JOURNAL

Webminar: Aksesibilitas Website

960 540 suarise

Awal Mei lalu, Suarise berkesempatan untuk berbagi seputar aksesibilitas website ke khalayak front-end developer di komunitas wwwid dalam acara Livecamp.

Simak Aksesibilitas Website, Performa dan Manfaat bagi Seluruh Lapisan Masyarakat di video di bawah ini:

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Gambar satu buah emas batangan 10 gram

Aksesibilitas Tabungan Emas di Pegadaian Luring vs Pegadaian Daring

400 300 Iin Kurniati

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengenal tentang tabungan emas Pegadaian dari suatu obrolan bersama teman-teman tunanetra. Siang itu beberapa teman tunanetra sedang mengobrol di lobi Yayasan Mitra Netra.

“Eh, gua udah cetak emas lima gram lho.. nih mau pegang nggak?” tukas Opi, seorang penyandang low vision.

“Mana, gua mau pegang dong,” serempak tiga orang tunanetra yang duduk di sekitar Opi pun mengarahkan tangan mereka ke arah suara Opi.

“Sabar dong, satu-satu. Awas, jangan sampai hilang ya.”

Ketiga tunanetra itu pun bergiliran meraba kepingan emas tersebut. 

“Wow, begini toh bentuk emas lima gram itu… Keren!” Kata salah seorang di antaranya sambil meraba kepingan emas milik Opi.

“Makanya, kalo elu-elu pada kepengen punya emas kayak gini, bukan tabungan emas dong di Pegadaian!”

ilustrasi bentuk tabungan emas batangan

ilustrasi bentuk tabungan emas batangan

Bagi para pembaca awas, yaitu non-tunanetra, mungkin percakapan di atas menimbulkan beragam reaksi. Wah, hebat ya, tunanetra juga punya tabungan emas! Ngapain tunanetra punya tabungan emas? Mana bisa tunanetra nabung emas?

Pada kenyataannya, saat ini ada banyak tunanetra yang sudah mandiri secara finansial serta ingin menabung atau berinvestasi. 

Umumnya, teman-teman tunanetra menabungkan uangnya di bank. Masih ada banyak bank yang belum menyediakan akses pelayanan online banking yang ramah terhadap tunanetra. Namun, berkat advokasi dari lembaga-lembaga yang peduli terhadap tunanetra, kini bank-bank pun memperbaiki layanannya secara bertahap.

Selain itu, dengan adanya pembekalan dan pendidikan keuangan bagi tunanetra, teman-teman tunanetra pun jadi semakin melek teknologi. Teman-teman tunanetra juga menyadari perlunya berinvestasi demi masa depan yang lebih baik. Salah satu instrumen investasi yang saat ini banyak diminati oleh tunanetra adalah tabungan emas.

Mendengar cerita beberapa orang tunanetra yang berhasil membuka tabungan emas di Pegadaian, saya pun jadi kepincut.

Sebelum memutuskan untuk membuka tabungan emas di Pegadaian, saya pun bertanya kepada beberapa teman tentang tantangan saat membuka tabungan emas di Pegadaian. Apa saja hal-hal yang perlu disediakan atau dibawa saat membuka tabungan? Apakah perlu pendamping? Hal-hal ini jadi panduan saya untuk meminimalisir hambatan yang timbul dalam proses pembukaan tabungan emas. Buat saya, akan menyulitkan jika sampai harus bolak-balik hanya gara-gara ada satu hal kecil yang tertinggal. Apalagi saya merasakan betul perlunya seorang pendamping awas yang bisa dipercaya untuk suatu proses yang bersifat pribadi, seperti yang menyangkut keuangan ini.

Baca tulisan Deasy Junaedi lainnya di sini

Kenapa saya memilih untuk membuka tabungan emas?

Konon katanya, emas logam mulia merupakan salah satu instrumen keuangan paling tua yang ada di dunia. Hampir semua orang mengenal instrumen ini untuk tujuan investasi atau dana darurat. Nilainya pun cenderung stabil dan lebih menguntungkan jika disimpan dalam jangka waktu yang lama.

Setidaknya itu adalah sedikit dari banyak manfaat menabung emas yang saya ketahui.

Kenapa saya memilih untuk menabung emas di Pegadaian? 

Sebenarnya sekarang kan sudah ada banyak instansi perbankan dan e-commerce yang memiliki fasilitas tabungan emas. Bisa saja saya membeli emas fisik untuk disimpan.

Terus terang, selain karena faktor kepincut itu tadi. Sebelumnya saya tidak pernah terpikir untuk memiliki tabungan emas. Namun, saya berubah pikiran setelah tahu bahwa proses pembukaan tabungan emas di Pegadaian mudah dan biaya pembukaannya pun terjangkau.

Sekadar info, biaya pembukaan rekening yang harus dibayar adalah Rp10.000 dan  Rp30.000 untuk biaya fasilitas titipan emas (per satu tahun).  Biaya tersebut belum termasuk biaya meterai saat mengisi formulir pembukaan rekening. Silakan baca info lengkap tentang tabungan emas di laman web Pegadaian ini.

Pada praktiknya, saya memang tidak mengalami kesulitan saat membuka rekening tabungan emas di Pegadaian yang ada di kota kediaman saya, Sukabumi. Pelayanan yang diberikan pun sangat ramah dan membantu. 

Saat itu saya didampingi teman, sepasang suami istri non-tunanetra yang sudah memiliki tabungan emas di Pegadaian. Mereka pun seringkali menawarkan bantuan untuk menemani saya jika ingin ke Pegadaian.

Maka berangkatlah saya berbekal fotokopi KTP, meterai senilai Rp6.000, uang sejumlah Rp500.000 untuk saldo awal, dan biaya pembukaan rekening. Saya didampingi teman saat menandatangani formulir pembukaan. Proses pembukaan rekening tabungan emas Pegadaian secara luring pun berjalan cepat, mudah dan lancar. Saya langsung menerima buku tabungannya.

Menjajal Layanan Tabungan Emas Pegadaian Via Aplikasi

Setelah itu, pegawai Pegadaian yang melayani saya menjelaskan tentang aplikasi Pegadaian Digital di smartphone. Jika mengunduhnya saat membuka rekening tabungan emas, kita akan mendapatkan saldo bonus Rp50.000 ke dalam rekening tabungan emas kita. Tawaran yang menarik, maka saya mengunduh aplikasi Pegadaian Digital.

Saya sudah memakai smartphone dan sejauh ini tidak mengalami kesulitan untuk mengakses aplikasi perbankan yang saya miliki. Saya berkeyakinan bahwa aplikasi Pegadaian Digital ini akan mudah diakses. Kemudian, saya meminta bantuan pegawai tersebut untuk mengunduh aplikasi Pegadaian Digital di ponsel Android Xiaomi Redmi 5A yang saya gunakan. Setelah kelar, saya lekas pulang tanpa meminta bantuan pegawai itu mengajarkan cara menggunakan aplikasi Pegadaian Digital.

Sesampainya di rumah, saya langsung mencoba menggunakan aplikasi tersebut. Namun, sangat disayangkan, ada banyak tombol di Pegadaian Digital yang tidak bisa diakses dan tidak terbaca oleh Talkback, fitur pembaca layar bawaan dari OS Android.

Penasaran, saya pun bertanya kepada teman-teman tunanetra yang sudah membuka tabungan emas di Pegadaian mengenai aplikasi Pegadaian Digital. Ternyata tak satu pun dari mereka yang mengunduh aplikasi tersebut karena katanya memang tidak bisa diakses.

Pegadaian Luring Oke, Pegadaian Daring Tidak Oke

Ah, sayang sekali! Pelayanan Pegadaian secara luring sih sudah oke, tetapi Pegadaian daring sama sekali tidak oke! Padahal katanya semua proses jual beli emas bisa dilakukan secara online tanpa perlu datang ke unit atau kantor. Katanya memungkinkan nasabahnya untuk melakukan investasi emas di mana saja, kapan saja, dan dari mana saja.

Keberadaan Pegadaian daring seharusnya sangat membantu nasabah baik yang awas maupun kaum disabilitas pada umumnya dan tunanetra pada khususnya. Seandainya aplikasi Pegadaian Digital ini bisa diakses akses bagi tunanetra, privasi tunanetra pun akan terjamin karena mereka bisa mengecek saldo emasnya secara mandiri.

Saya berharap pihak Pegadaian dapat memperbaiki layanan daringnya menjadi bisa diakses bagi tunanetra. Bukan tunanetra saja yang diuntungkan loh, Pegadaian juga bisa meluaskan jaringan nasabahnya. Selain itu, tentunya Pegadaian mendapatkan kredibilitas yang baik sebagai salah satu perusahaan yang bisa diakses dan aman bagi siapapun.

Ditulis oleh Deasy Junaedi, VIP Talent Suarise 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

gambar troli di tengah rak supermarket

Rekomendasi Aplikasi Belanja Minimarket Online Untuk Tunanetra

3024 4032 suarise

Teknologi pembaca layar pada smartphone saat ini memudahkan tunanetra untuk melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Mulai dari memesan makanan siap santap hingga kebutuhan transportasi, semua  bisa dilakukan secara online. Begitu pun dengan bahan makanan dan belanja bulanan lainnya, tunanetra juga bisa memesan secara mandiri salah satunya melalui aplikasi minimarket online. 

Sayangnya, tidak semua aplikasi minimarket online tersebut bisa diakses dan nyaman untuk digunakan oleh pengguna tunanetra. Lalu, dari sekian banyak aplikasi yang beredar, mana yang merupakan aplikasi belanja supermarket online yang bisa diakses oleh tunanetra?

Nah, kali ini gue akan mencoba untuk mengulas beberapa aplikasi minimarket online dari sudut pandang pengguna tunanetra. Sebagai catatan, perangkat yang digunakan pada review ini adalah iPhone 7 Plus dengan sistem operasi iOS 13.4.1. Sementara untuk pembaca layar yang digunakan adalah VoiceOver yang merupakan pembaca layer bawaan dari iPhone.

Baca Juga Cara Mengaktifkan Pembaca Layar Voice Over di iPhone/iPad

Dari semua aplikasi belanja minimarket online yang ada, gue pilih dua aplikasi yang menurut gue paling populer dan memiliki jumlah gerai terbanyak di Indonesia. Kedua aplikasi tersebut adalah AlfaGift dari Alfamart dan KlikIndomaret dari Indomaret. 

Bagaimana hasilnya ya? Apakah keduanya cukup mudah diakses dan nyaman digunakan oleh tunanetra? Yuk, simak review aplikasi belanja minimarket online ala tunanetra berikut ini!

Gambar troli belanja

Mana yang lebih mudah diakses tunanetra: Alfamart atau Indomart?

AlfaGift, Versi 4.0.14, Minimarket Online dari Alfamart

Pertama membuka aplikasi AlfaGift, semua informasi di halaman utama dapat terbaca dengan cukup jelas oleh VoiceOver. Begitu pun untuk kelima tab yang ada di bagian bawah, yaitu  Home, Product, Basket, Promo, dan More, semuanya terbaca dengan jelas.

Setelah melakukan sedikit screening, gue langsung saja mencoba untuk membuat akun agar dapat melakukan pembelian. Proses pembuatan akun cukup mudah. Berikutnya, gue coba memilih tombol Shop Now dan melakukan pencarian barang yang dibutuhkan dengan menekan tombol Search, kemudian mengetikkan nama barang yang dicari. Hasilnya, VoiceOver dapat membacakan dengan jelas semua produk yang muncul pada hasil pencarian. Tak hanya terbaca, proses pemilihan barang dan jumlah yang diinginkan pun dapat dilakukan dengan mudah. Namun entah kenapa, beberapa kali tombol Back untuk kembali ke halaman sebelumnya setelah melakukan pencarian sempat tidak terbaca. Tidak selalu, hanya beberapa kali saja gue mengalami hal ini. 

Lanjut ke tahap berikutnya, yaitu untuk pengisian alamat dan cara pembayaran. Tidak ada masalah untuk pemilihan cara pembayaran, walaupun interface-nya agak membingungkan untuk pembaca layar.

Masalah muncul ketika melakukan pengisian alamat. Untuk pengisian berupa text seperti Label, Alamat Lengkap, dll sebenarnya tidak ada masalah. Masalahnya, aplikasi AlfaGift mengharuskan pengguna untuk melakukan pointing atau menempatkan pin di titik alamat, yang mana ini tidak mungkin dilakukan oleh pembaca layar. Pada tahap ini gue terpaksa meminta bantuan orang awas (non-tunanetra) untuk menempatkan pin pada alamat yang sesuai. Setelah masalah pin ini selesai dan data alamat tersimpan, gue bisa dengan mudah menggunakan aplikasi AlfaGift untuk melakukan pemesanan berikutnya. 

Baca juga tulisan Reza Akbar (Ega) lainnya di sini

KlikIndomaret, Versi 2003100, Minimarket Online dari Indomaret

Pertama membuka aplikasi KlikIndomaret, perasaan gue langsung tidak enak. VoiceOver langsung membacakan semua informasi yang tampil pada layer tanpa bisa dikendalikan, dan hal ini bukanlah pertanda baik. Benar saja, setelah mencoba berbagai cara, gue tetap tidak bisa melakukan apa-apa pada aplikasi KlikIndomaret ini.

Testing Langsung belanja online bareng Tunanetra

Kesimpulan

Setelah membandingkan aplikasi AlfaGift dengan KlikIndomaret, gue menobatkan aplikasi AlfaGift sebagai aplikasi belanja supermarket online yang lebih bisa diakses untuk tunanetra. Walaupun ada sedikit masalah, tapi menurut gue masalah tersebut termasuk kategori minor yang masih bisa ditoleransi. Sementara untuk KlikIndomaret, sama sekali tidak dapat digunakan oleh pengguna tunanetra.

Dengan adanya review ini, gue berharap dapat membuka mata para pengembang aplikasi bahwa selalu ada kemungkinan aplikasi buatan mereka akan digunakan oleh tunanetra. Untuk itu, ada baiknya pengembang aplikasi mengetahui dan mempelajari bagaimana pembuatan aplikasi yang bisa diakses dengan pembaca layar agar dapat bermanfaat untuk teman-teman tunanetra. 

Baca dan tonton juga Aksesibilitas Aplikasi Ojek Online.

Nah, sekian review aplikasi belanja supermarket online ala tunanetra. Suka dengan review ini? Jangan lupa share review dan informasi ini ke teman, sahabat, dan keluarga kalian, ya!

Ditulis oleh Moh. Reza Akbar Ardiansah, VIP Talent Suarise

Cek tulisan Ega dan content writer tunanetra lainnya di talents.suarise.com

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Cara Mengaktifkan Screen Reader Pada iPhone & iPad

150 150 Rahma Utami

Perangkat Apple, baik itu iPhone, iPad, maupun Macbook, memiliki beragam fitur aksesibilitas yang membuat gadget ini sangat ramah terhadap pengguna difabel dari berbagai macam kondisi. Salah satu contoh assistive teknologi yang digunakan adalah screen reader. Pada perangkat Apple baik iPhone iPad ataupun Mac, screen reader yang digunakan adalah VoiceOver. VoiceOver ini tidak perlu diinstal dan sudah tersedia di dalam perangkat secara gratis. Cara mengaktifkan VoiceOver di iPhone pun terbilang mudah.

Sebelum mengaktifkan fitur VoiceOver di iPhone atau iPad, ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan dan diatur terlebih dahulu agar nantinya memudahkan untuk melakukan simulasi screen reader bagi orang-orang yang belum terbiasa menggunakan screen reader.

Hal yang harus diperhatikan sebelum mengaktifkan screen reader di Apple

Sebagai catatan gestur penggunaan layar saat screen reader diaktifkan akan mengalami penyesuaian. Diantaranya:

  • Tap diganti menjadi klik dua kali
    Untuk mengaktifkan suatu tombol atau kontrol tidak bisa hanya dengan satu kali klik saja melainkan dengan double klik atau ketuk layar 2 kali.
  • Scroll dengan tiga jari
    Untuk scroll halaman, tidak bisa menggunakan 1 jari yang di usap atas bawah, melainkan dengan menggunakan tiga jari yang diletakkan di layar ganti sapu secara vertikal
  • Tap untuk baca
    Screen reader tidak membaca layar otomatis, melainkan fokus screen reader (ditandai dengan outline hitam) harus digerakan ke elemen/tulisan yang ingin dibaca.

Dan untuk menggerakkan dari satu tulisan atau dari satu kalimat, atau dari satu menu ke menu lainnya bisa menggunakan salah satu dari ketiga cara berikut:

  • Menempelkan 1 jari ke layar dan dengan menggunakan gesture kiri ke kanan atau kanan ke kiri. Gerakan dari kiri ke kanan artinya menuju komponen berikutnya. Sedangkan gerakan dari kanan ke kiri artinya menuju komponen sebelum. Ini adalah geser default atau linear.
  • Menyentuhkan jari dimana saja, di atas komponen atau hal yang ingin dipilih atau dibaca. Catatan, ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang masih memiliki daya lihat karena untuk menyentuhkan jari tepat diatas posisi hal yang ingin dibaca membutuhkan kemampuan melihat
  • Menyentuhkan jari ke atas layar dan tidak mengangkat sama sekali sampel digerakkan ke berbagai daerah di layar. Voice over akan menyebutkan apapun yang dilalui oleh jari.

Nah, setelah ini semoga ga kaget, makawaktunya untuk mengaktifkan Voicover di perangkat Applenya langsung. Tulisan ini menggunakan tangkapan layar iPad ya.

Cara mengaktifkan fitur screen reader pada iPhone

Untuk mengaktifkan voice over atau screen reader pada iPhone, silakan ikuti tahap-tahap di berikut ini:

  1. Buka setting atau sistem referensi pada perangkat Apple.
  2. Cari settings bagian General atau Umum jika menggunakan bahasa Indonesia. Klik.
  3. Cari menu accessibility atau aksesibilitas di bawah section general. Contoh kali ini menu tersebut terletak pada urutan ke-6 setelah About. Klik.
    Screen shot saat General settings di klik
    Di dalam sub menu accessibility ada berbagai macam pilihan. Seluruh pilihan ini untuk memfasilitasi berbagai kondisi dari berbagai latar belakang disabilitas, tidak hanya untuk keterbatasan visual saja.
  4. Karena artikel ini fokus untuk mengaktifkan screen reader, maka pilih opsi paling atas yaitu voice over. Jika belum diaktifkan maka toggle sebelah kanan akan memiliki tulisan off. Klik VoiceOver.
    Screenshot setting aksesibilitas di iPad
  5. Klik VoiceOver di halaman pilihan fitur aksessibilitas tidak langsung mengaktifkan screen reader pada iPhone. Jadi untuk mengaktifkannya, klik pada tombol toggle sebelah kanan tulisan voice over sehingga berubah dari tulisan O dan berwarna pucat, menjadi warna hijau dan tulisannya berubah menjadi I.
    Screenshot setting VoiceOver di iPad

Setelah VoiceOver diaktifkan, iPhone atau iPad akan langsung berbunyi “VoiceOver on”.

Pengaturan yang sebaiknya dilakukan sebelum mengaktifkan Screen Reader

Sebelum kita mengaktifkan voice over, ada baiknya melakukan setting beberapa setting ini terlebih dahulu:

Screenshot setting VoiceOver di iPad yang harus diatur sebelum mengaktifkan voiceover

  • Speaking Rate
    Seorang tunanetra umumnya menggunakan speaking rate yang sangat cepat sehingga seringnya tidak tertangkap orang awas. Tapi hal ini bisa diatur. Hanya dengan menggeser kiri-kanan pada bagian speaking rate, maka kecepatan VoiceOver bisa disesuaikan dengan kapasitas pengguna. Geser ke kiri untuk mengurangi kecepatan, geser ke kanan untuk mempercepat. Untuk mengetahui kecepatannya, VoiceOver harus dinyalakan terlebih dahulu. Namun, agar aman, sebelum mengaktifkan VoiceOver, untuk yg belum terbiasa bisa menempatkan pengaturan di posisi tengah, ataupun posisi dimanapun di sisi kiri.
  • Typing Style
    Pada bagian typing style saat menjadi Direct touch typing. Hal ini berguna agar pada saat virtual keyboard muncul, kita dapat mengetik seperti umumnya dengan cara langsung klik huruf di keyboard. Jika ini tidak dipilih, maka untuk menginput setiap alfabet dalam keyboard, kita harus klik 2 kali disetiap tombol huruf/tandabacanya.
  • Double-tap Timeout
    Pastikan double-tap timeout tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Normalnya ini diset 0,25 detik

Tambahan pengaturan: Accessibility Shortcut.

Accessibility Shortcut berguna agar memudahkan untuk mengaktifkan fitur aksesibilitas tanpa harus membuka setting setiap saat. Berikut ini cara untuk menambahkan Accessibility Shortcut.

  1. Kembali ke menu aksesibilitas atau accessibility, scroll ke bagian yang paling bawah yaitu Accessibility shortcut.
    Screenshot posisi opsi accessibility shortcut di iPad
  2. Pilih VoiceOver hingga ada tanda centang biru di sebelah kirinya.
    Screenshot saat VoiceOver dipilih di Accessibility Shortcut
  3. Selanjutnya, kita keluar dari menu accessibility, dan mulai pengaturan pada menu Control Center yang posisinya tepat setelah opsi General.
    Screenshot Control Center - Costumise Control
  4. Pilih customize control, dan tambahkan accessibility shortcut ke dalam pilihan yang ada di sebelah atas. Caranya adalah dengan menekan tombol +.
    Screenshot Control Center saat Accessibility Shortcut belum dipilih
  5. Accessibility Shortcut yang tadinya berada di kotak bawah akan otomatis pindah ke kotak bagian atas jika telah aktif. Pastikan bulatan di sebelah kiri Accessibility Shortcut sudah berwarna merah dengan tanda -.

Cara mengaktifkan VoiceOver selain melalui Settings.

Jika semua poin di atas telah di set maka ada beberapa cara mengaktifkan screen reader VoiceOver. Sebelumnya pastikan volume perangkat sudah dinaikkan hingga batas terdengar telinga.

Via Settings

Pergi ke menu jenderal accessibility voice over, geser togel sebelah kanan bagian tuli voice over sehingga berubah dari tulisan o dan berwarna pucat, menjadi hijau dan tulisannya berubah menjadi I.

Jika ingin mematikan voice over dari cara yang ini, maka ketuk 2 kali di tempat yang sama hingga togel yang hijau berlabel i berubah menjadi putih berlabel o

Via Control Center

Melalui control Center atau yang biasanya setting untuk membuat layar lebih gelap atau lebih terang, klik pada tombol aksesibilitas yaitu tombol yang yang bergambar badan manusia di dalam lingkaran.

Pilihan voice over akan keluar klik hingga centang putih muncul di sebelah kiri tulisan Voice Over.

Untuk memberhentikan voice over dari shortcut yang sama klik 2 kali pada voice over hingga centangnya menghilang.

Via tombol fisik

Cara lainnya adalah dengan menggunakan tombol fisik, yaitu tombol home (tombol bulat yang berlokasi di bagian bawah iphone), atau tombol power pada iPhone X.

Caranya tekan dengan cepat 3 kali tombol home di bagian bawah iPhone pada generasi iPhone lama, atau tekan 3 kali dengan cepat tombol power pada iPhone X. Jika fitur aksesibilitas yang dipilih pada shortcut hanya voice over, maka tanpa perlu memilih apa-apa voice over langsung aktif.

jika fitur aksesibilitas yang dipilih lebih dari satu atau tidak hanya voice over saja, maka akan muncul dialog atau pop up pilihan fitur aksesibilitas mana yang ingin diaktifkan. Jika hal ini terjadi pada perangkat anda klik pada bagian voice over hingga muncul tanda centang biru di sebelah kanan tulisan voice.

Setiap cara mengaktifkan voice over yang disebutkan di atas bisa dinonaktifkan dengan salah satu teknik diatas pula. Yang tidak harus sama dengan proses mengaktifkannya. Sebagai contoh voice over diaktifkan dengan pilihan a A tapi dinonaktifkan dengan cara C.

Nah, sekarang kamu sudah siap untuk menggunakan screen reader di iPhone!

Mengenai bagaimana tunanetra mengoperasikan sosial media dengan menggunakan screen reader, silakan cek video Youtube ini.

Selamat mencoba dan jangan lupa tambahkan altex di setiap gambar yang kamu unggah baik di blog website ataupun sosial media juga tagar #BisaDiakses kalau sudah.

Terima kasih telah berpartisipasi untuk membuat digital platform semakin inklusif bagi semua orang dari berbagai kalangan.

.

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
ilustrasi pria memegang kartu prakerja

Situs Kartu Prakerja, Apakah Aksesibel Bagi Tunanetra?

1181 949 Juwita Maulida

Sejak 11 April 2020, pemerintah telah meluncurkan Program Kartu Prakerja. Dikutip dari situs resminya, Program Kartu Prakerja merupakan bantuan biaya pelatihan bagi masyarakat Indonesia yang ingin memiliki atau meningkatkan keterampilannya. Di tengah dampak ekonomi imbas COVID-19, program ini menjadi harapan bagi mereka yang  kehilangan pekerjaan, tak terkecuali penyandang tunanetra. 

Apakah situs Kartu Prakerja aksesibel untuk penyandang tunanetra? Yuk cari tahu lebih lanjut di ulasan berikut!

Langkah Pertama – Pembuatan Akun Kartu Prakerja

Langkah awal saat kita ingin mengakses Program Kartu Prakerja adalah membuat akun. Pertama, kunjungi website Program Kartu Prakerja, dan cari tautan “daftar sekarang. Kemudian kita harus mengisi alamat email dan password. Selanjutnya, kita wajib mencentang persetujuan kebijakan privasi serta syarat dan ketentuan, sebelum menekan tombol “daftar”. 

Pada tahap ini, penyandang tunanetra dapat mendaftar secara mandiri menggunakan perangkat laptop atau ponsel pintar yang dilengkapi software pembaca layar. Form pengisiannya pun cukup sederhana dan bisa diakses untuk pembaca layar. Sebagai catatan, ketika kita telah menekan tombol “daftar”, server akan mengirimkan email untuk melakukan verifikasi. Cara ini juga lebih mudah dibandingkan jika penyandang tunanetra harus mengisi kode verifikasi yang kadang berbentuk gambar atau grafik.

Baca juga tulisan Juwita lainnya di sini

Langkah Kedua – Verifikasi KTP

Tahap berikutnya adalah verifikasi KTP. Terdapat  dua kolom pengisian yang harus diisi, yaitu kolom nik KTP dan tanggal lahir. Untuk verifikasi KTP, kita harus memasukkan 16 digit angka NIK. Sedangkan untuk tanggal lahir, kita bisa mengedit tanggal yang tertera pada kolom. Misal  “13-10-1988”. Setelah kita mengetikkan tanggal lahir, akan muncul beberapa pilihan yang harus kita “enter”. Misalnya “Kamis, 13 oktober 1988”. 

Untuk verifikasi KTP pada Program Kartu Prakerja, sebaiknya dilakukan menggunakan perangkat komputer. Berdasarkan pengalaman pribadi, sering terjadi kesalahan saat memilih tanggal lahir ketika menggunakan smartphone. Misalnya, ketika sudah memilih opsi “Kamis, 13 Oktober 1988,” justru yang tercantum “Rabu, 12 Oktober 1988”, sehingga muncul keterangan “data tidak valid”. Namun, saat menggunakan laptop, navigasi dan pemilihan tanggal lahir lebih aksesibel bagi tunanetra. 

 

Langkah Ketiga – Melengkapi Data Diri

Pada tahap ini, penyandang tunanetra mulai menemukan tantangan aksesibilitas pada website Program Kartu Prakerja. Langkah ketiga berkaitan dengan melengkapi data diri. Mulai dari nama lengkap dan alamat sesuai KTP atau alamat domisili. Di bagian form kedua terdapat kolom tentang jenis kelamin, status bekerja, pendidikan terakhir, dan topik pelatihan yang diminati. Secara visual, kedua form ini terbagi menjadi bagian sebelah kiri dan kanan layar. Hal inilah yang menjadikan pengisian form ini kurang aksesibel bagi tunanetra. 

Ketika mencapai akhir form bagian pertama, penyandang tunanetra tidak bisa langsung bernavigasi pada form bagian kedua. Untuk berpindah ke bagian kanan layar, kita harus mengarahkan kursor menggunakan touchpad, baru kemudian dapat bernavigasi dengan tombol “tab”. Untuk diketahui, penyandang tunanetra yang mengoperasikan perangkat komputer yang dilengkapi screen reader selalu bernavigasi dengan tombol-tombol pada keyboard , alih-alih touchpad atau mouse. Di samping kendala bernavigasi, ketika kita berpindah dengan tombol “tab” pada setiap kolom pengisian, title kolom tersebut tidak diberikan keterangan, sehingga kita tidak dapat mengetahui sedang berada pada kolom pengisian dengan judul apa.

Berikutnya, kegiatan mengunggah foto KTP dan swa-foto bersama KTP. Kegiatan ini ternyata cukup merepotkan bagi penyandang tunanetra. dalam pengambilan foto, mereka harus dibantu oleh orang awas. Belum lagi menentukan ukuran foto yang harus disesuaikan, yaitu maksimal 2 mb. Lalu ditambah dengan usaha mengunggah foto yang seringnya tidak berhasil pada percobaan pertama. Sebagai trik, ketika akan mengunggah foto yang telah disesuaikan ukuran file-nya, cobalah mengirimkannya ke WhatsApp, karena dengan mengirimkannya melalui WhatsApp, biasanya ukuran foto akan diperkecil secara otomatis. Berdasarkan pengalaman pribadi, cara ini berhasil dilakukan.

Langkah Keempat – Verifikasi Nomor Handphone

ilustrasi tangan seseorang memegang handphone

Tahap keempat program kartu prakerja dengan verifikasi nomor handphone

Di tahap ini, kita harus mengisi nomor handphone yang aktif. Setelah mengisi pada kolom nomor HP, kita bisa menekan link “kirimkan kode verifikasi”. SMS kode verifikasi akan dikirimkan ke nomor HP yang kita cantumkan dan kemudian kita bisa mengetikkan 6 digit angka di kolom kode verifikasi pada laman Kartu Prakerja. Kode verifikasi yang dikirimkan melalui SMS tersebut, memiliki batas waktu penggunaan selama 15 menit. 

Untuk pengisian verifikasi nomor HP dapat dilakukan secara mandiri oleh penyandang tunanetra. Dengan menggunakan perangkat laptop atau smartphone yang telah di-install software pembaca layar, tahap ini cukup aksesibel bagi tunanetra sama seperti pembuatan akun dan verifikasi KTP.

Langkah Kelima – Mengerjakan Tes

Tahap kelima pada Program Kartu Prakerja adalah mengerjakan tes. Tes ini terdiri dari 18 soal pilihan ganda dengan komposisi tes motivasi diri dan kemampuan dasar. Waktu pengerjaannya adalah 25 menit.

Dari segi aksesibilitas untuk penyandang tunanetra, banyak yang perlu dikoreksi dari tahap kelima program kartu prakerja ini. Pertama, terdapat soal-soal tes yang menyertakan keterangan tabel atau diagram batang. Soal-soal tersebut tidak terbaca oleh screen reader, sehingga penyandang tunanetra harus didampingi orang awas selama mengerjakan tes. 

Kedua, ketika kita memilih opsi jawaban dengan mencentang checkbox, kata “uncheck” pada kotak centang tidak berubah menjadi “check”. Padahal secara visual, jawaban yang kita pilih telah tercentang. Hal serupa juga terjadi pada bagian atas layar yang mencantumkan link-link urutan soal nomor 1 hingga 18. Fungsi link-link tersebut adalah untuk bernavigasi dan memberikan keterangan soal-soal yang sudah atau belum dikerjakan. Secara visual, link soal yang telah dikerjakan akan tercentang. Akan tetapi, lagi-lagi screen reader tidak membacakan tanda centang pada soal-soal tersebut, sehingga bagian ini juga tidak aksesibel bagi tunanetra. 

Poin terakhir adalah tidak adanya “heading” pada tampilan soal. Jika bernavigasi dengan screen reader, bagian paling atas adalah link-link soal, kemudian tampilan soal yang sedang dikerjakan beserta opsi jawabannya. Jika penyandang tunanetra menelusuri dari bagian atas tampilan ini, mereka harus melewati 18 baris link soal untuk menuju soal yang sedang dikerjakan. Dengan adanya “heading” pada soal yang sedang dikerjakan, maka penyandang tunanetra bisa melewati link-link soal dan langsung lompat ke soal yang akan dikerjakan.

Mendapatkan pekerjaan dan mengakses program pemerintah seperti Kartu Prakerja merupakan hak semua WNI, termasuk penyandang tunanetra. Oleh karenanya, segi aksesibilitas pada website program ini dan berbagai situs layanan publik lainnya wajib dipenuhi. Dengan adanya website layanan publik yang bisa diakses bagi tunanetra, maka diharapkan mereka juga mendapatkan akses informasi yang layak. Semoga hal ini bisa menjadi perhatian bagi pemerintah di masa mendatang.

 

Ditulis oleh Juwita Maulida, VIP Talent Suarise

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
gambar pria menggunakan laptop

5 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Cara Tunanetra Mengakses Internet

5029 3353 Juwita Maulida

Kemajuan pesat di bidang teknologi informasi merupakan salah satu pendukung kemandirian bagi VIP (visually impaired people) atau biasa dikenal dengan penyandang tunanetra. Selain komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak pembaca layar, internet juga menjadi kecanggihan teknologi yang dapat membantu VIP dalam kehidupannya sehari-hari. 

Dengan mengakses internet, penyandang tunanetra dapat melakukan berbagai hal secara mandiri, seperti membaca berita online, menonton video di Youtube, dan berjejaring sosial. Namun, yang menjadi pertanyaan, bagaimana cara penyandang tunanetra mengakses internet? Bukankah VIP memiliki hambatan penglihatan sehingga tidak dapat menatap layar komputer, laptop atau smartphone? Berikut penjelasannya.

Ilustrasi laptop dan smartphone

Cara tunanetra mengakses internet lewat laptop dan smartphone adalah dengan menggunakan pembaca layar

 

1. Siapkan Perangkat Pendukung.

Agar VIP dapat mengakses internet, tentu diperlukan perangkat seperti komputer atau laptop. Tak hanya kedua perangkat tersebut. Ponsel pintar pun kini dapat dimanfaatkan VIP untuk mengakses internet. Pertanyaan selanjutnya, apakah diperlukan komputer, laptop atau smartphone khusus bagi penyandang tunanetra? Umumnya orang awam mengira bahwa perangkat yang digunakan VIP merupakan yang diciptakan khusus untuk mereka. Pendapat ini keliru, karena yang digunakan adalah perangkat yang sama dengan yang digunakan orang-orang umumnya, yang bisa dibeli di toko gawai biasa. Lalu, di mana letak perbedaannya? Cek poin berikut ini!

2. Software Pembaca Layar

Software pembaca layar atau screen reader inilah yang membedakan komputer dan laptop  yang digunakan oleh VIP dengan orang non-tunanetra/awas. Software pembaca layar ini bekerja dengan membacakan semua teks yang terpampang di layar perangkat. Jadi, meskipun VIP tak dapat melihat, mereka hanya perlu mendengarkan screen reader membacakan apa yang tertera di layar perangkat. Saat ini ada dua jenis software pembaca layar yang sering digunakan penyandang tunanetra di Indonesia, yakni JAWS (berbayar) dan NVDA (tidak berbayar). Keduanya dapat dipasang pada perangkat komputer dan laptop dengan sistem operasi Windows. Sedangkan untuk smartphone, pembaca layar telah tersedia tanpa perlu di-install. Para VIP pengguna smartphone hanya perlu mengaktifkannya di menu setting atau accessibility. Sebagai informasi, software pembaca layar pada Andorid disebut Talkback, sedangkan untuk perangkat Apple dikenal dengan nama Voice Over. Dengan bantuan piranti lunak pembaca layar, para VIP bisa mengakses internet, bekerja, atau meng-update status di akun media sosial.

Contoh penggunaan Google Forms dengan Pembaca Layar

Tonton juga: Tunanetra pesan ojol, mana yang lebih mudah diakses?

3. Keyboard untuk Bernavigasi

Ketika mengoperasikan komputer atau laptop, umumnya orang akan menggunakan mouse atau touchpad. Hal ini tidak berlaku bagi VIP. Alih-alih menggunakan mouse untuk bernavigasi mengakses dunia internet, penyandang tunanetra menggunakan keyboard komputer. Karena keterbatasan penglihatan, tentu saja sulit bagi seorang tunanetra untuk menentukan letak kursor dan mengeklik menu yang diinginkan. Keyboard pada komputer atau laptop menjadi solusi bagi para VIP untuk menjelajahi halaman-halaman di internet. 

Tonton juga: #KamisKeyboard Website Lowongan Kerja ini Belum Akses bagi Tunanetra!

Lalu, bagaimana dengan layar sentuh pada smartphone? Pada dasarnya navigasi pada smartphone tidak jauh berbeda antara pengguna yang tunanetra dan orang awas. Poin penting yang membedakan adalah konsep “double tap” atau ketuk dua kali untuk membuka menu dan fokus pembaca layar hanya pada  satu menu yang ditunjukkan kursor. Untuk mengetik, rata-rata VIP yang mahir mengoperasikan komputer, laptop dan smartphone telah menghafal letak dan susunan keyboard. Di samping itu, untuk menguasai navigasi keyboard ini, VIP biasanya harus mengikuti kursus komputer bicara atau mengetik sepuluh jari terlebih dahulu.

seorang pria tunanetra mengakses Google Form di depan laptop

Peserta Suarise tengah mengisi Post Test menggunakan Google Form (Doc. Suarise)

4. Shortcut Untuk Menjelajahi Internet

Setelah ketiga poin sebelumnya terpenuhi, ada tantangan berikutnya yang harus ditaklukkan oleh VIP, yaitu menjelajahi internet. Jika orang awas dapat melihat halaman di internet pada satu layar penuh dan kemudian menggerakkan kursor menuju link yang diinginkan, tidak begitu halnya dengan VIP. Mereka harus sabar menelusuri satu per satu heading, content, dan link-link untuk mendapatkan informasi yang dicari. Tentu saja ini cukup memakan waktu. Oleh karenanya, software pembaca layar memiliki shortcut atau jalan pintas yang bisa dihafalkan oleh VIP agar memudahkan penelusuran halaman internet. Beruntung, menu shortcut pada screen reader hampir serupa satu sama lain, jadi memungkinkan semua tunanetra mengoperasikan perangkat komputer berganti-ganti tanpa harus mempelajari ulang cara penggunaannya. Contoh shortcut yang sering digunakan VIP untuk menelusuri halaman di internet adalah tombol “h” untuk berpindah antar judul (heading), huruf “b” untuk menuju ke menu button, huruf “e” untuk mencari kolom pencarian dan huruf “k” untuk menelusuri link.

5. Keterbatasan Mengenali Gambar

Kecanggihan teknologi memang dapat membuat VIP mengakses internet secara mandiri, tetapi tetap saja ada beberapa hal yang masih terbatas untuk diakses penyandang tunanetra, seperti mengenali grafik, foto, dan gambar. Kemampuan screen reader saat ini hanya dapat membacakan informasi berbentuk teks. Hal ini membuat para VIP tetap harus bertanya pada orang non-tunanetra untuk mengetahui gambar apa yang ada pada halaman yang sedang dibacanya. Untungnya, ada fitur alt-text yang membantu penyandang tunanetra memahami konteks pada gambar. Fitur ini berfungsi memberikan deskripsi tentang gambar terkait. Fitur teks alternatif ini telah tersedia pada beberapa media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter. Untuk halaman web di internet pun, keterangan gambar juga dapat ditambahkan ketika sebelum diunggah.

Baca juga Cara Mengaktifkan Pembaca Layar di Iphone/iPad

Nah, demikianlah penjelasan singkat tentang bagaimana penyandang tunanetra atau VIP dapat mengoperasikan komputer dan mengakses internet. Pesatnya kemajuan teknologi telah memberikan banyak  kemudahan bagi setiap orang, tak terkecuali mereka yang memiliki keterbatasan penglihatan. Penguasaan teknologi tersebut juga menjadikan para penyandang tunanetra lebih mandiri, produktif dan mampu bekerja layaknya orang non-tunanetra.

 

Ditulis oleh Juwita Maulida Rahmawati, VIP Talent Suarise

Cek portfolio tulisan Juwita di talents.suarise.com

 

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Google form logo

Tutorial Google Forms dengan Screen Reader

840 834 Rahma Utami

Berikut ini adalah panduan penggunaan Google forms dan cara mengaksesnya dengan menggunakan screen reader untuk teman-teman tunanetra dan low vision. Contoh Google forms yang bisa digunakan ada di link Survey Aksesibilitas Digital di Indonesia. 

Google Forms digunakan sehari-hari di Training Suarise sejak 2018 untuk post test setiap pertemuan dan untuk mengkoordinasi pekerjaan jarak jauh. Kompetensi penggunaan Google Forms untuk screen reader sangat menunjang untuk melakukan #KerjaDariRumah alias #WorkFromHome, maupun untuk riset.

Hal-hal yang harus diperhatikan di Google Form

Sebelum memulai tutorial, ada lima hal perlu diperhatikan terkait Google Forms:

  1. Google Forms dapat diakses melalui komputer maupun smartphone/telepon seluler apapun yang berbasis Android dan iOS (Apple).
  2. Google Forms tidak menyimpan proses, artinya, pengisian Google forms harus dilakukan dalam sekali jalan atau dalam satu waktu sekaligus. Jika tidak sengaja refresh halaman (bukan menekan tombol lanjutan di dalam form), maka hampir dipastikan jawaban yang telah diisi sebelumnya hilang dan harus diisi ulang. Namun jika halaman loading setelah tombol ‘selanjutnya’ atau ‘next’ ditekan, maka tidak usah khawatir.
  3. Beberapa Google Forms bisa langsung diisi tanpa login email, beberapa harus login gmail, atau input email terlebih dahulu. Google forms yang digunakan di tulisan ini tidak membutuhkan log in apapun.
  4. Pertanyaan di Google Forms bisa berupa pertanyaan yang tidak wajib (boleh dijawab boleh tidak) dan pertanyaan wajib (required question). Jika terdapat pertanyaan yang wajib dijawab, maka artinya poin ini wajib diisi. Jika tidak, meski tombol selanjutnya ditekan, atau tombol submit/kirimkan ditekan, maka tidak akan bisa diproses. Pengisi harus cek seluruh pertanyaan apakah sudah dijawab atau belum.
  5. Google Forms sangat bersahabat dengan screen reader. Oleh karena itu, halamannya bisa diakses dengan berbagai metode, baik secara gestur linear (swipe/usap kiri kanan), maupun dengan shortcut (pintasan) seperti headline, link, control, dll.

Catatan, tutorial ini hanya menggunakan 3 jenis fitur untuk input jawaban pertanyaan dari banyak fitur Google Forms yang disediakan. Fitur-fitur yang digunakan adalah pilihan ganda, ceklis, dan isian. Sebagian besar tutorial ini untuk mengakses Google Forms melalui ponsel, namun diterangkan pula tentang penjelasan elemennya, sehingga untuk yang mengakses Google Form melalui komputer, silakan menyesuaikan kunci shortcut nya atau pintasannya.

Cara mengakses Google Forms dengan Screen Reader

Silakan buka Survey Aksesibilitas Digital di Indonesia pada tab terpisah atau pada handphone sambil membaca tutorial ini. Setelah Google Forms dibuka, biasanya terdapat instruksi awal terkait isi survey atau kuesioner. Silakan dibaca lalu lanjutkan ke bagian selanjutnya.

Gestur yang sering digunakan di Google Forms

Google Forms dengan Talkback di Android:

Gunakan gestur screen reader biasa (swipe/usap layar), dan Local Context Menu atau Menu Konteks Lokal. Local Context Menu bisa diakses dengan dua cara. Pertama dengan menggerakan jari di layar dari bawah ke atas lalu ke kanan tanpa mengangkat jari. Pilih opsi yang sesuai. Kedua dengan menggerakan jari secara vertikal, baik geser ke atas ataupun ke bawah (bukan mendatar). Pilih yang sesuai.

Google Forms dengan VoiceOver di Apple:

Gunakan gestur screen reader biasa (swipe/usap layar),dan rotor. Rotor bisa diaktifkan dengan menaruh dua jari di permukaan layar lalu putar ke setting yang ingin dituju (berlawanan maupun searah jarum jam).

 

Tampilan Menu Konteks Local atau Local Context Menu Saat Google Forms diakses dengan Talkback Screenreader

Cara membaca ringkas/skimming pertanyaan

Skimming bisa dilakukan untuk mengetahui pertanyaan-pertanyaan apa saja dilakukan sehingga pengguna screen reader bisa terbayang secara utuh fungsi dari pertanyaan tersebut.

Setiap pertanyaan di Google Forms merupakan headline. Jadi navigasi atau shortcut terkait heading bisa digunakan, seperti:

Di TalkBack, bisa menggunakan ‘Local Context Menu’ alias ‘Menu Konteks Lokal’ lalu pilih ‘Headline’ atau ‘Judul’. Maka setiap swipe/usap layar, maka Talkback akan membaca pertanyaannya saja tanpa melalui kolom jawaban maupun tombol lainnya. Kembalikan ke pengaturan default jika sudah selesai skimming dan hendak mengisi pertanyaan.

Di VoiceOver, aktifkan rotor dan pilih ‘Headings’ (jika menggunakan Bahasa Inggris) atau ‘Judul’ (jika menggunakan Bahasa Indonesia) untuk skimming pertanyaan. Catatan: berdasarkan percobaan di beberapa device dan versi iOS, seringkali meski rotor Headings telah diaktifkan, iphone tetap membaca seluruh jenis teks, bukan hanya pertanyaan saja. Jika terjadi demikian, maka silakan mengakses form secara linear menggunakan gestur default.

Cara menjawab pertanyaan

Setiap komponen jawaban pada Google Forms adalah komponen interaktif, artinya dia pasti terhighlight jika menggunakan tombol Tab pada keyboard. Lebih jauh, setiap jawaban merupakan kategori ‘Control’; dengan demikian segala shortcut yang terkait navigasi kontrol bisa diterapkan.

Umumnya, screen reader akan membaca pilihan jawaban di Google Forms dengan urutan informasi tertentu.

Contoh baca oleh Talkback:
Urutan bacanya adalah: kondisinya, isi pilihannya, jenis komponennya, instruksi.

  1. Multiple choice atau pilihan ganda:
    • Bahasa Inggris: not ticked, Instagram, radio button, double tap to toggle.
    • Bahasa Indonesia: tidak dicentang, Instagram, tombol radio, ketuk dua kali untuk beralih.
  2. Tick box atau ceklis:
    • Bahasa Inggris: not ticked, Shopee, tick box, double tap to toggle.
    • Bahasa Indonesia: tidak dicentang, Instagram, kotak centang, ketuk dua kali untuk beralih.
  3. Edit box atau isian tulisan: Edit box, (menyebutkan ulang pertanyaannya), instruksi. Jika isian telah diisi, maka urutannya akan terdengar seperti berikut ini: Jawabannya, edit box, pertanyaannya. Untuk menjawab, pilih pilihan yang diinginkan, ketuk layar 2 kali, lalu ketik jawabannya.

Contoh baca oleh VoiceOver:
Urutan bacanya adalah: isi pilihannya, jenis komponennya, kondisinya, instruksi.

  1. Multiple choice atau pilihan ganda:
    • Bahasa Inggris: Instagram, radio button, unchecked, three of five (pilihan keberapa dari total pilihan yang tersedia),
    • Bahasa Indonesia: Instagram, tombol radio, tidak dicentang, satu dari tiga
  2. Check box box atau ceklis:
    • Bahasa Inggris: Shopee, check box, unchecked, double tap to toggle setting.
    • Bahasa Indonesia: Shopee, kotak centang, tidak dicentang, ketik dua kali untuk mengubah penampilan
  3. Edit box atau isian tulisan: (menyebutkan ulang pertanyaannya), text field (bidang teks), instruksi pertanyaan (jika ada), double tap to edit. Jika isian telah diisi, maka urutannya akan terdengar seperti berikut ini: (menyebutkan ulang pertanyaannya), text field, is editing, jkt, lalu membaca deskripsi pertanyaan. Untuk menjawab, pilih pilihan yang diinginkan, ketuk layar 2 kali, lalu ketik jawabannya.

Di TalkBack, bisa menggunakan ‘Local Context Menu’ lalu pilih ‘Control’ atau ‘Kontrol’. Maka setiap swipe/usap layar, maka Talkback akan membaca pilihan jawabannya, beserta kondisinya.

Untuk menjawab, pilih pilihan yang diinginkan, ketuk layar 2 kali. Tapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

  1. Pilihan ganda.
    Hanya bisa input satu jawaban saja. Jadi jika jawaban di ganti atau mengetuk dua kali di jawaban yang lain di pertanyaan yang sama, maka jawaban sebelumnya akan hilang dan akan digantikan jawaban terbaru. Sebelum pindah pertanyaan, pastikan sudah memilih jawaban yang pas dengan pertanyaan.
  2. Tick box atau check box.
    Bisa memilih lebih dari satu jawaban. Jadi jika ketuk dua kali di beberapa tick box di pertanyaan yang sama, maka semuanya artinya adalah jawaban yang dipilih. Jika ada yang tidak ingin dipilih, maka bawa kursor ke jawaban yang tidak jadi, lalu ketuk dua kali lagi, hingga terdengar, “unticked, pilihan jawaban”.
  3. Isian (Text box atau text field).
    Isian atau edit box harus di ketuk 2 kali dahulu sebelum jawabannya diketik. Jika menggunakan keyboard dari Google, bisa juga menggunakan opsi Voice Typing, alias mengetik dengan suara. Caranya, cari di area keyboard opsi ‘Voice input’ (biasanya lokasinya di kanan atas ujung keyboard, di atas tombol P). Klik, lalu silakan bicara jawabannya pelan-pelan agar mesinnya bisa menangkap suara Anda. Jika sudah selesai, bisa menunggu sejenak hingga voice typingnya otomatis mati, atau ketuk ulang dua kali di bagian voice typing tersebut. Cek kembali jawabannya, karena kadang suka ada yg salah tangkap. Edit seperlunya.
  4. Pilihan ganda dengan isian.
    Jika memilih pilihan ‘Other’ atau ‘Lainnya’ (tergantung bahasa sistem yang Anda gunakan), maka diharapkan saat memilih opsi ini, Anda juga mengisi isian pendek yang ada setelahnya. Google forms akan otomatis mengarahkan kursor ke edit box/isian saat pilihan ‘other’ dipilih. Biasanya berbunyi “Edit box other response”

Cara mengakses halaman berikutnya atau bagian berikutnya

Umumnya terdapat 2 tombol navigasi di tiap halaman, kecuali halaman pertama dan halaman terakhir. Tombol ini adalah tombol back dan tombol Next. Keduanya akan dibaca oleh screen reader sebagai ‘button’. Tombol ini bisa diakses secara linear (swipe terus hingga ke bawah), atau menggunakan opsi ‘Control’.

Jangan gunakan opsi ‘Link’ untuk mencari tombol navigasi karena di Google forms, link diarahkan ke menu Google Forms yang tidak terkait dengan kuesioner dan link yang ada di dalam pertanyaan (jika ada). Contohnya adalah di halaman pertama dan halaman terakhir di dokumen Survey Aksesibilitas Digital di Indonesia. Di halaman pertama, terdapat link tautan ke halaman youtube dan artikel ini, maka opsi ‘Link’ akan juga mengumumkan bagian tersebut, tanpa dari tulisan di paragraf lainnya.

Halaman terakhir akan berisi 2 tombol: ‘back’ dan ‘submit’ (jika dengan bahasa Indonesia, tombol ‘kembali’ dan tombol ‘kirim’). Umumnya, kuesioner tidak memperkenankan responden untuk mengubah jawabannya jika tombol submit sudah ditekan, seperti pada contoh Survey yang digunakan. Namun, terkadang, pembuat survey juga bisa mengatur agar responden memiliki pilihan untuk mengubah jawaban mereka. Jika pilihan ini diaktifkan, maka di halaman terakhir dari Google Forms, akan ada setidaknya dua link di akhir paragraf penutup yaitu ‘Submit another response’ (Kirim tanggapan lain) dan ‘Edit your response’. Jika pilihan ini tidak diaktifkan, maka hanya akan ada satu link yaitu ‘Submit another response’.

Penutup

Untuk Survey Aksesibilitas Digital di Indonesia, tiap orang hanya input 1 kali respon saja. Jika terdapat kendala dalam menginput survey, Anda bisa bertanya ke talent-talent Suarise yang sudah terbiasa menggunakan Google Forms, atau kontak langsung ke sosial media Suarise di Facebook, Instagram, dan Twitter. Survey Aksesibilitas Digital di Indonesia dibuka hingga tanggal 10 Mei 2020.

Lebih jauh mengenai aksesibilitas produk-produk Google bisa ditemukan di halaman Google Accessibility. Selain Google, beberapa sosial media juga sudah semakin mudah diakses dengan menggunakan screen reader.

Selamat mengisi kuesioner!

Tampilan Google Forms Survey Aksesibilitas Digital di Indonesia

Tambahan

Transliterasi jika pengaturan perangkat atau gadget menggunakan bahasa Indonesia:

  • Headline: Judul
  • Tombol ‘Next’ : Berikutnya
  • Tombol ‘Back’: Kembali
  • Pilihan ‘other’: Yang lain
  • Mengisi edit box di other: Kotak edit, tanggapan lain
  • Pilihan Checkbox atau pilihan ganda:Tidak dicentang, (nama pilihannya), radio button atau cek box, ketuk dua kali untuk beralih
  • Link ‘Submit another response’: Kirim tanggapan lain

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Be My Eyes: Aplikasi untuk Meminjamkan Mata kepada Tunanetra

150 150 Rahma Utami

Sekarang mata kamu dapat dipinjamkan untuk teman-teman tunanetra hanya dengan mengunduh aplikasi Be My Eyes yang tersedia di platform Android maupun Apple, gratis! Loh kok mata bisa dipinjamkan? Bagaimana caranya? 

Be My Eyes adalah sebuah aplikasi berbasis apple dan android yang berfungsi untuk menghubungkan tunanetra di seluruh dunia dengan relawan untuk membantu melihat suatu hal di depan mereka (tunanetra). Meski hal-hal yang dilihat sederhana, hal ini berdampak sangat besar bagi teman-teman tunanetra. 

Salah satu permintaan yang paling sering didapatkan adalah melihat tanggal kadaluarsa makanan seperti susu. Hayo, bayangkan betapa besar dampak bantuan dari seorang relawan Be My Eyes dalam meminjamkan matanya sehingga yang bersangkutan tidak kena diare akibat meminum susu kadaluarsa. 

Konsep

Aplikasi seluler ini menghubungkan tuna netra dengan relawan melalui layanan video call yang tersedia di dalam aplikasi. Baik tunanetra maupun relawan harus mendaftarkan diri mereka dahulu sebelum menggunakan layanan aplikasi Be My Eyes

Be My Eyes mengusung konsep social-micro-volunteering, dimana relawan bisa berkontribusi dengan cara dan waktu yang paling nyaman bagi mereka di tengah kesibukan mereka. Hal ini dianggap sangat efisien secara waktu dan budget, karena relawan dapat meluangkan waktu untuk membantu teman-teman tunanetra tanpa pergi kemanapun. Para relawan senang sekali bisa berkontribusi.

Kelebihan aplikasi Be My Eyes

Banyak manfaat dalam menggunakan aplikasi Be My Eyes baik bagi pengguna tunanetra maupun relawan yang memiliki penglihatan awas.

  1. Tidak ada biaya dalam menggunakan layanan ini.
  2. Panggilan bantuan bisa dilakukan kapanpun, dari manapun (selama terhubung dengan paket data internet/wifi)
  3. Simpel, hanya dengan 1 klik untuk meminta bantuan/menerima panggilan

Beberapa testimoni terkait aplikasi Be My Eyes dari kalangan teman-teman tunanetra adalah dengan menggunakan aplikasi ini, mereka dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih nyaman dari beberapa aspek.

  1. Kenyamanan.
    Teman teman tunanetra jadi tidak harus melulu menunggu orang menawarkan bantuan, ataupun meminta bantuan orang yang sama sehingga terasa memberatkan.
  2. Keamanan.
    Merasa aman karena aplikasi tersebut identitas tunanetra sifatnya anonim dan privasi mereka terjaga karena meski orang asing yang membantu mereka, relawan ini tidak secara nyata masuk ke dalam rumah.
    Selain itu, perasaan aman juga muncul karena orang-orang yang terdaftar adalah relawan yang memiliki tujuan yang sama: membantu teman-teman tunanetra. Hal ini penting karena terkadang, di ranah sosial media, tunanetra kerap dibully ataupun didiskreditkan. Adapun jika hal ini terjadi, pengguna Be My Eyes bisa melaporkan hal ini langsung kepada perusahaan melalui tombol report yang akan muncul bersamaan dengan tombol evaluasi lainnya saat panggilan berakhir.
  3. Efisien.
    Sebuah panggilan bantuan di Be My Eyes umumnya membutuhkan waktu 30 detik untuk mendapatkan respon (belum termasuk waktu penyelesaian solusi). Hal ini tentunya lebih efektif dibandingkan menunggu orang datang (apalagi kalo macet), atau jika sedang berada di luar rumah, seorang tunanetra bisa jadi tidak tahu apakah ada orang di sekitarnya.
  4. Perasaan Independen.
    Keleluasaan yang ditawarkan oleh Be My Eyes membuat teman-teman tunanetra memiliki asisten virtual tanpa perlu ada orang disamping. Jadi, teman-teman tunanetra bisa beraktivitas secara independen dan leluasa, dan memanggil relawan hanya pada saat tertentu saja. 
  5. Terhubung.
    Dibandingkan aplikasi lain yang menggunakan teknologi machine learning atau image recognition untuk mengidentifikasi item, Be My Eyes lebih terasa manusiawi. Selain deskripsi dan variasi hal yang dilihat mencakup lebih banyak hal dibandingkan aplikasi seperti taptapsee yang hanya bisa melihat barang dari jarak dekat saja. Selain itu, suara manusia terdengar lebih ramah dibandingkan suara robot ataupun teks yang dibunyikan via aplikasi screen reader.
    Selain faktor robot vs manusia, beberapa testimoni pengguna Be My Eyes juga mengatakan bahwa mereka tidak merasa kesepian, karena mereka tahu jika teman-teman tunanetra menjelajahi daerah baru, mereka bisa menghubungi relawan via Be My Eyes kapan saja. 

Menurut tim Suarise, pada akhirnya, teknologi yang baik adalah yang menghubungkan dan memanusiakan manusia dengan manusia lainnya. Setuju?

Sejak peluncurannya perdananya di  iphone tahun 2015, dan versi android di 2017, Be My Eyes kini memiliki lebih dari 2 juta relawan dan 300 ribu tunanetra dari seluruh dunia dan dapat diakses lebih dari 150 bahasa termasuk Bahasa Indonesia. Hingga saat ini, aplikasi ramah disabilitas ini telah menyabet 15 penghargaan, salah satunya adalah Google Play Award 2018. 

Bagi yang sudah mengunduh Be My Eyes, apa testimoni kalian? Sharing di kolom komentar ya 🙂

Untuk mengunduh aplikasi Be My Eyes, baik untuk menjadi relawan maupun pengguna, silakan klik pranala di bawah ini:

Download Aplikasi Be My Eyes di Appstore. 

Download Aplikasi Be My Eyes di Google Play Store. 

 

Disarikan dari berbagai sumber.

Ditulis oleh Rahma Utami, Knowledge Director untuk Suarise.


Suarise adalah lembaga pelatihan bagi tunanetra yang mengajarkan kompetensi dan vokasi untuk berkarya di industri digital, terutama di bidang penulisan konten digital (digital content writing), seperti artikel, artikel ramah SEO, penulisan iklan online, serta pembuatan konten sosial media. 

Setiap perusahaan dan perorangan kini dapat merekrut tunanetra sebagai digital content writer. Tertarik untuk bekerja sama? Klik di sini untuk informasi lebih lanjut. 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

gambar all talents suarise batch 2

Suarise dan Mitra Netra Siapkan Tunanetra menjadi Ahli Digital Content Writing

2048 1152 Iin Kurniati

SUARISE, suatu perusahaan sosial mandiri telah menyelesaikan Pelatihan Digital Content Writing Siklus Kedua pada Minggu, 9 Desember 2018. Pelatihan ini merupakan upaya Suarise untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan visual impaired people – VIP  (tunanetra dan penyandang low-vision) melalui kecakapan digital, online, dan teknologi.

Dalam Pelatihan Digital Content Writing Siklus kedua, Suarise masih menggandeng Yayasan Mitra Netra selaku partner eksklusif. Seiring kelahiran internet dan media baru, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas visual impaired people di bidang pendidikan. Selain itu, pelatihan ini  diharapkan dapat membuka dan memperluas lapangan kerja bagi visual impaired people dalam menghadapi era kemajuan digital. Tak hanya itu, pelatihan ini juga dimaksudkan sebagai upaya memberdayakan dan memastikan inklusivitas dan kesetaraan bagi penyadang disabilitas.

Pelatihan Digital Content Writing 

ilustrasi pelatihan digital content writing offline di yayasan Mitra Netra

Pelatihan Digital Content Writing bersama Suarise di Yayasan Mitra Netra

Digital Content Writing Training Siklus Kedua ini telah dilaksanakan mulai tanggal 5 Agustus 2018 hingga 9 Desember 2018 dengan 8 peserta dalam 18 sesi pertemuan. Metode pelatihan mengombinasikan pertemuan tatap muka (offline class) dan pertemuan jarak jauh melalui fasilitas e-learning (online class). Upaya ini berbeda dibandingkan siklus pertama (periode Februari – April 2018) yang fokus pada pertemuan tatap muka. Pada siklus sebelumnya, jumlah peserta terdiri dari 10 orang peserta dengan 16 sesi pelatihan yang bervariatif sesuai kurikulum yang disusun. 

Kurikulum sesi Pelatihan Digital Content Writing Siklus Kedua ini meliputi pertama pengenalan konten dalam digital marketing. Kedua, pelatihan kemampuan dasar digital content writing. Ketiga, simulasi dan praktek penulisan digital content writing secara langsung. Setiap akhir pelatihan, Suarise rutin melakukan evaluasi dan memberikan masukan bagi para peserta pelatihan untuk memastikan perkembangan kemampuan digital content writing yang dimiliki sesuai standar yang ditetapkan Suarise.

Selanjutnya, Suarise membantu untuk menutup kesenjangan keterampilan dengan mendukung pengajaran dan pendidikan mandiri. Suarise berupaya meningkatkan fleksibilitas bagi pekerja dan pengusaha dengan mengembangkan sistem kerja yang efisien. Disamping itu, Suarise turut memberdayakan peningkatan kualitas hidup VIP dengan mendistribusikan talent untuk proyek/perusahaan yang membutuhkan keterampilan digital spesifik.

ilustrasi kelas online

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

5 Pedoman Pembuatan Website Inklusif bagi Tunanetra untuk Pengembang Perangkat Lunak

150 150 Rahma Utami

Di era digital ini, internet menjadi sumber informasi yang sangat vital tak bagi masyarakat tak terkecuali tuna netra. Berbagai informasi bisa diakses kawan-kawan Tunanetra baik melalui komputer maupun perangkat seluler lainnya. Berselancar di dunia maya, baik mengakses berbagai website, melakukan pencarian melalui Google, mengakses dan update social media seperti twitter, Facebook, dan Instagram, dan ‘menonton’ Youtube merupakan hal biasa dilakukan sehari-hari untuk mendapatkan informasi terbaru. Rasanya, sebagian besar talent Suarise berselancar di dunia maya setiap hari! Tentunya, kawan-kawan tuna netra bisa mengakses informasi dari kanal-kanal yang sedikit banyak sudah menerapkan kaidah website inklusif, terlepas dari tinggi rendahnya tingkat aksesibilitas website yang bersangkutan.

Tentunya, segala informasi yang tersaji di website diterjemahkan oleh speech synthesizer/screen reader bawaan yang terdapat pada gawai mereka, ‘Voice Over’ untuk Apple, ataupun JAWS dan NVDA untuk Windows. Meskipun demikian, tantangan terbesar bagi kawan-kawan tunanetra untuk mengakses informasi adalah jika websitenya tidak terlalu aksesibel. Jika aksesibilitas website dioptimalkan, tunanetra tidak harus terlalu bergantung pada buku braille yang tak hanya lama untuk diproduksi, namun juga mahal secara produksi, dan terbatas dalam distribusi. Akurasi dan kecepatan informasi ini sangat penting untuk akselerasi khasanah pengetahuan kawan-kawan tunanetra terutama untuk mendalami berbagai topik sesuai minat mereka.

5 prinsip website inklusif untuk mengoptimalkan aksesibilitas

Meski pedoman komperhensif untuk membuat website yang tingkat aksesibilitasnya tinggi terutama untuk tunanetra tersedia di WCAG, ada 5 prinsip sederhana website inklusif yang selalu bisa mulai diterapkan, terutama oleh rekan-rekan pengembang perangat lunak, terutama desainer dan developer, agar informasi di website dapat diakses dengan mudah oleh kawan-kawan tunanetra.

1. Hirarki Informasi

Hirarki informasi ini tidak melulu soal tulisan dari artikel, melainkan juga mencakup atribusi dan peletakan tombol action. Hirarki ini mempermudah speech sythesizer/screen reader untuk membaca informasi di website secara terorganisir, membantu kawan-kawan tunanetra dalam mengkategorikan konten yang sedang mereka dengarkan, dan menjadi navigasi selama dalam website maupun halaman yang sedang diakses. Coba dengarkan rekaman di bawah ini deh untuk hasil tulisan yang hirarki informasinya mempermudah tunanetra dalam membaca.

1.1 Tetapkan struktur Heading

Umumnya sebuah website bisa memiliki hingga 6 jenis heading. Penting untuk mengorganisir mana heading yang berdiri sendiri, mana yang repetitive. Heading 1 (H1) contohnya, hanya untuk hal yang paling penting, yaitu judul. Sangat tidak disarankan menggunakan heading 1 lebih dari satu kali. Heading 2 dan seterusnya bisa di ulang secara sistematis tergantung informasi yang dijabarkan.
Sebagai tambahan, level dari heading tidak sama dengan ukuran teks–meski pada beberapa kondisi, seperti website dari penyedia layanan website seperti wix, wordpress maupun lainnya, setiap level heading sudah memiliki pendekatan visual masing-masing termasuk ukuran huruf. Tapi jika development dari scratch, level tidak ada hubungannya dengan besarnya huruf.
Hal yang penting adalah hindari memiliki struktur heading yang lompat (misal dari H2 lalu H4) karena ini berpotensi membingungkan dalam navigasi informasi website tersebut.

Terutama untuk rekan-rekan developer, cek simulasi heading untuk HTML 5 di link berikut: http://accessiblehtmlheadings.com/

1.2 Jangan mengandalkan styling visual

            Speech sythesizer/screen reader tidak membaca styling sehingga kawan-kawan tunanetra, terutama yang total, tidak mengidentifikasi jika tulisan tersebut terlihat sebagai sub judul, bold, ukurannya lebih besar, ataupun italic. Adapun styling visual ini melengkapi fungsi aesthetic dari heading marking. Cek rekaman di bawah ini untuk mengetahui bagaimana poin ini dibaca­; contoh menggunakan voice over di Apple.

1.3 Heading bisa tersembunyi

2. Selalu lengkapi ALT-Text

Alternative text adalah komponen mahapenting nomer dua setelah heading dalam menerapkan aksesibilitas website. Hal ini dikarenakan speech sythesizer/screen reader tidak bisa mendeskripsikan gambar. Berikut ini contoh gambar dengan dan tanpa alt teks.

Alt text ini tidak hanya diterapkan pada foto tapi pada elemen visual apapun. Jika ada lebih dari satu elemen visual (foto, ilustrasi, infografis, tombol, icon, symbol) ada baiknya menggunakan kata penunjuk kategori visual tersebut agar mempermudah mengidentifikasi.

3. Pemilihan Redaksi Kata (Copywriting)

Dalam membuat copywriting, terutama untuk gambar, selalu lakukan pertimbangan dengan mengacu ke tujuh pertanyaan berikut:

  • Informasi penting apa yang harus disampaikan dan apa tujuan informasi tersebut ada, baik itu tulisan maupun gambar?
  • Apa atau siapa fokus pada gambar tersebut?
  • Sepenting apa setting atau lokasi?
  • 2E: Adakah ekspresi dan emosi yang terlihat dan penting untuk disampaikan
  • Apakah warna penting untuk dijelaskan?
  • Apakah subjek atau objek di dalam gambar tersebut sedang melakukan aksi?
  • Adakah konteks dari gambar tersebut untuk dijelaskan?

3.1 Deskriptif

Jabarkan informasi secara deskriptif. Maksud deskriptif disini bukan melulu soal visual, tapi mengarahkan dan membantu ekspektasi membaca. Sebagai contoh, di Suarise, kami menghindari menggunakan kata “beberapa”. Alih-alih menggunakan kata tersebut, kami langsung menyebut jumlah atau kuantitasnya. Jadi, hindari menulis “ada beberapa hal yang harus dihindari…”, dan tulislah “ada 6 hal yang harus dihindari…”

Begitu pula dalam membuat deskripsi elemen visual berupa caption maupun Alt-Text. Jangan terlalu simpel, jangan pula terlalu panjang. Berapa banyak idealnya? Tidak ada kaidah tetap, selama alt teks tersebut ringkas dan concise. Kami dari Suarise menyarankan setidaknya 80 karakter atau jangan lebih banyak dari limitasi karakter di twitter 😉 Jangan lupa mencantumkan kategori dari elemen visual tersebut (foto, gambar, ilustrasi, desain, logo, symbol, icon, dll)

3.2 Instruksional

Redaksi yang sifatnya instruksional menjadi penting terutama bagi elemen visual yang memiliki action call­–bisa di klik, bertujuan mengarah pada halaman website tertentu, ataupun mengarahkan ke aksi selanjutnya. Biasanya visual yang memiliki action call, alt teks-nya berisi 2 kalimat: kalimat pertama sifatnya deskriptif, kalimat kedua sifatnya instruksional.

Sebagai contoh, rekaman selanjutnya ini akan membaca layout diantara kalimat ini dengan rekaman tersebut.

 

3.3 Batasi animasi, dan hindari parallax scrolling

3.4 Kontras Warna 4,5:1

Sekilas mungkin terdengar membingungkan, kok aksesibilitas tunanetra membahas warna. Perlu diketahui, kawan-kawan tunanetra ada yg mengalami gangguan penglihatan total ada pula yang parsial (sebagian). Kontras dibutuhkan agar para tunanetra parsial bisa langsung mendeteksi pembagian halaman website dan yang paling penting identifikasi tombol action pada website tersebut.

Kontras ini juga bisa disebut luminance, dan untuk menghitung ini, kita harus menggunakan koefisien RGB. Nilai ini harus dibandingkan antar 2 warna, yaitu warna foreground dan warna background. Bingung? Jangan sedih. Penulis juga sempat bingung. Untuk mendemonstrasikan hal ini, penulis telah berkonsultasi ke senior software engineer, Didiet Noor agar hal ini lebih mudah dipahami yang terangkum dalam percakapan berikut ini:

Simulasi cara menghitung kontras warna 4,5:1 untuk aksesibilitas website melalui percakapan whatsapp

Salah satu tips yang bisa diterapkan dalam mendesain website yang aksesibel bagi tunanetra adalah dengan berpedoman pada mobile first alias desain dan struktur dibuat untuk pengguna telepon genggam atau gawai seluler lainnya.

BONUS untuk pebisnis yang menerapkan website inklusif:
Website yang ramah bagi tuna netra sudah pasti memiliki performa dan usability yang tinggi. Salah satu yang diungkapkan oleh Sami Keijonen adalah dengan poin-poin aksesibilitas website cukup banyak yang overlapping dengan SEO. Dengan demikian, dengan menerapkan website inklusif berarti juga mendongkrak SEO score website tersebut.

Bulan depan, Suarise membahas cara dan tools-tools apa saja yang bisa membantu untuk mengecek tingkat aksesibilitas website yang sudah dibuat. Stay tune ya!

Lebih jauh tentang aksesibilitas website, silakan telusuri tautan berikut ini:


Artikel ini adalah bagian dari upaya Suarise untuk membangun ekosistem digital di Indonesia menjadi 100persenAksesibilitas. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gerakan ini,

Ikuti tagar #BisaDiAkses di instagram dan akun instagram @tantanganAksesibilitas, 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia