JOURNAL

Logo Gojek vs Grab

Dampak Aksesibilitas Aplikasi Gojek dan Grab untuk Kemandirian Tunanetra

2560 1316 suarise

Manfaat Aplikasi Ojol Bagi Tunanetra

Tidak dipungkiri, kehadiran ojol, alias ojek online, mempermudah hidup banyak orang. Hal ini juga berlaku bagi kalangan disabilitas, khususnya tunanetra. Dengan kondisi penglihatan yang minimal atau bahkan tidak ada sama sekali, dukungan aksesibilitas di beragam aplikasi online mempermudah tunanetra dalam membeli barang, menelaah spesifikasi barang, dan kini termasuk memesan ojek juga.

5 Alasan kenapa Tunanetra menjadi lebih Mandiri berkat Aplikasi Ojek Online

  1. Menengahi aksesibilitas transportasi publik yang masih sangat terbatas

    Dengan infrastruktur dan sarana transportasi publik di Indonesia yang belum sepenuhnya ramah bagi difabel, kehadiran aplikasi Ojek online (atau ojol) sangat mempermudah. Meski sudah banyak fasilitas publik yang menggunakan trotoar taktil, tapi seringkali hal ini tertutup oleh pedagang kaki lima, parkir motor, bahkan lubang galian. Belum juga sampai halte, kesananya saja sudah banyak jebakan.

  2. Bisa kemana-mana tanpa mengandalkan anggota keluarga

    Selama ini, mayoritas tunanetra bergantung pada anggota keluarga atau teman yang awas untuk bermobilisasi, apakah itu menemani atau mengantar dengan kendaraan seperti motor atau mobil. Praktis, harus menyesuaikan juga dengan jadwal yang mengantarkan.

  3. Lebih efisien saat bermobilitas

    Adapun sarana publik seperti layanan bis gratis, belum bisa menjamin ketepatan waktu sampai di lokasi karena harus menjemput dan mengantarkan satu per satu dari penumpang. Belum lagi, layanan ini harus dipesan beberapa hari sebelumnya. Walhasil, ini menjadi kendala jika difabel, khususnya tunanetra ingin sampai ke suatu lokasi pada waktu tertentu secara akurat ataupun untuk bepergian secara mendadak.

    Seorang tunanetra sedang memegang es kopi dan membayar ke driver Grab

    Teman netra juga bisa pesan kopi kekinian kalau aplikasinya aksesibel dan ramah difabel.

  4. Bisa tahu apa saja makanan dan minuman yang dijual di sekitar

    Orang awas mungkin tidak akan mengalami masalah ingin jajan apa, apakah itu beli sekitar rumah atau pesan via ojol kalau lagi malas jalan. Namun, keterbatasan penglihatan tunanetra menyebabkan mereka terkadang tidak tahu apa saja jajanan di sekitar rumah mereka, kecuali pernah ke sana atau diberi tahu oleh rekan yang awas. Dengan aplikasi grab dan gojek, tunanetra bisa jajan baik yang lokasinya sekitar rumah maupun yang jauh.

  5. Bisa kirim paket sendiri

    Kalau tidak punya komputer dan printer, sulit untuk tunanetra mengirimkan paket sendiri karena harus menuliskan alamat. Pun biasanya akhirnya antara meminta bantuan rekan yang awas atau datang langsung ke tempat pengiriman paket terdekat (jika tahu) untuk sekalian diketikan. Dengan aplikasi go-send dan grab-send, kirim paket jadi lebih mudah karena alamat tinggal diketikan di aplikasinya langsung.

Aksesibilitas Go-Jek dan Grab sudah sejauh apa?

Tunanetra menggunakan software pembaca layar untuk mengakses seluruh tampilan yang muncul di aplikasi. Software ini gratis dan sudah terinstall otomatis di hp merk apapun.

Sebuah aplikasi harus akses dari sisi control, tombol, tulisan, hingga gambarnya. Nah, sayangnya, meski masih bisa dioperasikan dan bermanfaat, banyak teman netra yang masih berkendala dalam mengakses aplikasi Ojol ini.

Aksesibilitas Gojek bagi Pengguna Tunanetra

Menurut kamu, mana aplikasi ojol yang lebih aksesibel untuk difabel netra?

Jawabannya ada di video berikut.

Sharing Tentang Proses Transformasi Aksesibilitas di Gojek

Dari video yang diluncurkan tahun 2019 silam ini, tim Go-jek mulai mengevaluasi penerapan aksesibilitas di dalam super-app ini. Nah, sebagai keberlanjutannya, mereka akan sharing di A11yID sharing session spesal di Global Accessibility Awareness Day (GAAD) Mei 2021 nanti tentang bagaimana tim Go-jek mencoba melakukan tranformasi di dalam untuk membuat Go-jek semakin ramah difabel.

Baca juga: A11yID, Komunitas Teknologi Pertama di Indonesia yang Fokus Ke Aksesibilitas di Digital Platform

Tangkapan layar sharing sesion spesial edisi Suarise dan Gojek. Tim Gojek sedang membicarkan dampak video #TantanganAksesbilitas Gojek vs Grab

Tim Gojek sedang membicarkan dampak video #TantanganAksesbilitas Gojek vs Grab yang dbuat oleh Suarise 2019 silam yang memicu dibentuknya A11y Champion pada akhir 2020 agar aplikasi Go-Jek semakin inklusif bagi difabel, termasuk difabel netra.

Menjadi Pengembang dan Desainer Aplikasi Yang Ramah Disabilitas

Setiap yang terlibat di pengembangan produk digital bisa membuat aplikasi maupun websitenya menjadi semakin ramah difabel dan bisa digunakan semua orang. dengan mengikuti beragam panduan pembuatan aplikasi inklusif, aplikasi bisa tetap oke tanpa mengurangi fungsi aksesibilitasnya.

Baca juga: Product Designer buat apa belajar Accessibility ?

Mau belajar lebih lanjut? Yuk gabung di komunitas A11yID. Ada sharing setiap bulan yang menambah pengetahuan dan bahasan teknis juga loh. Jangan lupa subscribe di Youtube Suarise ID dan Follow TantanganAksesibilitas di Instagram untuk menonton sharing session a11yID lainnya.

 

 

 

 

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Poster acara Inclusivity at work bareng at america

Pengalaman Merekrut Digital Content Writer Tunanetra

1024 768 suarise

Rekrut tunanetra sebagai content writer? Emangnya bisa? Ini adalah stigma dan persepsi dari banyak orang. Nyatanya, profesi digital content writer adalah profesi yang menjanjikan dan bisa dikerjakan secara maksimal oleh seseorang dengan disabilitas netra.

Pengalaman Merekrut Digital Content Writer Tunanetra di Digital Agency

Dengan masih banyaknya keraguan untuk merekrut content writer dengan latar belakang tunanetra, Suarise mengadakan diskusi panel bersama Ramya Prajna (Co-CEO Thinkweb), Hani (DNetwork-Jaringan Kerja disabilitas), Ega (Content writer tunanetra), dan Theresia (Project Manager Suarise) bersama AtAmerica. Di diskusi ini dibahas dampak, keuntungan, dan apa saja yang bisa didapatkan dengan mengajak tunanetra terlibat di dalam departemen digital marketing di sebuah perusahaan organisasi.

Video diskusi panel Recruit Your First Blind Employee Worry Free

Content writer tunanetra bisa apa saja?

  1. Membuat Artikel Ramah SEO
  2. Membuat konten sosial media
  3. Membuat iklan di Google Adwords

Keuntungan merekrut content writer tunanetra Suarise:

1. Lebih efisien dan terjangkau karena bisa bekerja secara remote

Salah satu kendala utama tunanetra dalam bekerja adalah mobilitas, baik itu dari rumah menuju kantor, maupun dari pintu masuk kantor ke meja kerjanya, dan dari meja kerja ke fasilitas kantor lainnya seperti WC, pantry, kantin, dll. Bekerja secara remote tidak hanya memudahkan tunanetra tapi juga efisien bagi kantor jika belum mampu mengakomodasi aksesibilitas dari sisi infrastruktur fisik kantor itu sendiri.

2. Meningkatkan kultur perusahaan

Pegawai kantor menjadi lebih empati terhadap sekitarnya dan lebih inklusif dalam menghadapi lingkungan sekitarnya. Selain itu, perusahaan dinilai menjunjung value yang tinggi sehingga karyawan bisa bangga dan lebih loyal,

3. Lebih mudah dan terjangkau dengan Aksesibilitas digital

Jangan salah, content writer tunanetra Suarise tidak membutuhkan braille maupun perlengkapan khusus lainnya. Selama penyedia kerja menggunakan Microsoft Office atau Google Suite, tunanetra sudah bisa mengoperasikan perangkat lunak tersebut dengan menggunakan keyboard biasa (bukan keyboard brailler), dengan bantuan pembaca layar (screen reader). Pembaca layar bisa didapatkan secara gratis, dan bisa di install di perangkat/gadget apapun.

Baca juga: cara tunanetra mengakses internet

4. Terlatih secara teori dan praktik

Seluruh content writer tunanetra dari Suarise telah melalui pelatihan penulisan konten digital khusus bagi tunanetra selama 6 bulan, yang terdiri dari teori, latihan, dan praktik simulasi kerja (on the job training). Suarise juga menggunakan brief asli dari berbagai macam agency digital sebagai bahan latihan. Pengajar di Suarise telah berpengalaman di bidang digital marketing selama 10 tahun dan telah melakukan berbagai pelatihan digital marketing baik untuk kalangan akademis maupun publik.

Foto Bersama tim suarise dengan lulusan batch 2

Lulusan Training Digital Content Writing Suarise Batch 2

Jasa dan Rekrutmen Content Writer Tunanetra

Suarise menyediakan content writer tunanetra handal yang telah dilatih selama 6 bulan secara intensif. Setiap content writer tunanetra suarise bisa direkrut secara freelance maupun direkrut sebagai pekerja tetap. Jangan khawatir, Suarise menyediakan pendampingan selama 3 bulan pertama untuk adaptasi baik bagi perusahaan dan content writer yang direkrut.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan akses halaman Suarise talents recruitment.

Ingin mengadakan CSR bersama Suarise atau memberikan beasiswa kepada calon content writer tunanetra di masa depan? Hubungi [email protected]

 

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Poster SEOCON 2021: Search Engine Optimization in The New World

SEO On Page + Accessibility: Business and Social Impact Performance in One Step

1200 628 suarise

Hubungan antara SEO On-page dan Aksesibilitas Website

“Teknis Akesibilitas Digital mencakup 70%-80% penerapan SEO On-Page pada halaman”

Inilah analisis yang diberikan oleh Deasy Natalia, General Manager BLU Wave pada sesi Global Accesssibility Awareness Day 2020 silam. Diskusi ini merupakan awal memperkenalkan istilah aksesibilitas digital ke audiens di Indonesia, terutama bagi bisnis maupun perorangan yang memiliki ketertarikan dan kebutuhan di bidang digital marketing, khususnya Search Engine Optimization (SEO). SEO on page dan Accessibility nyatanya memang berjalan seiringan.

Lebih jauh perihal teknis dan non-teknis bagaimana kedua teknis ini diterapkan dalam sekali jalan akan dibahas di SEO Conference 2021. Dengan topik SEO Perfornce in The New World, Suarise mengajak untuk menggunakan kacamata penerapan  SEO On Page yang benar dan akurat akan berdampak tak hanya bagi bisnis, tapi juga bagi pengguna dengan latar belakang disabilitas.

Daftar SEOCon 2021

Apa itu SEO On Page?

SEO On Page merupakan implementasi teknis dan non teknis untuk mengoptimasikan halaman website dari sisi asetnya itu sendiri. SEO On page meliputi optimasi landing page, struktur, kode, termasuk penulisan tiap artikel. SEO On Page tidak hanya semata-mata tentang optimasi kata kunci (keyword) saja.

Prinsip Aksesibilitas Digital (A11y) dalam sebuah website

Dalam membuat aplikasi digital yang ramah disabilitas, ada 4 prinsip yang harus dipenuhi yang disingkat dengan POUR:

  1. Perceivable
  2. Operable
  3. Understanable
  4. Robust

Keempat hal tersebut erat kaitannya dengan penggunaan maupun tanpa penggunakan teknologi asisitif bagi disabilitas tertentu (contoh: pembaca layar bagi tunanetra).

Perceivable

Perceivable artinya informasi yang disajikan dalam suatu aplikasi bisa diakses dengan multi-indera, apakah itu mata, telinga, maupun peraba. Praktis, sebuah informasi yang inklusif dan #BisaDiAkses disabilitas artinya memfasilitasi seseorang yang mengalami kekurangan maupun ketiadaan fungsi dari salah satu indera yang disebutkan.

Orang yang buta warna harus bisa memahami informasi tanpa kehilangan konteks dari warna yang disajikan, tunanetra bisa mendengar informasi yang dipaparkan secara visual, dan sebagainya.

Operable

Operable artinya bisa digunakan sesuai fungsinya. Contohnya, tombol bisa ditekan, formulir bisa diisi, belanjaan bisa di check out dan dibayar, dan sebagainya.

Understandable

Understandable artinya bisa dipahami. Seringkali informasi disajikan visual saja, gambar saja, atau bahkan teks saja. Hal ini menyebabkan pengguna dari kondisi tertentu kehilangan bagian dari informasi yang penting. Understandable juga kaitannya dengan penggunaan bahasa dan kata-kata.

Robust

Robust kaitannya bisa digunakan berbagai jenis teknologi asistif. Nah ini biasanya diluar cakupan SEO.

8 Komponen SEO On-Page yang Berhubungan dengan A11y

Ada delapan hal yang berhubungan langsung dengan website accessibility dan membuat pengguna dengan latar belakang disabilitas lebih mudah berselancar, yaitu:

  1. Heading
  2. HTML Tag
  3. Images & Multimedia
  4. Content Writing
  5. Linking
  6. Structure & Navigation
  7. Page Load Speed
  8. User Experience (UX)

SEO On Page & Accessibility Webinar

Poster Seocon sesi Suarise: SEO + Accessibility = Business and Social Impact Performance in One Step

Rahma Utami, founder dan Konsultan Aksesibilitas Suarise akan memberikan materi di SEO Conference 2021

Pada event ini, Suarise mengangkat SEO + Accessibility = Business and Social Impact Performance in One Step

  • Hari & Tanggal: Rabu, 17 Maret 2021
  • Jam: 16.oo WIB
  • Lokasi: Conference Room 1

Pada sesi ini, akan diterangkan terkait teknis

  • Dampak SEO on page yang baik bagi pengguna disabilitas
  • SEO On-page apa saja yang bersinggungan dengan aksesibilitas
  • Bagaimana menerapkannya secara efisien.

Hasilnya? Website tidak hanya bagus nilai SEO nya tapi juga semakin ramah pengguna disabilitas.

Apa yang akan didapatkan? (Ada di teks)

Untuk mengikuti sesi SEOCON 2021 baik sesi Suarise maupun sesi pembicara lainnya secara GRATIS, silakan ke registrasi peserta SEOCON 2021.

 

 

#AccessibilityIsGoodSEO

#GoodSEOisAccessible

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
seseorang berdiri merentangkan tangan di atas gunung menghadap matahari

Lapangan Kerja Disabilitas Tak (Lagi) Terbatas

2560 1706 Iin Kurniati

Pandemi pada satu sisi berdampak bagi kehidupan, tetapi disisi lain memberi peluang bagi siapapun yang ingin bertahan. Pergeseran transformasi digital menjadi kunci tatanan kenormalan baru, salah satunya terbukanya lapangan kerja disabilitas yang tak lagi terbatas ruang dan waktu.

Baca Strategi Masa Pandemi, Mengubah Tantangan Jadi Peluang!

Maraknya perkembangan digital mendorong brand adu kreatif dalam strategi pemasaran, khususnya dalam memengaruhi konsumen dan membentuk image di mata publik. Konten menjadi salah satu hal penting dalam setiap bentuk persuasi dan promosi digital masa kini. 

Oleh karenanya, perumusan konten bukan perkara mudah, butuh strategi jitu agar sesuai dengan tujuan, sasaran komunikan, hingga karakter brand yang ingin ditampilkan.

Salah satu upaya untuk menciptakan konten yang kuat yakni melalui peningkatan skill penulisan konten digital atau lebih dikenal dengan istilah digital content writing training. Pelatihan yang fokus membuat konten yang bersifat menjual, story telling, terbaca di kanal pencarian (SEO optimized) akan bernilai lebih. 

Penulisan konten digital ini juga dapat menjadi salah satu pilihan lapangan kerja disabilitas yang bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja selama terhubung dengan koneksi internet. Lalu, dimana bisa memulai pelatihan penulisan konten digital?

Pelatihan Penulisan Konten Digital bagi Disabilitas Netra

Suarise merupakan lembaga independen yang memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital sejak 2017. Berdirinya Suarise bertujuan untuk mengembangkan talent dan profesi disabilitas, khususnya tunanetra agar dapat bekerja secara independen maupun bekerja sebagai tenaga tetap perusahaan.

Suarise memberikan pelatihan penulisan konten digital yang komprehensif, tidak hanya fokus pada hard skill tetapi juga pada soft skill para talents. Suarise akan memaparkan dinamika kerja dalam dunia pemasaran digital, sehingga peserta mampu menjadi talent yang berkompeten, baik sebagai pekerja lepas (freelancer), ataupun karyawan dan bagian tim suatu perusahaan/industri kreatif/lembaga/institusi. 

Suarise, Usaha Sosial Siap Bersaing Global

Beasiswa Bagi Peserta Berkomitmen Tinggi

Dalam menyukseskan program ini, Suarise tidak bisa bekerja sendiri. Suarise membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak untuk membuka peluang lapangan kerja disabilitas pasca pelatihan. Suarise bekerja sama dengan DNetwork-Jaringan Kerja Disabilitas, sebuah platform online yang menghubungkan para pencari kerja disabilitas dengan perusahaan maupun institusi yang berkomitmen mempekerjakan disabilitas. 

Dalam kerja sama ini, DNetwork berperan untuk mencari talenta terbaik yang sesuai menjadi peserta training serta memberikan beasiswa bagi peserta berprestasi. Tak berhenti sampai disitu, DNetwork akan turut andil dalam usaha penempatan kerja para peserta training yang telah lulus dengan melakukan pendekatan kepada perusahaan maupun brand yang membutuhkan skill pada lulusan content digital writing training. Lantas, apa saja jenis lapangan kerja disabilitas yang terbuka dari peningkatan kapasitas penulisan konten digital?

Lima Prospek Lapangan Kerja Disabilitas

Industri digital marketing menjanjikan beragam jenis profesi, termasuk yang fokus pada penulisan konten digital. Pada era transformasi digital, prospek lapangan kerja ini dapat dilakukan oleh teman-teman disabilitas yang memiliki kemampuan menulis konten digital.

  1. Content Strategist

Pekerjaan seorang content strategist berkaitan erat dengan proses digital marketing. Content strategist adalah profesi yang bertanggung jawab untuk menentukan kebutuhan konten, hingga memilih platform untuk mendistribusikan konten tersebut. Salah satu tugas dari seorang content strategist adalah membuat spesifikasi dan konten yang sesuai untuk target pasar dari sebuah brand.

  1. Social media strategist

Seorang social media strategist bertanggung jawab dalam menyusun strategi perencanaan untuk meningkatkan performa media sosial yang ditangani. Kegiatan yang dilakukan diantaranya mengidentifikasi audiens, membuat kampanye digital, melakukan riset, dan menyusun taktik yang akan dilakukan brand.

  1. Social Media Admin

Social media admin merupakan seseorang yang berada dibalik akun media sosial sebuah brand/perusahaan/institusi dan bertugas merancang konten tulisan, mengunggahnya, sampai dengan merespon setiap komentar yang masuk melalui akun media sosial yang dipegang.

  1. Copywriter

Copywriting adalah aktivitas atau pekerjaan menulis teks iklan atau materi publisitas. Teks iklan atau konten yang dibuat oleh copywriter menuntut kreativitas dan harus bisa menjual. Oleh sebab itu, kekuatan utama dan dasar fundamental dalam pekerjaan ini adalah membuat copy (kata-kata).

  1. Digital Content Writer

Last but not least, content writer agak sedikit berbeda dengan copywriter. Seorang content writer biasanya menulis dengan riset mengenai isu dan tema yang menghasilkan sebuah artikel, sedangkan tulisan copywriter biasanya diperuntukkan untuk kegiatan komersil. 

 

Anda Difabel Netra? Ayo Daftar Pelatihan Penulisan Konten Digital Suarise Batch 3

Bisa mengikuti pelatihan penulisan konten digital hingga diberi penawaran untuk mengerjakan project bahkan penempatan kerja, menarik, bukan? Jadi, jika kamu difabel Netra dan tertarik untuk mengikuti content digital writing training Suarise Batch 3, masih ada waktu satu minggu untuk kamu daftar lho!

 

Tautan Penting!

Prospektus pelatihan Digital Content Writing Batch 3

Formulir Pendaftaran Suarise Batch 3 Format Microsoft Word 

Formulir Pendaftaran Suarise Batch 3 Format Google Form

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Logo Kotex She Can Fund Indonesia

Suarise Memenangkan Kotex #SheCan Fund Indonesia

1920 1080 suarise

Beberapa waktu lalu, Rahma Utami, founder dari Suarise, mengikutsertakan diri dalam acara Kotex #SheCan Fund Indonesia untuk mendapatkan dana bantuan untuk mengembangkan gerakan inklusivitas di digital bagi penyandang disabiiltas.

Suarise ingin mendobrak stigma bahwa penyandang disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision tidak bisa berkarya di dunia digital. Oleh karena itu, Suarise berkomitmen menyelenggarakan pendidikan inklusi dan memperluas aksesibilitas digital di tanah air.

Kotex #SheCan Fund Indonesia

Selain Suarise, ada empat gerakan lain yang menjadi pemenang Kotex #SheCanFund Indonesia periode pertama, yaitu:

Melalui dana yang didapatkan dari Kotex #SheCan Fund, Suarise akan menyebarkanluaskan kesadartahuan, pengetahuan, dan pemahaman tentang potensi tunanetra untuk bekerja di sektor digital, meningkatkan peluang mereka direkrut, dan menyebarkan pengetahuan bagaimana membuat konten di website dan aplikasi ramah difabel.

Suarise akan terus mewujudkan mimpi agar seluruh platform digital #BisaDiakses. Kami percaya, aksesibilitas tidak hanya diperuntukkan bagi disabilitas, termasuk tunanetra dan low vision, tetapi juga diperuntukkan bagi masyarakat awas.

Kotex #SheCan Fund Indonesia terbuka bagi perempuan pendobrak dan penggerak di seluruh Indonesia. Untuk mendaftarkan gerakan #CewekKotexBisa untuk bisa mendapatkan pendanaan, kunjungi website Kotex #SheCan Fund.

Semoga berhasil!

#perlindungantotalantibakteri

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
seseorang dibelenggu pita kuning bertuliskan stop sambil membawa tulisan covid

Strategi Masa Pandemi, Mengubah Tantangan Jadi Peluang

2560 1707 Iin Kurniati

Tahun 2020 akan menjadi cerita yang terekam dalam jejak sejarah bangsa. Pandemi Covid-19 tidak hanya berimplikasi terhadap sisi kesehatan, tetapi juga berdampak kepada sektor ekonomi dan kelangsungan dunia usaha, termasuk pelaku usaha sosial. Kondisi ini tak terkecuali bagi Suarise Indonesia yang memutuskan tidak melakukan pelatihan penulisan digital konten untuk tunanetra dan fokus pada bisnis konsultan dan jasa. Inilah bukti bahwa berbagai strategi masa pandemi dirumuskan demi bertahan.

Adaptif dan Inovatif Kunci Strategi Masa Pandemi

Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar jelas menciptakan kenormalan baru. Inovatif dan Adaptif menjadi dua kata kunci dalam merespons tantangan tersebut. Para pelaku usaha jungkir-balik melakukan upaya demi menjaga kelangsungan bisnisnya. 

Selain itu, masyarakat seolah dipaksa beralih ke era baru untuk meminimalisir social distancing demi memperkecil peluang terdampak. Pergeseran ke era digital inilah yang kemudian diadopsi pelaku usaha besar, kecil, dan menengah untuk menjaga kelangsungan bisnisnya. Lantas, bagaimana dengan pelaku usaha sosial?

Pertanyaan tersebut yang berusaha dijawab dalam riset mengenai apa saja dampak covid-19 kepada pelaku usaha sosial serta bagaimana strategi masa pandemi yang dilakukan untuk bisa tetap bertahan. Suarise Indonesia sebagai usaha sosial yang bergerak dibidang pengembangan pendidikan inklusi dan jasa konsultan, menjadi satu dari sepuluh usaha sosial yang menjadi objek riset dalam program Kelas Kewirausahaan Sosial (KKS). 

Mini Riset Usaha Sosial 

Program yang diselenggarakan oleh Platform Usaha Sosial (PLUS) bersama dengan Kelas Kewirausahaan UGM ini diikuti oleh 12 mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi dan terbagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing tim mewakili industri fashion dan kerajinan, food & beverages, agrikultur, serta bidang pariwisata, pendidikan dan kesehatan.

Hasil mini riset ini menemukan bahwa sejumlah usaha sosial ada yang terdampak hebat akibat pandemi. Namun, ada pula usaha sosial yang tidak terdampak, bahkan pandemi malah memperluas peluang usaha mereka. Diversifikasi usaha, ekstensifikasi target market, hingga jalin komunikasi dan kolaborasi dengan mitra usaha lain menjadi sejumlah strategi masa pandemi.

Disisi lain, pelaku usaha sosial juga mengadopsi perubahan digital dengan mengoptimalkan penggunaan media sosial dan memanfaatkan e-commerce. Kedua platform tersebut dimanfaatkan para pelaku usaha untuk meraih awareness, dan memasarkan produk kepada konsumen. Sebagai buktinya, maraknya jual-beli online via e-commerce jadi strategi masa pandemi yang menjanjikan.

Suarise masa Pandemi

Sebagai pihak yang juga terkena dampak, Suarise melakukan perubahan strategi masa pandemi untuk mempertahankan sustainability bisnisnya. Selama pandemi ini berlangsung, kegiatan pelatihan digital content writing bagi tunanetra terpaksa ditunda. 

screen capture liputan GAAD Indonesia di Youtube Suarise

Accessibility Impact to SEO, Discussion in GAAD 2020

Tonton kembali Acara GAAD 2020

Meskipun demikian, Suarise tidak berhenti untuk mengadakan serangkaian kegiatan secara daring untuk mengkampanyekan nilai-nilai inklusi. Salah satunya melalui kampanye #BisaDiakses. Ini ialah upaya mengajak publik untuk membuat platform digital mereka – media sosial dan website – dapat diakses khususnya bagi tunanetra.

Global Accessibility Awareness Day (GAAD) Tahun 2020 menjadi tonggak awal pelaksanaan a11yid Sharing Session yang mengajak pelaku pengembang produk digital untuk berkontribusi dan implementasi aksesibilitas inklusi. Demi digital platform di Indonesia semakin #BisaDiAkses bagi lebih dari 10 juta difabel di Indonesia.

Kemudian dari sisi bisnis, Suarise membuka jasa konsultasi untuk membuat platform digital #BisaDiakses bagi perusahaan maupun industri agar lebih inklusif. Tak ketinggalan, Suarise juga mempromosikan jasa para talents yang telah menyelesaikan pelatihan. 

Baca Portofolio talents!

Melalui diskusi ini, kolaborasi dan jejaring antar para pelaku usaha diharapkan dapat terjalin semakin erat. Disamping itu, setiap usaha sosial diharapkan akan dapat saling mendukung demi meningkatkan ketahanan usaha. Kolaborasi ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif, tidak hanya untuk membuka jalan untuk akses bantuan, tetapi juga memupuk semangat optimisme mengatasi tantangan pandemi mendatang.

 

Tertarik menggunakan jasa Suarise? Kontak kami disini.

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
ilustrasi pesawat dan peta menuju eropa

Suarise, Usaha Sosial Siap Bersaing Global

2560 1707 Iin Kurniati

KEMAJUAN teknologi yang melahirkan raksasa digital dunia menginspirasi munculnya perusahaan rintisan startup, khususnya usaha sosial di berbagai belahan negara, tak terkecuali Indonesia. Meskipun ekosistem industri digital Indonesia masih terus bertransformasi, optimisme pelaku industri digital Indonesia masih sangat kuat. 

Maraknya kehadiran perusahaan rintisan usaha sosial dengan berbagai inovasi juga diiringi dukungan inkubator dan akselerator bisnis yang mengedukasi tentang menjalankan bisnis atau mengembangkan teknologi. Peran inkubator dan akselerator bisnis ini mendorong perkembangan perusahaan rintisan sehingga siap mendapatkan investasi lanjutan. 

Berlatar belakang pengalaman ketika inovasi digital ternyata dapat memajukan pembangunan berkelanjutan pada komunitas lokal, lahirlah Program Akselerator Inovasi Digital (Digital Innovation Accelerator Programme – DIAP). Program ini bertujuan mendukung perusahaan rintisan di Ethiopia, Ghana, Indonesia, Meksiko, dan Senegal menuju level berikutnya.

Pada akhir tahun 2019, DIAP membuka pendaftaran bagi startup yang memiliki solusi inovasi digital. Tahun ini DIAP fokus pada startup yang bergerak pada sektor kesetaraan gender, tindakan iklim lingkungan, serta teknologi pendidikan. Selanjutnya, terpilih 45 tim yang berhak menerima program akselerasi inovasi digital pada lima negara. 

Inklusi dan Bisnis

SUARISE menjadi satu-satunya startup usaha sosial yang bergerak di bidang pendidikan inklusi dan bisnis, di antara sembilan start up yang terpilih mengikuti program akselerator inovasi digital dari GIZ Innovation Factory  dari Indonesia. Program akselerasi yang per September 2020 telah berlangsung selama enam bulan ini memberikan berbagai dukungan pengembangan produk. Adapun jenis dukungan yang diberikan antara lain berupa dukungan pengembangan kapasitas, penyempurnaan model bisnis, dan strategi pitching/komunikasi/marketing, penguatan dampak tujuan pembangunan berkelanjutan, dan persiapan diri dalam menerima investasi.

Sebagai informasi, program ini dirumuskan oleh Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) dan dilaksanakan oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) yang didukung oleh Adelphi. Nantinya pada tahap akhir, para peserta akan berkompetisi untuk memperoleh paket dukungan khusus masing-masing sebesar €15,000 atau setara dengan Rp235 juta. Dukungan dana tersebut dapat digunakan untuk pengembangan produk atau skala start-up. Selain dukungan finansial, para pemenang juga berkesempatan untuk berjejaring dengan jaringan program Innovation Factory.

Saat ini Suarise masih mengikuti sejumlah rangkaian akhir dalam kegiatan DIAP melalui GIZ Innovation Factory dari Indonesia. Berkat program akselerator inovasi digital ini, Suarise memeroleh berbagai manfaat, khususnya dalam menyempurnakan model usaha sosial yang kami rintis. Satu langkah lagi Suarise akan menuju dunia. Semoga kami lolos ke tahap seleksi selanjutnya!

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Foto joystik playstation dengan headphone

Sound Design: Aksesibilitas Game RPG sejak sebelum Last of Us II

1500 1000 Rahma Utami

Game Last of Us part II merupakan game yang digadang-gadang memiliki fitur aksesibilitas terlengkap hingga saat ini. Sony Playstation website juga mengeluarkan official release terkait berbagai macam informasi fitur aksesibilitas dari Last of Us part II. Tapi, adakah yang menyadari bahkan sebelum game Last of Us II, banyak game-game RPG yang baik langsung maupun tidak, memiliki fitur aksesibilitas?

Poster Game Last of Us Part II beserta ratingnya yang memuaskan

Sumber: KeenGamer

Fitur-fitur seperti meningkatkan kontras dan memperbesar ukuran teks merupakan salah sedikit dari berbagai hal penunjang aksesibilitas pada game. Tapi, ada pula aspek yang awalnya bukan untuk peruntukan aksesibilitas, menjadi sangat membantu terutama bagi gamers tunanetra, yaitu sound design.

Sound Design: Aksesibilitas Game RPG sejak sebelum Last of Us II

Sound design surprisingly membuat game RPG lebih bisa bisa diakses oleh teman-teman difabel terutama dengan kondisi penglihatan.  Pada satu sesi diskusi accessible gaming di RNIB, Sightless Kombat (seorang blind gamer) menyebutkan bahwa peran suara penting sebagai petunjuk dan marker yang mempermudah navigasi di dalam game.

Penjelasan Sightless Kombat (SK) juga didukung pasangan tandem satu timnya. Dalam bermain game RPG, beliau memiliki tandem pemain yang penglihatannya masih awas. Pasangan tandemnya menceritakan pengalaman ketika mereka bermain Killer Instinct dan Gears of War 4. Mereka meneruskan perjalanan setelah melumpuhkan lawan, namun seiring berjalan, SK merasa ada sesuatu yang tertinggal. Tandemnya berbalik dan mengatakan tidak ada apa-apa disana. Tapi SK persisten ada sesuatu. Akhirnya mereka kembali ke lokasi sebelumnya dan mendapati beberapa item yang belum di ambil.

Kejadian serupa juga terjadi saat ternyata masih ada musuh yang bersembunyi saat yang terlihat semua musuh sudah dibasmi. Saat ditanya darimana SK mengetahui hal itu, dia mengatakan ada bunyi yang lirih selain suara background saat bermain. Intensitas bunyi itu juga berubah seiring gerakan mereka yang melanjutkan perjalanan.

Dari cerita dan pengalaman SK, ada lima hal yang membuat aspek sound design menjadi sangat penting untuk memfasilitasi aksesibilitas visual dalam game RPG, yaitu:

  • Sound character
  • 3 Dimensional Sound for Navigation
  • Event (macro & micro)
  • Narasi & Scene
  • System

Berdasarkan Game Accessibility Guidelines, sound design termasuk kedalam kriteria implementasi aksesibilitas kategori intermediate dan advance. Mari kita kupas bagaimana aspek-aspek di atas mendukung aksesibilitas game RPG dan atau game jenis lainnya.

Baca juga: Faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas di Game

Character Sound

Pada umumnya, karakter dibagi menjadi protagonis dan antagonis, atau setidaknya kawan, lawan, dan NPC. Dengan mendesain suara yang khas untuk karakter musuh, pemain dapat mengidentifikasi ada musuh di sekitar dari sound effect-nya saja.

Jika ada beberapa tipe musuh maka ada baiknya jika desain musik/suaranya memiliki sedikit perbedaan tapi masih memiliki karakter suara yang kurang lebih sama. Alternatifnya, jika musik untuk karakternya sama, intensitas/musik pada latarnya dibuat sedikit berbeda. Dengan demikian, musik dan suara ini juga menjadi sebuah sistem informasi dalam ekosistem game tersebut.

Gambar seorang karakter di game di depan sebuah item

Sumber: reddit

Suara dan musik juga bisa di desain untuk item atau objek-objek di dalam game. Misal item yang bisa diambil dan objek dalam scene (semisal dinding) memiliki suara yang berbeda. Dengan demikian, suara memiliki nilai informatif apakah objek yang sedang ada di depan pemain interaktif atau tidak, atau memiliki fungsi khusus.

3 Dimensional Sound for Navigation

Setelah mendesain suara atau musik untuk tiap-tiap objek dan karakter, masing-masing dari hal tersebut perlu diperhatikan aspek 3D Sound-nya. 3D sound sangat berguna sebagai navigasi dalam permainan, khususnya proximity distance (jarak antara karakter dengan objek/karakter lain), dan arah datangnya suara (kiri, kanan, depan, belakang).

3D sound atau 5.1 surround biasanya menjual aspek “immersive experience” dalam sebuah game. Tapi kenyataannya, ini juga membuat game RPG semakin informatif bagi difabel khususnya tunanetra.

Tampilan pengaturan Enhanced Listen Mode di The Last of Us Part 2

Enhanced Listen Mode di The Last of Us Part 2 membuat kita bisa mendeteksi item dan musuh layaknya ikan paus. Sumber: Pribadi

Event (macro & micro)

Event dalam sebuah game banyak macamnya. Event micro bisa juga disebut sebagai reaction, yaitu bebunyian yang terjadi akibat karakter pemain berinteraksi atau melakukan sesuatu dengan objek interaktif. Contohnya adalah menembak, menebas, mengambil item, memasukan item ke dalam inventory, terkena serangan, dan lain sebagainya.

Event macro merujuk pada durasi yang lebih lama, misal, berhadapan dengan raja di dungeon. Musik atau suara untuk event besar seperti ini biasanya berlangsung dengan durasi tertentu, atau intensitas tertentu. Dan biasanya ini menjadi suara latar yang dominan selama event berlangsung.

Gambar scene penyerangan raja oleh guild

Sumber: MMOGames

Narasi & Scene

Ada berbagai macam cara untuk menyajikan narasi dalam game. Sering kali, game membuat narasi teks, lalu diikuti dialog karakter, dan ambience dari scene yang terkait (misal, gunung). Narasi teks sepatutnya harus bisa diakses dengan screen reader agar terbaca bagi tunanetra, tapi bisa juga dengan pre-recorded voice sehingga karakter suara narasi sejalan dengan karakter gamenya.

Background sound dalam sebuah scene memberikan detail lokasi dimana pemain berada. Meski kadang tidak terlalu memiliki nilai informasi signifikan kedalam gameplay, keberadaan background sound yang mengindikasikan scene menambah experience pemain yang tidak melihat untuk memahami detail dalam storyline game tersebut.

Nilai informasi juga bisa ditambahkan kedalam suara latar scene. Bisa jadi, jurus atau item yang digunakan memiliki spesifikasi lokasi (seperti indoor atau outdoor), atau item tertentu hanya bisa digunakan di ruangan, di air, di darat, di pasar, dan lain-lain.

System

Last but not least, system sound effects. Sudah barang tentu setiap game ada halaman menu pengaturan, baik itu setting dalam game saat permainan dimulai, ataupun sebelum game dimulai. Terkadang pula, saking serunya bermain, kita salah menekan tombol. Alih-alih meluncurkan serangan, pemain malah membuka system preference di game secara tidak sengaja.

Oleh karena itu, suara menu dan system preferences juga butuh untuk didesain. Sudah pasti, ambience nya akan kontras dibandingkan saat berada di scene game. Dengan demikian, sekalipun pemain tidak dapat melihat layar, dia bisa menyadari kalau dia sedang ‘kesasar’ di menu.

Screenshot menu game di Last of Us Part II

Sumber: Pinterest

 

Testing sound design untuk aksesibilitas, mulai dari mana?

Untuk mengetahui dampak sound design pada sebuah game, game developer sebaiknya melakukan test langsung kepada difabel yang terdampak. Alternatifnya, pembuat game mencoba memainkan game tersebut tanpa menggunakan visual sama sekali. Dengan demikian, aksesibilitas pada game RPG buatan studio game-mu bisa terjamin.

Selain itu, kamu juga bisa berkolaborasi dengan Suarise. Suarise menyediakan jasa konsultan dan user testing dengan tester dari berbagai latar belakang disabilitas, khususnya tunanetra. Kami merupakan satu-satunya konsultan khusus di bidang aksesibilitas digital di Indonesia. Tim kami sebelumnya telah berpengalaman dalam melakukan accessibility audit di Inggris.

Nah, menurut kamu, bagaimana implementasi sound design di Last of Us Part II? Share di kolom komen, atau mention kami di @SuariseID ya.

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Gambar karakter game Pac-man di dinding

Game-game yang Menerapkan Aksesibilitas sebelum Last of Us Part II

2165 1500 Rahma Utami

Game legendaris Last of Us tahun 2020 ini meluncurkan Last of Us Part II yang diperkaya dengan fitur aksesibilitas. Last of Us Part II memiliki berbagai feature enhancement yang membuat game RPG ini ramah bagi difabel, tak terkecuali tunenetra. Sebelum membahas terkait inovasi aksesibilitas di Last Of Us, ada baiknya kita mengulik perkembangan game-game yang Menerapkan Aksesibilitas sebelum Last of Us Part II.

Tulisan ini merupakan sebuah rangkuman dari satu sesi Focus Group Discussion di RNIB (Royal National Institute for The Blind), sebuah instansi negara di Inggris yang fokus pada isu penglihatan dan kebutaan, dan riset personal penulis. FGD ini berlangsung selama beberapa jam dengan mengundang beberapa tunanetra dan low vision yang berdomisili di Inggris, salah satunya blindgamer, SightlessKombat. juga perwakilan dari perusahaan game Ubisoft. Penulis berkesempatan untuk hadir di diskusi ini sebagai salah satu perwakilan AbilityNet.

Game-game yang Menerapkan Aksesibilitas sebelum Last of Us Part II

Dalam menilai aksesibilitas game, kita perlu memerhatikan tujuan dari game itu sendiri. Ada game yang memang ditujukan bagi kalangan dengan latar belakang difabel tertentu, namun ada pula game yang ‘umum’ tapi cukup ramah bagi teman-teman difabel. Last of Us merupakan game konsol Sony Play Station 4, dan termasuk kedalam kategori game umum  (bukan ditujukan secara khusus bagi difabel).

Berikut ini adalah game yang sudah menerapkan aksesibilitas sebelum Last of Us Part II, baik secara parsial maupun menyeluruh:

  • A Dark Room
  • Black Box
  • Frequency missing
  • Blind Cricket
  • Frozen Buble
  • Blind adventure
  • Braid

Selain itu, berikut ini adalah game yang bisa dimainkan tunanetra hingga batas tertentu:

  • Mortal Kombat
  • Gears of War

Pada dasarnya game-game yang disebutkan menjadi bisa di akses oleh teman-teman difabel karena efek gameplay atau game mechanic nya, dan atau implementasi teknisnya (jika berupa website ataupun aplikasi mobile).

Baca juga: Faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas pada Game

Nah, sekarang, kita ulik apa yang membuat game-game diatas mudah diakses bagi difabel yuk.

A Dark Room

A Dark Room adalah game yang bisa di akses melalui website maupun handphone apple dan Android. Dengan style narasi layaknya novel, A Dark Room pada awalnya tidak menargetkan pasar khusus bagi difabel. Pada prakteknya, game ini sangat ramah bagi tunanetra, tunarungu, tunadaksa, butawarna, disleksia, dan mungkin beberapa dengan latar belakang kognitif lainnya.

Screenshot game A Dark Room versi aplikasi

Tampilan A Dark Room versi mobile apps

A Dark Room dapat diunduh melalui app store Apple dan play store Android.

Black Box

Blackbox adalah accessible game yang menggunakan gerakan fisik sebagai bagian dari game mechanicnya. Handphone untuk memainkan Blackbox harus memiliki gyro agar bisa mendeteksi gerakan dan orientasi. Seperti A Dark Room, Blackbox tidak dibuat dengan peruntukan khusus difabel. Meski demikian, segala action yang terjadi pada game Blackbox akan diumumkan oleh screen reader. Blackbox dapat dimainkan di iPhone secara gratis.

 

Frequency Missing

Frequency Missing adalah game genre adventure sederhana dimana user memilih aksinya dengan klik pilihan yang diinginkan. Frequency Missing bisa dimainkan oleh berbagai berbagai kalangan difabel, dan dapat diunduh di platform Android maupun iOS secara gratis. Pembuat game ini, University of Skövde yang berasal dari Swedia, memang menargetkan pengguna umum dan tunanetra di website mereka.

Game ini memiliki kontras warna yg cukup sehingga memudahkan kalangan butawarna dan lowvision. Tombol yang besar-besar memudahkan user dengan keterbatasan motor/fisik (tunadaksa) memudahkan untuk melakukan aksi. Seluruh aksi divisualisasikan dengan grafis, dan juga memiliki label dan caption verbal sehingga memudahkan teman-teman tunarungu. Lebih jauh, semua teks, baik opsi maupun narasi memiliki audio sehingga penggunaan screen reader tidak dibutuhkan.

Blind Cricket

Blind Cricket mengklaim bahwa mereka adalah simulator game Cricket aksesibel pertama yang muncul di market. Diperkaya dengan berbagai audio narasi dan mode khusus. Penggunaan screen reader sama sekali tidak diperlukan karena gamenya sendiri sudah memiliki gestur input serupa gestur dengan screen reader. Gamenya sendiri bisa dimainkan dengan cara swipe layar maupun menggoyangkan hp.  Blind Cricket bisa diunduh di iOS app store dan Android playstore.

Frozen Buble

Frozen Bubble adalah permainan mirip Candy crush dan Zuma, dimana user menembakan bola warna untuk mengenai warna yang sama. Game ini selain ramah tunarungu dan tunadaksa, juga ramah bagi buta warna karena memiliki mode “colour blind” yang bisa di aktifkan. Dengan diaktifkannya fitur ini, maka bola-bola yang tadinya hanya berupa warna, menjadi memiliki pola di masing-masing bolanya. Meski belum maksimal, hal ini mempermudah user mencocokan bola meski mereka tidak dapat mengidentifikasi perbedaan warna.

Screenshot Frozen Bubble saat mode buta warna diaktifkan

Tampilan saat mode buta warna diaktifkan. Sumber: GBGGames

Blind Legend

Blind legend, sesuai namanya, adalah sebuah game petualangan yang menempatkan pemain sebagai karakter tunanetra. Semua informasi dan narasi diceritakan melalui audio tanpa teks, dan tanpa visual sama sekali. Praktis, game ini ramah bagi mereka yang awas, atau memang tunanetra. A Blind Legend bisa didapatkan di Android play store. 

 

Braid

Game Braid, meski terlihat tidak ada hal yang terkait aksesibilitas, memiliki mekanisme manipulasi waktu, sehingga pemain bisa mengulang sebanyak mungkin dan mengumpulkan puzzle.  Meski tidak dikatakan secara gamblang, game ini cukup ramah untuk yang memiliki disabilitas kognisi, karena quest dan actionnya nya sederhana, dan waktunya tidak terbatas. Kalaupun karakter pemain mati, bisa dimundurkan ke waktu terdekat yang memungkinkan, bukan ke titik check poin yang bisa jadi jauh dari tempat kematian sehingga membuat pemain frustasi. Braid bisa diunduh melalui Steam.

 

Mortal Kombat

Percaya atau tidak, Mortal Kombat bisa memiliki spektrum implementasi aksesibilitas. Adi Latif, salah satu narasumber dalam FGD yang merupakan tunanetra total, mengatakan bahwa efek suara dan input serangan dengan melakukan kombinasi pada tuts joystik memungkinkan tunanetra untuk bermain. Meski hal ini terkesan matematis (menghapalkan kombinasi serangan yang efektif), Adil mengatakan game ini relatif bisa dinikmati jika bermain bersama orang lain.

Gears of War 4

Gears of War 4 bisa dinikmati oleh tunanetra dengan sistem tandem (2 orang berpasangan di tim yang sama).  Sightless Kombat menyatakan bahwa Gears of War 4 memiliki karakter sound design yang sangat detail sehingga memungkinkannya untuk mengetahui dan menavigasi set dimana dia berada, kehadiran musuh maupun item, dan lain-lain. Tandem partnernya akan memberikan informasi dalam game yang tidak disuarakan atau tidak bisa diakses oleh screen reader.

Wallpaper Gears of War Judgement

 

Kebanyakan tipe game yang dibahas dalam tulisan ini adalah tipe game casual. Namun demikian, bukan berarti hanya casual game yang bisa menjadi ramah bagi difabel. Berbagai macam implementasi pada game RPG juga bisa membuat game ini ramah difabel, seperti pada game Gears of War, dan lebih jauh lagi seperti yang kemudian diterapkan pada Last of Us Part II. Sound design merupakan salah satu faktor penunjang utama pada game RPG, juga dilakukan oleh game Frequency Missing yang sebelumnya sudah kita bahas.

Game untuk Low Vision

Berdasarkan paparan Matthew Tylee Atkinson, narasumber diskusi di RNIB perwakilan The Paciello Group, semua game relatif bisa menjadi ramah bagi low vision karena penggunaan magnifier, baik di konsol, desktop, maupun hp. Aspek kontras warna yang cukup juga menunjang jika hal ini signifikan dalam gameplay.

Aksesibilitas Game di Indonesia

Penulis belum mengulik lebih jauh terkait game-game buatan karya anak bangsa. Secara personal, game yang berpotensi untuk menjadi fully accessible dan familiar di masyarakat itu banyak. Sebut saja TTS, tebak-tebakan kata, dan lain sebagainya. Kalau ada yang sudah mencoba eksplorasi, boleh loh tinggalkan pesan di kolom komen atau mention social media kami di @suariseID. Jika kamu adalah seorang game developer, coba mulai baca-baca lebih jauh Game Accessibility Guidelines.

Yuk jadikan game semakin inklusif dan #BisaDiAkses semua orang tanpa kecuali! Suarise juga menyediakan jasa konsultan dan user testing dengan tester dari berbagai latar belakang disabilitas, khususnya tunanetra, untuk mendukung mewujudkan iklim inklusif berkelanjutan di Indonesia di dalam platform digital.

Foto founder Suarise, Rahmaut bersama blind gamer SightlessKombat

Foto bareng SightlessKombat di sesi FGD RNIB.

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas di Game Berbasis Web, Apps dan Konsol

2560 1801 Rahma Utami

Pernahkah kalian melihat teman-teman difabel bermain game digital di hp, komputer, ataupun konsol? Pernah terpikirkan gak bagaimana game yang mereka mainkan memfasilitasi tunarungu yang tidak bisa mendengar suara, tunanetra yang tidak bisa melihat grafis, atau tunadaksa yang memiliki kesulitan memegang kontrol? Jika  teman-teman difabel bisa memainkan tugas dalam game baik tanpa ataupun dengan assistive technology, artinya game tersebut memiliki aksesibilitas yang baik. Tapi apa saja sih faktor aksesibilitas di game?

Perlu diingat bahwa pada saat berbicara tentang aksesibilitas, tak terkecuali pada game, artinya kita sedang membicarakan akomodasi untuk beragam tipe disabilitas, bukan hanya satu disabilitas saja. Namun, tidak bisa dipungkiri beberapa game lebih ramah pada kategori difabel yang satu dibandingkan yang lainnya.

Faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas pada Game

Ada 3 hal perlu diperhatikan saat ingin membuat game yang aksesibilitasnya baik bagi difabel: game design, struktur teknis, dan sound design. Secara garis besar, ketiga hal ini juga berlaku bagi game-game konsol seperti Xbox, Nitendo, maupun Sony Playstation.

1. Game Design

Game yang bisa dimainkan difabel belum tentu dedesain khusus dengan fitur aksesibilitas. Terkadang, game design dan game mechanic itu menjadi faktor utama yang membuat game tersebut memiliki aksesibilitas yang baik. Umumnya hal ini sering terjadi untuk tipe game casual.

Sudah banyak casual game yang menerapkan kaidah aksesibilitas sehingga ramah dimainkan oleh difabel. Namun demikian, bukan berarti hanya casual game yang bisa menjadi ramah bagi difabel. Berbagai macam implementasi pada game RPG juga bisa membuat game ini ramah difabel, seperti pada game Gears of War, dan lebih jauh lagi seperti yang kemudian diterapkan pada Last of Us Part II.

Faktor-faktor seperti (device) input, mekanisme untuk melakukan action, mekanisme memenuhi dan menyajikan quest, hingga bagaimana display informasi pada game adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangakan sejak awal pembuatan game.

Foto joystik play station di depan sebuah laptop

Input menjadi pertimbangan mendasar saat ingin membuat game yang inklusif

2. Struktur Teknis

Karena game digital non konsol pada dasarnya juga merupakan website dan atau aplikasi selular. Maka dari itu, prinsip-prinsip POUR (Perceivable-Operable-Understanable-Robust) dan WCAG juga berlaku untuk menjamin kelangsungan aksesibilitas game diluar gameplay atau game mechanic. Beberapa diantaranya adalah:

  • Menggunakan label pada tombol, sehingga tunanetra bisa mendengar label tombol itu dengan menggunakan screen reader
  • Tidak menggunakan gambar untuk teks, sehingga bisa di zoom, diubah warnanya, dan di suarakan oleh berbagai jenis assistive technology
  • Jika terpaksa image text, maka gambar tersebut dilengkapi Alt text
  • Menggunakan script yang benar sehingga jika ada action yang mengeluarkan notifikasi, maka screen reader bisa langsung menyuarakan dan fokus keyboardnya langsung pindah jika diperlukan
  • Kontras warna yang baik untuk teks maupun komponen game yang memiliki nilai informasi sehingga mudah dibaca oleh orang dengan butawarna
  • Dan lain sebagainya.
Contoh penamaan tombol dengan atribut aria-label. Aria-label=menu pada icon 3 garis horizontal (hamburger)

Label tombol, faktor penunjang aksesibilitas yang sederhana tapi paling sering dilupakan, tak terkecuali di game.

Implementasi WCAG yang benar menjamin website dan aplikasi bisa diakses orang-orang dengan latar belakang disabilitas. Hal ini dikarenakan implementasi WCAG memastikan website dan aplikasi seluler kompatibel dengan berbagai jenis input (mouse, keyboard, haptic) dan berbagai jenis assistive technology (magnifier, colour enhancer, screen reader, dragon naturally speaking, dll).

3. Sound design vs Caption

Sound design menjadi komponen penting saat mendesain aksesibilitas game.  Immersive sound experience juga menjadi hal yang dilirik agar game menawarkan pengalaman maksimal bagi gamer tunanetra. Bagi tunanetra, suara menjadi petunjuk indikasi aksi dan narasi.

Sebaliknya, bagi tunarungu, apapun informasi yang disampaikan melalui suara harus bisa dimunculkan dalam teks/caption. Caption juga berguna bagi gamer pada umumnya jika tidak menggunakan headphone ataupun sedang dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk menyalakan suara.

Contoh sederhana dari implementasi sound design adalah pada game Frequency Missing. Sementara itu, pada game yang lebih advance, sound design memiliki berbagai turunan yang membuat kompleksitas game RPG sehingga memungkinkan untuk dimainkan oleh tunanetra sekalipun.

 

Baca juga: Sound Design, Aksesibilitas pada Game RPG sebelum Last of Us Part II

Jika kamu adalah seorang  developer game…

Dan ingin membuat game yang kamu buat bisa di akses seluruh kalangan difabel, atau ramah difabel tertentu, kamu bisa mulai menerapkan WCAG. Selain itu, mengaktifkan fitur assistive technology seperti screen reader untuk melakukan testing juga merupakan komponen yang penting. Bisa juga dengan mematikan seluruh volume suara dan hanya bermodalkan visual, atau malah memejamkan mata dan hanya menggunakan suara pada saat memainkan game tersebut untuk simulasi.

Selain itu, kamu juga bisa berkolaborasi dengan Suarise. Suarise menyediakan jasa konsultan dan user testing dengan tester dari berbagai latar belakang disabilitas, khususnya tunanetra. Kami merupakan satu-satunya konsultan khusus di bidang aksesibilitas digital di Indonesia. Tim kami sebelumnya telah berpengalaman dalam melakukan accessibility audit di Inggris.

Yuk jadikan game semakin inklusif dan #BisaDiAkses semua orang tanpa kecuali!

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia