demo Day dan Simposium IDEAKSI (Ide, Inovasi, Aksi, Inklusi) Indonesia Innovation Hub 2023 di Yogyakarta.

Rahma Utami, Direktur Suarise menyatakan bahwa ini menjadi kegiatan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience Pertama yang diselenggarakan di luar kota, khususnya di Yogyakarta. Rahma mengapresiasi kegiatan yang dinisiasi oleh Yakkum Emergency Unit (YEU) ini karena telah memperluas peningkatan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda tentang urgensi aksesibilitas digital di DIY.

“Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience ini berupaya memperkenalkan publik mengenai bagaimana teman-teman difabel mengakses teknologi, baik menggunakan handphone, laptop, maupun game playstation serta bagaimana tantangan yang mereka hadapi. Membuat teknologi yang ramah ragam disabilitas ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama menciptakan lingkungan yang inklusif,” ungkap Rahma.

Sebagai salah satu sesi interaktif yang dilaksanakan di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas bagi para pengunjung, diantaranya: mencoba fitur aksesibilitas dalam playstation, mencoba mengakses website hanya menggunakan keyboard (tanpa mouse maupun trackpad), menambahkan alt teks pada media sosial, menggunakan pembaca layar (screen reader) di handphone, dan berbagai aktivitas menarik lainnya.

seorang peserta laki-laki sedang mencoba memainkan game playstation yang sudah memiliki fitur aksesibilitas sambil menggunakan kacamata simulasi tunanetra

Seorang pengunjung sesi interaktif Suarise tengah mencoba fitur aksesibilitas playstation dengan memainkan game ‘Last of Us 2’, (07/10/23)

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience mengedukasi para peserta memahami tantangan aksesibilitas serta solusi akomodatif atas pemanfaatan teknologi guna membantu keseharian teman-teman disabilitas. Sebanyak 10 skenario perkenalan teknologi asistif bagi disabilitas disajikan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan generasi muda tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi. 

Nadifa dan Aisyah dari Fakultas Psikologi UGM, salah satu pengunjung yang hadir dalam Sesi Interaktif menceritakan pengalaman mereka ketika mengikuti aktivitas yang berada di booth Suarise.

Menurut kedua mahasiswa tersebut, kegiatan ini membuat mereka lebih terbuka dalam memahami rasanya teman-teman disabilitas dalam mengakses platform digital, salah satunya bagaimana cara teman netra menggunakan komputer, dan handphone menggunakan fitur bantuan pembaca layar (screen reader).

“Kami jadi lebih terbuka bahwa selama ini media sosial punya fitur alt text. Ternyata se-simple kita post foto terus kita kasih deskripsi foto, bisa bantu banget buat temen netra tahu ini image-nya tentang apa,” ungkap Aisyah.

Lebih lanjut, Nadifa memaparkan harapannya ke depan tentang aksesibilitas digital bagi disabilitas. “Semoga masyarakat luas lebih bisa teredukasi dan Suarise lebih meningkatkan upayanya dalam menyuarakan edukasi tentang (aksesibilitas digital) disabilitas. Kita semua bisa mewujudkan lingkungan yang inklusif dan mewujudkan lingkungan yang setara”, ujarnya. 

Kegiatan berlangsung atas hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.

Kamis Keyboard

seorang laki-laki teman netra (kiri) sedang mendemokan penggunaan pembaca layar kepada seorang peserta laki-laki (kanan) di sebuah meja

Bayu (Disabilitas Netra) dari Suarise ID sedang mendemokan penggunaan software pembaca layar untuk membaca dokumen di perangkat digital (07/10/23)

Salah satu kampanye yang diperkenalkan Suarise dalam Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience di Yogyakarta yakni Kamis Keyboard. Gerakan ini mengajak masyarakat untuk mengakses satu website melalui laptop atau desktop setiap hari Kamis, tanpa menggunakan mouse/trackpad. Kegiatan ini bertujuan untuk memahami tantangan aksesibilitas dalam suatu website. Saat seseorang berselancar di website hanya menggunakan pembaca layar (screen reader), maka dia kan mengetahui bagian mana dari website tersebut yang mudah atau sulit diakses journey-nya oleh pembaca layar. 

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com 

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Menuju Inklusivitas Digital, Suarise Hadirkan Pengalaman Teknologi Digital Aksesibel

150 150 Iin Kurniati
Seorang lelaki tengah menjelaskan kepada dua orang perempuan mengenai accessibility feature di playstation game Last of Us 2

Kegiatan interaktif pengunjung dalam Accessibility dan Empathy Lab Pop Up Experience oleh Suarise ID pada pameran Jakarta Innovation Day 2023, 27/09/23 (dok. Suarise)

Jakarta, 27 September 2023 – Sebagai bagian dari rangkaian inovasi membangun masa depan yang inklusif dan aksesibel terhadap disabilitas, Suarise kembali selenggarakan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dalam pameran Jakarta Innovation Day 2023 selama 25 – 27 September 2023. Sebanyak 150 pengunjung pameran telah berpartisipasi dalam kegiatan interaktif yang disediakan pada stan Suarise. 

Rahma Utami, Direktur Suarise menyatakan antusiasmenya menjadi bagian dari Jakarta Innovation Day 2023 yang diinisiasi oleh Bappeda Provinsi DKI Jakarta. Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kegiatan serupa perlu dibuat dengan frekuensi yang lebih sering untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya aksesibilitas digital di Indonesia.

“Teknologi digital yang aksesibel adalah kunci utama untuk mendorong inklusivitas dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, masih ada channel-channel digital yang belum memperhitungkan elemen aksesibilitas. Hal ini menjadi tantangan kita bersama,” ungkap Rahma. 

Sebagai salah satu dari 46 stan dalam pameran Jakarta Innovation Day 2023, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas interaktif bagi para pengunjung, di antaranya: mencoba accessibility feature playstation, uji aksesibilitas digital aplikasi Trans Jakarta (TIJE) dengan role play pesan tiket menggunakan pembaca layar (screen reader), dan masih banyak lagi.  

Empathy Lab Pop Up Experience membantu penggunanya dalam memahami tantangan aksesibilitas digital dan solusi akomodatif dari pemanfaatan teknologi yang untuk membantu keseharian teman-teman disabilitas. 

Sebanyak 10 skenario perkenalan penerapan teknologi bagi disabilitas turut disajikan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat umum tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi. 

“Semua skenario yang ada di sini itu dibuat se-relate mungkin dengan pengalaman sehari-hari. Misalnya, pada aplikasi yang sudah ada di smartphone masing-masing. Tapi bisa dibuat secara aksesibel supaya juga bisa diakses oleh teman disabilitas. Pada dasarnya, aksesibilitas digital itu adalah hak yang harus didapatkan oleh semua orang. Utamanya, kemudahan dalam mencari, mengakses, dan menemukan informasi sesuai dengan kebutuhan. Hak tersebut itu harus dapat dipenuhi karena sudah menjadi hak yang mendasar bagi manusia,” lanjut Rahma. 

Pengalaman yang Menggugah Empati

seorang teman netra tengah memandu seorang peserta perempuan untuk mengakses laptop menggunakan pembaca layar dengan keyboard tanpa huruf

Teman Netra dari Suarise tengah memandu seorang peserta belajar menggunakan pembaca layar (dok. suarise)

Tania dan Raissa dari Ragam Wajah Lara, salah satu pengunjung yang hadir dalam pameran tersebut menceritakan tentang pengalamannya ketika berinteraksi di stan Suarise.

Raissa menceritakan pengalamannya dalam mengoperasikan keyboard dan memainkan playstation dengan skenario sebagai seorang disabilitas. Ia mengaku sempat merasakan kesulitan karena belum terbiasa menggunakan teknologi dan alat bantu yang disediakan. Namun, kegiatan ini memberikan banyak pembelajaran baginya sebagai content creator di Ragam Wajah Lara untuk membuat konten-konten yang lebih aksesibel

“Pengalaman ini buat aku sadar, belum tentu hal yang kami buat itu sudah aksesibel. Padahal konten yang dimaksud cukup penting karena menyangkut tentang kesehatan mental. Ini menjadi pelajaran supaya bisa membuat konten yang lebih mudah untuk diakses. Seperti membuat video di Instagram dengan menambahkan subtitle supaya aksesibel untuk teman tuli. Terlebih, di awal pandemi kemarin, informasi seputar hal yang esensial untuk menjaga kesehatan (misal: menjaga jarak dan memakai masker) saja sulit dicari panduannya. Apalagi dengan disabilitas pasti membutuhkan usaha lebih. Pengalaman yang ditawarkan Suarise ini penting supaya kita bisa memahami kesulitan yang dialami teman disabilitas,” ungkap Raissa. 

Lebih lanjut, Raissa juga menambahkan bahwa menurutnya, kegiatan ini sangat insightful, impactful, dan emphaty-full atau menggugah empati sesuai dengan judul labnya, ‘Empathy Lab Pop Up Experience’. 

Hal ini juga diamini oleh Tania yang menceritakan latar belakangnya sebagai seorang Graphic Designer. “Saat menjalankan skenario dengan screen reader, aku jadi lebih aware untuk membuat konten lebih ramah disabilitas. Misalnya dengan menggunakan headings agar bisa dibaca oleh screen reader. Aku mengharapkan hal-hal seperti ini bisa dilakukan secara berkelanjutan. Penting banget untuk terus dilakukan”, jelas Tania.

Selain itu, ia juga menyampaikan harapannya agar pemerintah ikut andil dalam meningkatkan aksesibilitas bagi disabilitas.

“Masih ada stigma bahwa teman disabilitas itu dependen atau bahkan dianggap beban. Hal ini terjadi karena belum banyak teknologi yang bisa membantu mereka. Aksesibilitas yang tinggi itu membantu teman disabilitas bisa menjadi independen. Tapi, hal ini perlu diakomodir melalui perubahan secara sistemik bahkan hingga level pemerintah. Tidak bisa kalau hanya 1-2 orang doang yang bergerak. Memang pasti tidak mudah. Tapi optimis pasti bisa”, tutup Tania.

Adapun kegiatan ini dapat dilangsungkan sebagai hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.

Tentang Penyelenggara

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Suarise bersama Bappeda DKI Jakarta dalam Jakarta Innovation Day 2023. Kegiatan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience merupakan bagian dari ISIF atau Information Society Innovation Fund Asia sebagai program pendanaan dan dukungan yang berfokus pada promosi pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia