Monthly Archives :

October 2023

gambar tiga buah gazebo tempat booth ELP Suarise dengan banner dan sejumlah poster, dan seorang lelaki di depan gazebo

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience Dorong Upaya Membuka Ruang Partisipasi Politik Kaum Muda

2560 1152 Iin Kurniati

Bali, 28 Oktober 2023 – Suarise menjadi bagian dari Indonesia Opinion Festival (IOF) yang diselenggarakan Citizen OS Foundation di Taman Muntig Siokan, Denpasar, Bali. IOF merupakan sebuah event khusus dimana masyarakat berkumpul merayakan kebebasan berpendapat dan mendiskusikan isu-isu yang sedang terjadi di Indonesia. Dalam rangkaian kegiatan IOF yang mengusung tema “Partisipasi Kaum Muda Dalam Ranah Politik dan Demokrasi”, Suarise berperan sebagai salah satu panelis pada sesi diskusi dan menyelenggarakan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience (booth). 

Tahun 2023 merupakan tahun persiapan penyelenggaraan pesta demokrasi terbesar untuk memilih pemimpin negeri yang menentukan arah masa depan Indonesia. Disinilah kaum muda berperan penting terlibat dalam ranah politik dan demokrasi sebagai ujung tombak perubahan bangsa. Namun pertanyaannya kemudian, sudahkah partisipasi dan kebebasan berpendapat ini mempertimbangkan aksesibilitas digital dalam mewujudkan keterbukaan informasi di tanah air?

Aksesibilitas Digital dan Partisipasi Politik Kaum Muda

seorang wanita duduk hampir paling kanan  sedang berbicara diantara 6 orang panelis dan satu moderator dihadapan para audiens

(Dokumentasi: Rahma Utami (berbicara paling kanan) sedang memaparkan opininya soal urgensi aksesibilitas digital dan kebebasan berpendapat dalam Indonesia Opinion Festival di Bali, 28/10/23)

Rahma Utami, Knowledge and Accessibility Consultant Suarise berkesempatan bergabung pada topik diskusi Partisipasi Politik Kaum Muda yang membahas seputar kebebasan berpendapat, UU ITE dan etika berpendapat di ruang publik. Dalam hal kebebasan berpendapat dan menyuarakan opini, Rahma menekankan urgensi aksesibilitas digital untuk meminimalisir terjadinya malinformasi, misinformasi, dan disinformasi.

“Jika informasinya tidak bisa diakses, nanti bagaimana temen disabilitas beropini? Berdasarkan statement siapa, lalu informasinya darimana, kemudian info itu benar atau tidak, crosscheck infonya seperti apa, valid atau tidak. Kalau informasinya satu arah itu bahaya, krusial, dan fatal. Kalau mereka tidak paham (informasi lengkapnya), bagaimana menyuarakan aspirasi. Bisa saja pas mereka bersuara malah menimbulkan masalah baru,” ungkapnya.

Dalam hal keterbukaan informasi, Suarise menjelaskan perannya pada Rencana Aksi Nasional Open Government Indonesia tahun 2023-2024. Suarise terlibat dalam penyusunan pedoman aksesibilitas digital bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika. Pedoman ini akan menjadi panduan bagi sektor pemerintah khususnya pelayanan komunikasi dan informasi publik untuk membuat seluruh informasi dapat diakses oleh semua, termasuk oleh disabilitas. 

Melalui keberadaan pedoman ini, dalam keterbukaan informasi Pemilu, misalnya, setiap warga negara akan mudah memahami dan mengetahui visi-misi dan program kerja calon pemimpin negeri melalui media yang aksesibel. Dengan kata lain, saat bicara soal partisipasi publik termasuk partisipasi dalam politik, tetapi tidak memberikan akses dan melibatkan semua orang, termasuk disabilitas, artinya sia-sia karena tidak inklusif. 

Accessibility Empathy Lab Pop Up Pertama di Bali

seorang pria sedang menjelaskan fitur aksesibilitas dalam playstation kepada satu pengunjung pria dan wanita

(Dokumentasi: Suarise sedang menjelaskan fitur aksesibilitas dalam playstation game Last of Us 2 kepada pengunjung IOF di Bali, 28/10/23)

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dalam IOF merupakan kegiatan pertama yang diselenggarakan di Denpasar, Bali. Kegiatan ini bertujuan memperluas kesadaran kaum muda tentang urgensi aksesibilitas digital di Pulau Dewata. Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience mengedukasi kaum muda memahami tantangan aksesibilitas serta solusi akomodatif atas pemanfaatan teknologi guna membantu keseharian teman-teman disabilitas. 

Tak kurang dari sepuluh skenario perkenalan teknologi asistif bagi disabilitas disajikan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan generasi muda tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi. Sebagai salah satu sesi interaktif, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas bagi pengunjung, diantaranya: belajar menambahkan alt teks pada gambar di media sosial, mengaktifkan fitur pembaca layar (screen reader) di smartphone, mencoba fitur aksesibilitas dalam playstation, mencoba mengakses website hanya menggunakan keyboard (tanpa mouse maupun trackpad), dan berbagai aktivitas menarik lainnya.

Fadhila Shinta mahasiswa ISI Denpasar, salah satu pengunjung yang hadir dalam Sesi Interaktif menceritakan pengalamannya ketika mengikuti aktivitas yang berada di booth Suarise. Fadila mencoba mengetik di laptop sambil menggunakan pembaca layar dan mengenakan headphone.

Fadila terkesan dengan deskripsi yang diberikan pada saat screen reader membaca setiap hasil ketikan. “Per kata dan per huruf semua dijelaskan dan kalau salah pun diinformasikan. Ini memudahkan teman netra tetap eksis sekarang ke depan,” ujarnya.

Berbeda dengan Fadhila, Ganis Sibarani dari DNetwork menyatakan ketertarikannya pada kampanye Kamis Keyboard. Menurut Ganis, ini kali pertama dia mengetahui cara mengoperasikan laman website hanya menggunakan keyboard tanpa mouse maupun trackpad. Ganis juga berkesempatan mencoba fitur aksesibilitas dengan bermain playstation game Last of Us 2.

“Ternyata teman netra bisa main game PS seseru itu. Saya berharap dengan teman nondisabilitas tahu bagaimana cara kerja alat bantu, kita lebih aware. Ini juga penting bagi teman-teman yang berpoteni membuat software dan digital media, bisa mempertimbangkan membuatnya lebih inklusif bagi disabilitas. Sukses Suarise,” kata Ganis.

Sebagai informasi, Kegiatan ini berlangsung atas hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.

#BisaDiakses 

Salah satu kampanye yang diperkenalkan Suarise dalam Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience di Bali yakni #BisaDiakses. Gerakan ini mengajak masyarakat untuk memberikan deskripsi gambar atau alt teks pada media sosial. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu teman-teman disabilitas, khususnya teman netra agar mereka mendapatkan informasi yang sama mengenai gambar apa yang terdapat di media sosial tersebut.

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
seorang pria teman netra sedang berdiri di depan kelas sambil memberi penjelasan di depan para peserta lain, termasuk ada seorang wanita dengan kursi roda dan beberapa orang lainnya

Apa Itu Aksesibilitas Digital di Kampus, Temukan Jawabannya Di Sini!

1920 1080 Iin Kurniati

Saat ini beberapa perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta sudah mulai terbuka menerima mahasiswa disabilitas. Hal ini adalah sesuatu yang positif. Penerimaan mahasiswa disabilitas merupakan salah satu upaya menuju perguruan tinggi atau kampus inklusi. Ketika sudah menerima mahasiswa disabilitas kampus harus menerapkan pendidikan inklusi. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam pendidikan inklusi adalah penerapan aksesibilitas digital. Memang mengapa penting untuk menerapkan aksesibilitas digital di kampus dan bagaimana caranya?

Mengapa Aksesibilitas Digital di Kampus Penting?

Sebagian besar kampus di Indonesia mulai menerapkan pembelajaran yang memanfaatkan platform digital seperti Learning Management Sistem (LMS) berbentuk website atau aplikasi. Pengerjaan kuis, mempelajari modul, mengumpulkan tugas, dan kegiatan belajar mengajar lainnya  dilakukan melalui LMS tersebut. Penerapan aksesibilitas digital akan membuat semua mahasiswa memiliki kesempatan yang sama dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar secara optimal termasuk mahasiswa disabilitas.

Apa Itu Kampus Inklusi

Setelah kamu mengetahui pentingnya aksesibilitas digital di kampus, kamu juga harus tahu terlebih dahulu apa itu kampus inklusi. Kampus inklusi merupakan kampus yang terbuka untuk semua orang, termasuk penyandang disabilitas. Dalam pelaksanaannya, kampus  berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan dalam berbagai hal melalui akomodasi program dan ketersediaan layanan bagi penyandang disabilitas.

Apakah di Indonesia ada Kampus Inklusi?

Terdapat sejumlah kampus inklusi di Indonesia. Pertama, ada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (disingkat UIN Suka). Pada 2 Mei 2007 kampus yang terletak di Yogyakarta ini mendirikan Pusat Layanan Disabilitas (PLD) yang menjadi penanda UIN Suka sebagai kampus inklusi.

Kampus inklusi lain di Indonesia adalah Universitas Brawijaya (UB). Sama seperti UIN Suka, UB juga memiliki PLD yang didirikan pada 19 Maret 2012.

Selain kedua kampus di atas, menurut laman Kemendikbud terdapat 59 kampus yang memiliki layanan serupa antara lain Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Sebelas Maret, dan Universitas Pamulang. Sebagai informasi data tersebut hanya mencakup kampus yang berada di bawah Kemendikbud.

Bagaimana Kriteria Kampus Dapat Dikatakan Inklusi?

Sampai tulisan ini dipublikasikan belum ada regulasi resmi dari pemerintah Indonesia yang mengatur tentang kriteria kampus dapat dikatakan inklusi. Namun, berdasarkan ketiga contoh kampus inklusi di atas, terdapat sejumlah layanan yang diberikan kepada mahasiswa disabilitas sehingga dapat dikategorikan sebagai kampus inklusi.

Memberi Kesempatan Mahasiswa Disabilitas Untuk Mengikuti Seleksi Masuk Perguruan Tinggi

Setiap kampus inklusi harus memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang termasuk disabilitas untuk mengikuti proses seleksi masuk perguruan tinggi dari semua jalur. Di UIN Suka, UNS, dan UB menyediakan jalur seleksi khusus untuk disabilitas melalui seleksi mandiri jalur disabilitas. Pada seleksi ini terdapat sejumlah tahapan yakni tes tertulis dan wawancara. Saat sesi wawancara, disabilitas sebagai calon mahasiswa akan diwawancarai oleh pengelola program studi yang dituju.

Tahun ini di UB seluruh proses seleksi mandiri jalur disabilitas dilakukan sepenuhnya secara daring. Hal yang sama juga berlaku di seleksi mandiri disabilitas UIN suka dan UNS. Ketiga kampus ini memberikan akomodasi kepada calon mahasiswa disabilitas untuk mempermudah dalam mengikuti proses seleksi. Contoh akomodasi yang diberikan adalah menyesuaikan bentuk soal dan waktu pada tes tertulis.

Apakah Disabilitas Hanya Bisa Masuk Ke Perguruan Tinggi Melalui Jalur Seleksi Disabilitas?

Sebagai informasi disabilitas tidak harus mengikuti jalur seleksi disabilitas saat ingin masuk ke perguruan tinggi. Disabilitas dapat mengikuti seluruh jalur termasuk jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) dan Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) yang diadakan Kemendikbud. Kedua jalur tersebut juga sudah mengakomodasi penyandang disabilitas.

Contoh untuk tunanetra dalam mengikuti SNBT. Tunanetra mengerjakan sendiri tes tertulis menggunakan komputer yang telah terinstal pembaca layar. Pengerjaan tes ini dilakukan di ruangan terpisah dari peserta awas. Aplikasi tes yang digunakan sudah sepenuhnya aksesibel dengan pembaca layar. Bentuk soalnya telah disesuaikan dengan kondisi tunanetra seperti tidak ada soal berupa gambar atau aspek visual lainnya Kemendikbud juga menyediakan pendamping untuk setiap calon mahasiswa untuk membantu jika tunanetra menemui kendala menggunakan komputer. 

Memiliki Unit Layanan Disabilitas

Kriteria kampus inklusi selanjutnya adalah memiliki unit layanan disabilitas (ULD) atau lembaga dengan fungsi serupa. Pembentukan ULD ini merupakan kewajiban bagi perguruan tinggi yang memiliki mahasiswa disabilitas. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 13 tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas. Merujuk PP tersebut, terdapat tujuh fungsi ULD yaitu:

  1. meningkatkan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan di pendidikan tinggi dalam menangani Peserta Didik Penyandang Disabilitas;
  2. mengkoordinasikan setiap unit kerja yang ada di perguruan tinggi dalam pemenuhan kebutuhan khusus Peserta Didik Penyandang Disabilitas;
  3. mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan Akomodasi yang Layak;
  4. menyediakan layanan konseling kepada Peserta Didik Penyandang Disabilitas;
  5. melakukan deteksi dini bagi Peserta Didik yang terindikasi disabilitas;
  6. merujuk Peserta Didik yang terindikasi disabilitas kepada dokter, dokter spesialis, dan/atau psikolog klinis; dan
  7. memberikan sosialisasi pemahaman disabilitas dan sistem pendidikan inklusi kepada Pendidik, Tenaga Kependidikan, dan Peserta Didik.

Menyediakan Sarana Prasarana yang Aksesibel

Terakhir kampus inklusi harus menyediakan sarana dan prasarana yang aksesibel. Sarana dan prasarana di sini meliputi pendamping bahasa isyarat untuk membantu disabilitas tuli serta pendamping orientasi mobilitas untuk membantu disabilitas netra.

seorang pria teman netra sedang berjalan di atas guiding block di tengah jalan sambil menggunakan tongkat

Guiding block berfungsi membantu memandu tunanetra berjalan di trotoar agar tidak menabrak

Hal lain yang harus diperhatikan adalah membuat bangunan gedung dengan fasilitas yang ramah disabilitas seperti tempat parkir khusus, lerengan (ramp) dan menyediakan toilet khusus untuk pengguna kursi roda , guiding block dan lift yang dilengkapi penanda tulisan braille bagi tunanetra, dan lain-lain.

Tidak hanya itu, seperti penjelasan pada awal tulisan ini, kampus harus menyelenggarakan pendidikan inklusi dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satunya dengan menyediakan konten pembelajaran yang bisa diakses. Pendidikan inklusi bertujuan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik, termasuk disabilitas. Cara agar konten bisa diakses adalah dengan memperhatikan aspek aksesibilitas digital. Mengapa aksesibilitas penting?

Baca juga: Aksesibilitas Digital Penting: Apakah Hanya Untuk Disabilitas?

Aksesibilitas Digital di Kampus Telah Diatur Dalam Undang-Undang

Ya kamu tidak salah baca. Masalah aksesibilitas digital di kampus sebenarnya juga sudah diatur oleh peraturan pemerintah nomor 13 tahun 2020. Pasal yang mengatur masalah ini adalah pasal lima ayat dua dan pasal empat belas huruf F.

Pasal 5 ayat 2 menyatakan “Penyediaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b dilakukan melalui pengadaan dan/atau pemeliharaan sarana dan prasarana yang memenuhi aspek aksesibilitas bangunan dan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Sedangkan pasal 14F yang berbunyi “penerapan standar laman yang aksesibel dalam penggunaan teknologi, aplikasi, dan peralatan berbasis teknologi baik dalam sistem pendaftaran, administrasi, proses belajar mengajar, maupun evaluasi”

Kedua pasal di atas memang tidak menyebutkan kata “aksesibilitas digital” secara tersurat. Namun, penerapan standar laman yang aksesibel dalam penggunaan teknologi memiliki makna serupa dengan aksesibilitas digital.

Cara Menerapkan Aksesibilitas Digital di Kampus

Dengan adanya peraturan di atas, tentunya kampus-kampus di Indonesia diharapkan segera mengimplementasikan aksesibilitas digital. Cara-cara di bawah ini dapat dilakukan untuk memulai penerapan aksesibilitas digital di kampus.

Pastikan Sudah Memenuhi Standar Aksesibilitas Digital

Cara pertama adalah pastikan website, aplikasi, dan alat digital lain di kampus yang digunakan dalam proses pembelajaran sudah memenuhi standar aksesibilitas digital. Salah satu standar yang sering digunakan adalah standar ADA.

Pastikan Konten Aksesibel

Tidak hanya website dan aplikasi, pastikan konten yang diunggah ke website atau aplikasi juga harus memenuhi standar aksesibilitas digital. Contoh konten aksesibel adalah menyediakan alt text  untuk membantu tunanetra memahami isi gambar dan caption untuk membantu tuli memahami isi video. Kampus dapat bekerjasama dengan mitra yang kredibel dan berkomitmen menyediakan konten aksesibel.

Pantau dan Awasi

Selanjutnya kampus harus selalu mengawasi dan memantau agar konten dan aplikasi tadi tetap menerapkan aksesibilitas digital. Kampus dapat menunjuk unit IT, pusat layanan disabilitas, atau membuat unit khusus untuk mengawasi aksesibilitas digital. Jika memungkinkan semua departemen di kampus memiliki perwakilan anggota di unit itu untuk memaksimalkan pengawasan.

Tanamkan Aksesibilitas Digital ke Dalam Proses Kelembagaan

Lalu, kampus dapat menanamkan aksesibilitas digital ke dalam proses kelembagaan. Apabila semua pemangku kepentingan terkait di kampus memiliki aksesibilitas digital yang baik tentu mereka akan selalu menerapkan prinsip-prinsip aksesibilitas digital di setiap proses pembelajaran.

Lakukan Pelatihan Terkait Aksesibilitas Digital

Terakhir, cara mewujudkan poin sebelumnya adalah dengan cara memberi pelatihan kepada seluruh pemangku kepentingan di kampus. Materi awal yang dapat diberikan dalam pelatihan adalah hal-hal dasar penting tentang aksesibilitas digital.

Tertarik Mengimplementasikan Aksesibilitas Digital di Kampus?

Jika kamu adalah pengelola kampus yang peduli dengan aksesibilitas digital dan ingin mulai mengimplementasikannya di institusimu, Suarise menawarkan layanan Konsultasi, riset, audit dan pelatihan mengenai aksesibilitas digital. Suarise akan membantu membuat konten di platform digital kampusmu meliputi website, aplikasi, dan media sosial agar bisa diakses oleh semua orang termasuk pengguna dengan kondisi disabilitas.

Suarise juga memiliki layanan Remediasi dokumen inklusi. Layanan ini adalah layanan untuk perbaikan dokumen agar lebih mudah diakses baik dengan atau tanpa teknologi asistif. Jadi, bagi kampus yang sudah memiliki konten pembelajaran tidak perlu lagi membuat konten baru.

Suarise didukung oleh tenaga berpengalaman sehingga tidak perlu ragu. Hubungi kami sekarang dan Mari bersama-sama jadikan kampus di Indonesia lebih inklusi!

tangkapan layar A11y (alliaidi) Sharing session ke delapan tentang delapan tools untuk memulai aksesibilitas digital di website atau aplikasi. Berisi informasi dasar bahwa kesetaraan akses diperlukan oleh 22,8 juta penduduk dengan disabilitas di Indonesia

A11yID sharing session adalah kegiatan seminar / webinar yang diselenggarakan Suarise untuk membahas isu seputar aksesibilitas digital, termasuk penerapan aksesibilitas digital di kampus (dok. suarise)

Jika kamu tertarik untuk mengimplementasikan aksesibilitas digital di kampusmu tetapi bingung bagaimana cara memulainya kamu dapat menonton A11yID sharing session bertajuk “A11yID #8: 8 Tools untuk Memulai Aksesibilitas Digital di Website/App” yang diselenggarakan Suarise. Sesuai judulnya, di sini kamu dikenalkan dengan delapan tools untuk membuat aksesibilitas digital pada aplikasi dan website. Kamu dapat menontonnya melalui tautan ini!

***

 

Artikel ini disusun oleh talents Suarise, Bayu Aji Firmansyah

Bila tertarik menggunakan jasa content writer talents Suarise, hubungi Project Manager Suarise [email protected]

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
tampilan situs kampus merdeka berisi berbagai informasi seputar program kampus mengajar, magang bersertifikat, studi independen bersertifikat, pertukaran mahasiswa merdeka, dan program lainnya

Review Aksesibilitas Situs Kampus Merdeka, Apakah Bisa Diakses Tunanetra?

1600 788 Iin Kurniati

Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah kebijakan yang digagas oleh Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim. Kebijakan ini memberikan kesempatan bagi setiap siswa dan mahasiswa untuk belajar di luar sekolah. Program-program kampus merdeka dapat diketahui lebih jelas melalui situs kampus merdeka, tapi bagaimana aksesibilitas situs kampus merdeka bagi tunanetra?

Apa saja Program-Program dalam Kampus Merdeka?

Merdeka belajar diterapkan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, merdeka belajar dijabarkan ke dalam bentuk kurikulum merdeka. Sementara di tingkat pendidikan tinggi, merdeka belajar diturunkan menjadi program-program kampus merdeka.

Merdeka belajar memiliki berbagai program seperti kampus mengajar, pertukaran mahasiswa merdeka, wirausaha merdeka, Indonesian International Student Mobility Awards, program magang serta studi independen bersertifikat (MSIB), dan lain-lain. Semua program tersebut dapat dikonversi ke dalam sks (satuan kredit semester). 

Durasi setiap program Kampus Merdeka rata-rata satu semester atau lima sampai enam bulan. Contohnya program MSIB angkatan lima yang akan dimulai dari pertengahan Agustus hingga Desember mendatang.

Bagaimana Persiapan Mengikuti MSIB Kampus Merdeka?

Hal yang harus dipersiapkan untuk mengikuti kegiatan kampus Merdeka termasuk MSIB adalah membuat akun, melengkapi persyaratan dokumen, dan mengikuti seleksi melalui situs kampus merdeka. Artikel ini akan membagikan pengalaman mengakses situs kampus merdeka dari sudut pandang tunanetra.

Tunanetra membutuhkan perangkat lunak tambahan agar bisa membaca dan menggunakan smartphone atau komputer. Perangkat lunak yang dikenal dengan istilah screen reader atau pembaca layar akan membacakan setiap tulisan yang ada di layar kecuali item berupa grafik atau gambar.

Dalam review kali ini ada dua aspek yang dinilai yaitu keterbacaan tombol atau tulisan dan kemudahan navigasi. Aspek desain dan aspek lain sebagainya yang berhubungan dengan visual tidak diperhatikan karena kedua aspek tersebut tidak menjadi kebutuhan tunanetra ketika menjelajahi sebuah situs. Dalam review ini situs kampus merdeka diakses menggunakan laptop.

Baca: Situs Kartu Prakerja, Apakah Aksesibel Bagi Tunanetra?

Aspek Keterbacaan Situs MSIB Kampus Merdeka

tampilan situs kampus merdeka berisi berbagai informasi seputar program kampus mengajar, magang bersertifikat, studi independen bersertifikat, pertukaran mahasiswa merdeka, dan program lainnya

Tampilan beranda situs kampus merdeka

Dari segi keterbacaan, situs MSIB kampus merdeka perlu diapresiasi karena menu-menu utama seperti beranda, program, pusat informasi, notifikasi, kegiatanku, dan akun bisa dibaca. Hal yang sama juga berlaku ketika menjelajahi situs ini lebih jauh termasuk mengakses magang serta studi independen bersertifikat MSIB yang ada di dalam menu program. Semua tulisan di dalam situs kampus merdeka dapat dibaca dengan baik oleh screen reader. Untuk aspek keterbacaan, skor Situs Kampus Merdeka adalah 9/10.

Aspek Navigasi Situs Kampus Merdeka

Mungkin beberapa dari kamu bertanya-tanya apa maksud aspek navigasi dalam review situs kampus merdeka. Jadi, sebelum lanjut review-nya alangkah baiknya kamu mengetahui terlebih dahulu bagaimana cara tunanetra menjelajahi internet. Setidaknya ada dua cara yang dilakukan tunanetra untuk menjelajahi sebuah situs di internet menggunakan laptop.

Menjelajahi Secara Manual

Tunanetra tidak bisa layaknya orang awas yang menggerakkan kursor menuju tautan atau link yang diinginkan karena dapat melihat halaman di internet pada satu layar penuh. Maka cara yang mereka gunakan yakni menelusuri internet dengan tombol tab dan panah. Tombol-tombol ini akan akan membacakan halaman di internet secara urut satu per satu dimulai dari membaca heading, content, dan tautan atau link untuk mendapatkan informasi yang dicari.

Menggunakan Shortcut

Cara kedua adalah menggunakan shortcut. Screen reader mempunyai shortcut yang dapat dihafalkan oleh tunanetra untuk memudahkan dan mempercepat penelusuran halaman internet. Shortcut untuk menelusuri halaman di internet adalah tombol “h” untuk berpindah antar judul (heading), tombol huruf “b” untuk menuju ke menu button, tombol huruf “e” untuk mencari kolom pencarian dan tombol huruf “k” untuk menelusuri link. Adapun navigasi yang dimaksud dalam review ini adalah dengan menggunakan metode kedua.

Baca: 5 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Cara Tunanetra Mengakses Internet

Jadi, Apakah Situs MSIB Kampus Merdeka Benar-Benar Merdeka untuk Semua?

gambar seseorang sedang mengetik di atas keyboard

Apakah website kampus merdeka sudah bisa diakses oleh semua?

Situs kampus merdeka yang bisa terbaca screen reader dengan baik membuat ekspektasi terhadap situs ini menjadi tinggi dengan berharap bahwa hal yang sama juga berlaku pada aspek navigasi. Namun, ekspektasi tersebut runtuh ketika mencoba menekan tombol “h”, tetapi screen reader mengatakan “no next heading”.

Hasil serupa juga terjadi ketika menelusuri dengan tombol “k” dan seterusnya. Situs kampus merdeka tidak dapat di navigasi melalui shortcut. Navigasi yang tidak dapat diakses dengan shortcut screen reader bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesalahan ketika merumuskan coding pada website. Sehingga skor navigasi yang diberikan 2/10.

Demikian ulasan singkat tentang situs kampus merdeka. Semoga pemerintah lebih memerhatikan segi aksesibilitas situs kampus merdeka dan berbagai situs layanan publik lainnya karena memeroleh kesempatan untuk mengikuti program magang merdeka dan program-program pemerintah lainnya adalah hak semua warga Indonesia tanpa terkecuali penyandang tunanetra.

Mau Mencoba Bernavigasi di Website MSIB Kampus Merdeka Tanpa Mouse?

Nah, bagi kamu yang ingin merasakan experience mengakses website MSIB Kampus Merdeka hanya menggunakan keyboard, kamu bisa mengikuti gerakan Kamis Keyboard. Gerakan yang diinisiasi Suarise ini bertujuan menyosialisasikan pentingnya aksesibilitas website dengan berselancar menggunakan keyboard.

Kamis Keyboard mengajak kamu untuk mengakses suatu website tanpa menggunakan kursor mouse maupun touchpad. Jika semua hal di dalam website dapat dikerjakan, artinya website tersebut sudah aksesibel. Ayo bergabung ke grup telegram A11yID untuk mengetahui informasi selengkapnya tentang Kamis Keyboard!

Catatan:

Review ini dibuat berdasarkan pengalaman user tunanetra total yang telah mengikuti program magang merdeka angkatan 4 di sebuah Startup di Yogyakarta. Magang adalah kegiatan mahasiswa bekerja di organisasi mitra sebagai trainee selama periode waktu terbatas. Perangkat yang digunakan adalah laptop Asus Vivobook X421FAY K413FA yang sudah diperbarui ke windows 11 22h2 dengan screen reader NVDA versi 2023.1.

***

 

*Artikel ini disusun oleh talents Suarise, Bayu Aji Firmansyah

Bila tertarik menggunakan jasa content writer talents Suarise, hubungi Project Manager Suarise [email protected]

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Pertama di Yogyakarta, Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience Ciptakan Lingkungan Inklusif sebagai Pekerjaan Rumah Bersama

150 150 Iin Kurniati
Gambar foto pengunjung yang memenuhi area booth Suarise dalam Accessibility dan Empathy Lab Pop Up Experience

Kegiatan interaktif pengunjung dalam Accessibility dan Empathy Lab Pop Up Experience oleh Suarise ID pada IDEAKSI YEU di UGM Yogyakarta, (07/10/23)

Yogyakarta, 7 Oktober 2023 – Suarise menjadi salah satu bagian dari proyek Community Led Innovation Partnership (CLIP) atau Kemitraan untuk Inovasi yang Berbasis Kepemimpinan Masyarakat, kembali menyelenggarakan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dalam kegiatan Demo Day dan Simposium IDEAKSI (Ide, Inovasi, Aksi, Inklusi) Indonesia Innovation Hub 2023 di Yogyakarta.

Rahma Utami, Direktur Suarise menyatakan bahwa ini menjadi kegiatan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience Pertama yang diselenggarakan di luar kota, khususnya di Yogyakarta. Rahma mengapresiasi kegiatan yang dinisiasi oleh Yakkum Emergency Unit (YEU) ini karena telah memperluas peningkatan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda tentang urgensi aksesibilitas digital di DIY.

“Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience ini berupaya memperkenalkan publik mengenai bagaimana teman-teman difabel mengakses teknologi, baik menggunakan handphone, laptop, maupun game playstation serta bagaimana tantangan yang mereka hadapi. Membuat teknologi yang ramah ragam disabilitas ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama menciptakan lingkungan yang inklusif,” ungkap Rahma.

Sebagai salah satu sesi interaktif yang dilaksanakan di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas bagi para pengunjung, diantaranya: mencoba fitur aksesibilitas dalam playstation, mencoba mengakses website hanya menggunakan keyboard (tanpa mouse maupun trackpad), menambahkan alt teks pada media sosial, menggunakan pembaca layar (screen reader) di handphone, dan berbagai aktivitas menarik lainnya.

seorang peserta laki-laki sedang mencoba memainkan game playstation yang sudah memiliki fitur aksesibilitas sambil menggunakan kacamata simulasi tunanetra

Seorang pengunjung sesi interaktif Suarise tengah mencoba fitur aksesibilitas playstation dengan memainkan game ‘Last of Us 2’, (07/10/23)

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience mengedukasi para peserta memahami tantangan aksesibilitas serta solusi akomodatif atas pemanfaatan teknologi guna membantu keseharian teman-teman disabilitas. Sebanyak 10 skenario perkenalan teknologi asistif bagi disabilitas disajikan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan generasi muda tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi. 

Nadifa dan Aisyah dari Fakultas Psikologi UGM, salah satu pengunjung yang hadir dalam Sesi Interaktif menceritakan pengalaman mereka ketika mengikuti aktivitas yang berada di booth Suarise.

Menurut kedua mahasiswa tersebut, kegiatan ini membuat mereka lebih terbuka dalam memahami rasanya teman-teman disabilitas dalam mengakses platform digital, salah satunya bagaimana cara teman netra menggunakan komputer, dan handphone menggunakan fitur bantuan pembaca layar (screen reader).

“Kami jadi lebih terbuka bahwa selama ini media sosial punya fitur alt text. Ternyata se-simple kita post foto terus kita kasih deskripsi foto, bisa bantu banget buat temen netra tahu ini image-nya tentang apa,” ungkap Aisyah.

Lebih lanjut, Nadifa memaparkan harapannya ke depan tentang aksesibilitas digital bagi disabilitas. “Semoga masyarakat luas lebih bisa teredukasi dan Suarise lebih meningkatkan upayanya dalam menyuarakan edukasi tentang (aksesibilitas digital) disabilitas. Kita semua bisa mewujudkan lingkungan yang inklusif dan mewujudkan lingkungan yang setara”, ujarnya. 

Kegiatan berlangsung atas hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.

Kamis Keyboard

seorang laki-laki teman netra (kiri) sedang mendemokan penggunaan pembaca layar kepada seorang peserta laki-laki (kanan) di sebuah meja

Bayu (Disabilitas Netra) dari Suarise ID sedang mendemokan penggunaan software pembaca layar untuk membaca dokumen di perangkat digital (07/10/23)

Salah satu kampanye yang diperkenalkan Suarise dalam Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience di Yogyakarta yakni Kamis Keyboard. Gerakan ini mengajak masyarakat untuk mengakses satu website melalui laptop atau desktop setiap hari Kamis, tanpa menggunakan mouse/trackpad. Kegiatan ini bertujuan untuk memahami tantangan aksesibilitas dalam suatu website. Saat seseorang berselancar di website hanya menggunakan pembaca layar (screen reader), maka dia kan mengetahui bagian mana dari website tersebut yang mudah atau sulit diakses journey-nya oleh pembaca layar. 

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com 

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Menuju Inklusivitas Digital, Suarise Hadirkan Pengalaman Teknologi Digital Aksesibel

150 150 Iin Kurniati
Seorang lelaki tengah menjelaskan kepada dua orang perempuan mengenai accessibility feature di playstation game Last of Us 2

Kegiatan interaktif pengunjung dalam Accessibility dan Empathy Lab Pop Up Experience oleh Suarise ID pada pameran Jakarta Innovation Day 2023, 27/09/23 (dok. Suarise)

Jakarta, 27 September 2023 – Sebagai bagian dari rangkaian inovasi membangun masa depan yang inklusif dan aksesibel terhadap disabilitas, Suarise kembali selenggarakan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience dalam pameran Jakarta Innovation Day 2023 selama 25 – 27 September 2023. Sebanyak 150 pengunjung pameran telah berpartisipasi dalam kegiatan interaktif yang disediakan pada stan Suarise. 

Rahma Utami, Direktur Suarise menyatakan antusiasmenya menjadi bagian dari Jakarta Innovation Day 2023 yang diinisiasi oleh Bappeda Provinsi DKI Jakarta. Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa kegiatan serupa perlu dibuat dengan frekuensi yang lebih sering untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya aksesibilitas digital di Indonesia.

“Teknologi digital yang aksesibel adalah kunci utama untuk mendorong inklusivitas dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, masih ada channel-channel digital yang belum memperhitungkan elemen aksesibilitas. Hal ini menjadi tantangan kita bersama,” ungkap Rahma. 

Sebagai salah satu dari 46 stan dalam pameran Jakarta Innovation Day 2023, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas interaktif bagi para pengunjung, di antaranya: mencoba accessibility feature playstation, uji aksesibilitas digital aplikasi Trans Jakarta (TIJE) dengan role play pesan tiket menggunakan pembaca layar (screen reader), dan masih banyak lagi.  

Empathy Lab Pop Up Experience membantu penggunanya dalam memahami tantangan aksesibilitas digital dan solusi akomodatif dari pemanfaatan teknologi yang untuk membantu keseharian teman-teman disabilitas. 

Sebanyak 10 skenario perkenalan penerapan teknologi bagi disabilitas turut disajikan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat umum tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi. 

“Semua skenario yang ada di sini itu dibuat se-relate mungkin dengan pengalaman sehari-hari. Misalnya, pada aplikasi yang sudah ada di smartphone masing-masing. Tapi bisa dibuat secara aksesibel supaya juga bisa diakses oleh teman disabilitas. Pada dasarnya, aksesibilitas digital itu adalah hak yang harus didapatkan oleh semua orang. Utamanya, kemudahan dalam mencari, mengakses, dan menemukan informasi sesuai dengan kebutuhan. Hak tersebut itu harus dapat dipenuhi karena sudah menjadi hak yang mendasar bagi manusia,” lanjut Rahma. 

Pengalaman yang Menggugah Empati

seorang teman netra tengah memandu seorang peserta perempuan untuk mengakses laptop menggunakan pembaca layar dengan keyboard tanpa huruf

Teman Netra dari Suarise tengah memandu seorang peserta belajar menggunakan pembaca layar (dok. suarise)

Tania dan Raissa dari Ragam Wajah Lara, salah satu pengunjung yang hadir dalam pameran tersebut menceritakan tentang pengalamannya ketika berinteraksi di stan Suarise.

Raissa menceritakan pengalamannya dalam mengoperasikan keyboard dan memainkan playstation dengan skenario sebagai seorang disabilitas. Ia mengaku sempat merasakan kesulitan karena belum terbiasa menggunakan teknologi dan alat bantu yang disediakan. Namun, kegiatan ini memberikan banyak pembelajaran baginya sebagai content creator di Ragam Wajah Lara untuk membuat konten-konten yang lebih aksesibel

“Pengalaman ini buat aku sadar, belum tentu hal yang kami buat itu sudah aksesibel. Padahal konten yang dimaksud cukup penting karena menyangkut tentang kesehatan mental. Ini menjadi pelajaran supaya bisa membuat konten yang lebih mudah untuk diakses. Seperti membuat video di Instagram dengan menambahkan subtitle supaya aksesibel untuk teman tuli. Terlebih, di awal pandemi kemarin, informasi seputar hal yang esensial untuk menjaga kesehatan (misal: menjaga jarak dan memakai masker) saja sulit dicari panduannya. Apalagi dengan disabilitas pasti membutuhkan usaha lebih. Pengalaman yang ditawarkan Suarise ini penting supaya kita bisa memahami kesulitan yang dialami teman disabilitas,” ungkap Raissa. 

Lebih lanjut, Raissa juga menambahkan bahwa menurutnya, kegiatan ini sangat insightful, impactful, dan emphaty-full atau menggugah empati sesuai dengan judul labnya, ‘Empathy Lab Pop Up Experience’. 

Hal ini juga diamini oleh Tania yang menceritakan latar belakangnya sebagai seorang Graphic Designer. “Saat menjalankan skenario dengan screen reader, aku jadi lebih aware untuk membuat konten lebih ramah disabilitas. Misalnya dengan menggunakan headings agar bisa dibaca oleh screen reader. Aku mengharapkan hal-hal seperti ini bisa dilakukan secara berkelanjutan. Penting banget untuk terus dilakukan”, jelas Tania.

Selain itu, ia juga menyampaikan harapannya agar pemerintah ikut andil dalam meningkatkan aksesibilitas bagi disabilitas.

“Masih ada stigma bahwa teman disabilitas itu dependen atau bahkan dianggap beban. Hal ini terjadi karena belum banyak teknologi yang bisa membantu mereka. Aksesibilitas yang tinggi itu membantu teman disabilitas bisa menjadi independen. Tapi, hal ini perlu diakomodir melalui perubahan secara sistemik bahkan hingga level pemerintah. Tidak bisa kalau hanya 1-2 orang doang yang bergerak. Memang pasti tidak mudah. Tapi optimis pasti bisa”, tutup Tania.

Adapun kegiatan ini dapat dilangsungkan sebagai hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.

Tentang Penyelenggara

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Suarise bersama Bappeda DKI Jakarta dalam Jakarta Innovation Day 2023. Kegiatan Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience merupakan bagian dari ISIF atau Information Society Innovation Fund Asia sebagai program pendanaan dan dukungan yang berfokus pada promosi pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia