tunanetra

Poster youtube dengan 15 foto pembicara

Press Release – Digital Confident Employer Webinar 2021

1592 894 suarise

Bangun Percaya Diri Merekrut Tenaga Kerja Disabilitas

Jakarta, 30 November 2021 – Menurunnya kondisi kesehatan, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan selama Pandemi Covid-19 berdampak signifikan bagi semua lapisan masyarakat, tidak terkecuali bagi angkatan kerja penyandang disabilitas. Salah satu risiko yang ditimbulkan akibat pandemi yakni minimnya kesempatan kerja karena organisasi menahan diri merekrut tenaga kerja disabilitas.

Padahal UU Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dengan jelas menyebutkan bahwa setiap penyandang disabilitas berhak mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kehidupannya. Selanjutnya, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2020 menyebutkan bahwa saat ini 17,95 juta orang penduduk usia kerja (15 tahun
dan lebih) merupakan penyandang disabilitas. Berdasarkan data tersebut, 8 juta orang masuk ke dalam angkatan kerja. Namun, hanya 7,68 juta orang yang bekerja, sementara 319 ribu lainnya menganggur.

Di tengah dinamika situasi pandemi, tidak hanya kondisi ketenagakerjaan, situasi organisasi juga berada dalam tekanan. Rendahnya kesadaran pada potensi keahlian, asumsi investasi tinggi, serta minimnya rasa percaya diri menjadi penyebab organisasi maupun perusahaan enggan merekrut tenaga kerja disabilitas.

Oleh karena itu, guna menggeser paradigma dan preferensi para pengguna perekrut tenaga kerja, butuh kesaksian dari para pengguna jasa pekerja disabilitas. Tujuannya untuk meningkatkan kepercayaan diri merekrut tenaga kerja disabilitas. Sehingga, mereka yang semula belum yakin merekrut penyandang disabilitas menjadi siap rekrut dan bekerja bersama disabilitas.

Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional tahun 2021, Suarise bersama DNetwork Jaringan Kerja Disabilitas, dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyelenggarakan Webinar bertajuk Disability Confident Employer atau Percaya Diri Merekrut Tenaga Kerja Disabilitas. Acara ini merupakan sebuah wadah yang mempertemukan ekspektasi para pemberi kerja dengan kebutuhan dunia industri untuk meningkatkan peluang kerja bagi disabilitas.

Best Practise Merekrut Tenaga Kerja Disabilitas

Acara yang diperuntukkan bagi praktisi HR, perekrut tenaga kerja, pendiri perusahaan, komunitas disabilitas, dan peminat isu disabilitas ini menghadirkan perwakilan pemerintah, organisasi internasional, serta perusahaan lokal dan multinasional. Kehadiran mereka menjadi referensi best practices untuk merekrut tenaga kerja disabilitas yang efektif dan efisien.

Direktur Bina Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Nora Kartika Setyaningrum menjelaskan mengenai urgensi pembentukan Unit Layanan Disabilitas di Tanah Air. “Disabilitas adalah isu strategis dan lintas sektoral sehingga kita harus bersatu padu dan berkolaborasi memberi perlindungan, dan penghormatan untuk memenuhi hak-hak penyandang disabilitas,” ujar Nora Kartika.

Senada dengan hal tersebut, Arina Pradhita, Project Coordinator DNetwork Indonesia menjelaskan bahwa “Penyandang disabilitas bukan lagi objek, tetapi seseorang yang berdaya dan bisa melakukan sesuatu”. Untuk itu, jelas Arina, penting bagi perusahaan untuk mempekerjakan disabilitas dengan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, meningkatkan kualitas kerja dan motivasi, serta meningkatkan moral dan empati yang memenuhi amanat UU No.8 tahun 2016.

Di sisi lain, Rahma Utami, Founder and Accessibility Consultant Suarise membahas bagaimana memulai inklusi disabilitas. Rahma memaparkan bahwa “Aksesibilitas membuat kolaborasi dengan disabilitas semakin tidak terbatas.” Menurutnya, perusahaan maupun organisasi dapat memulainya dari aksesibilitas digital dengan membuat platform digital atau aset digital yang dimiliki semakin ramah disabilitas.

Selanjutnya, Fransiska Oetami, CEO Clevio mengulas apa saja peluang kerja penyandang disabilitas khususnya di bidang teknologi. Dalam penjelasannya, Siska menceritakan sejumlah success story dari penyandang disabilitas yang kini telah bekerja di berbagai bidang. “Dengan teknologi, mereka bisa tahu banyak hal. Kita tidak boleh berasumsi. Teman-teman (penyandang disabilitas) ini memiliki kemampuan luar biasa, yang tidak terbatasi kemampuannya,” tambahnya.

Lalu bagaimana pengalaman perusahaan lokal dan multinasional dalam merekrut disabilitas? Pada forum diskusi, empat sektor industri akan berbagi pengalaman mengenai urgensi merekrut disabilitas dan bagaimana memulai rekrutmen disabilitas yang efektif dalam perusahaan/organisasi.

Keempat sektor industri dalam forum diskusi tersebut antara lain:

  1. Sektor Digital dan Media oleh Cheta Nilawaty Redaksi Tempo dan Ramya Prajna, Co-CEO Think.Web;
  2. Sektor Services, Hospitality, dan Food & Beverages oleh Tirza R. Munusamy, Director of Public Affair Grab Indonesia, dan Padmayoni Luhari, Praktisi HR di industri hospitality;
  3. Sektor Retail oleh Nurhuda Astari HR Assistant Manager Uniqlo, dan Antony Ginting, Recruitment & Selection Manager, PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.;
  4. Sektor Creative Industry oleh Nicky Claraentia Pratiwi, Chief Marketing Officer & Founder, Tenoon dan Kamu Wear.

Cerita tentang membuka peluang kerja disabilitas makin lengkap dengan menjawab bagaimana mewujudkan inklusi disabilitas yang efektif di lingkungan kerja. Diskusi panel ini menghadirkan perwakilan dari organisasi internasional serta perwakilan dari sejumlah sektor industri.

Tirza R. Munusamy, Director of Public Affair Grab Indonesia mendeskripsikan apa saja yang telah dilakukan Grab terkait inklusi disabilitas. “Kami meluncurkan Grab for good, termasuk didalamnya feature bagi teman-teman disabilitas untuk berkarya serta GrabGerak yang melayani penumpang dengan kebutuhan khusus. Kami sadar bahwa teknologi itu ada untuk
semua orang termasuk untuk orang-orang dengan disabilitas,” ujarnya.

Senada dengan Tirza, Ratna Tribuana Dewi, Sustainability Lead UNIQLO mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menjalankan inklusi disabilitas dengan mempekerjakan penyandang disabilitas sejak 2014. “Sejalan dengan filosofi Live Wear, Kami punya program respect for diversity atau menghormati keragaman. Dengan menerima, dan menghormati nilai-nilai keberagaman, itu menjadi kekuatan pendorong munculnya ide dan inovasi baru,” ungkapnya.

Terkait keberagaman, Ramya Prajna, Co-CEO Think.Web percaya bahwa ada hal-hal yang diperoleh perusahaan dengan mempekerjakan penyandang disabilitas. Keberadaan mereka memperkaya keberagaman, membuat organisasi belajar lebih terbuka, dan menghormati keberagaman. “Kami sebagai perusahaan berbasis teknologi, (dan) teknologi hadir untuk
menaikkan kemanusiaan, technology elevate humanity.”

Disisi lain, bentuk dukungan perusahaan pada penyandang disabilitas dirasakan Eko Nugroho, Manager Compensation & Benefit Jakpro. Eko memandang bahwa perusahaan tempatnya bekerja sangat memberi dukungan baik prasarana maupun moril bagi penyandang disabilitas. “Kita berkomitmen mempekerjakan teman-teman disabilitas sesuai keterampilan.
(karena) Kita punya hak dan kewajiban yang sama. Jadi perusahaan memandang setiap
orang itu sama.”

Kemudian bagi perusahaan maupun organisasi yang tertarik untuk merekrut disabilitas, Tendy Gunawan, National Programme Officer at the International Labour Organization, Jakarta Office memperkenalkan IBDN atau Indonesia Business Disability Network. “IBDN berisi perusahaan-perusahaan yang tertarik merekrut disabilitas. Kita sadar demand dan
supply tidak sesuai, sehingga keberadaan IBDN berupaya menjembatani bertemunya (antara) permintaan dan penawaran.” Tendy menambahkan bahwa pihaknya pernah melakukan sebuah penelitian pada tahun 2017. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kendala apa yang dimiliki perusahaan sehingga tidak mau merekrut disabilitas. Kemudian, jika perusahaan tersebut ternyata tertarik merekrut, mengapa perusahaan tidak inklusif. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa setiap perusahaan harus dapat menjawab tiga kebutuhan dasar dalam merekrut penyandang disabilitas.

Pertama, perusahaan harus memiliki komitmen dari CEO atau pemimpin tertinggi. Kedua, dalam perusahaan tersebut harus dibentuk tim khusus untuk menganalisis pekerjaan, menyediakan resilible accommodation, serta memberikan sosialisasi kepada rekan kerja sebelum merekrut disabilitas. Ketiga, perusahaan juga harus menyusun non discrimination
policy yang dapat menjawab bahwa inklusivitas tidak hanya diperuntukkan bagi disabilitas tetapi bagi seluruh pihak.

Pada akhir sesi, seluruh panelis mengajak organisasi maupun perusahaan agar tidak ragu merekrut penyandang disabilitas karena banyak manfaat yang diperoleh. So, just do it!

Showcase Talents

Disamping membahas peluang kerja disabilitas dan bagaimana memulai merekrut penyandang disabilitas, organisasi maupun perusahaan disajikan showcase talents. Laman landas (landing page) yang dibangun bersama Suarise dan DNetwork ini berisi profil talent disabilitas dengan kapasitas yang berbeda sesuai bidangnya masing-masing.

Nantinya, perusahaan/organisasi yang tertarik untuk mengetahui jenis keterampilan, pengalaman kerja, portofolio, hingga preferensi lokasi kerja dapat langsung mengakses laman ini. Selain rekrut langsung, perusahaan/organisasi juga dapat menggalakkan programmagang bagi para talents maupun bagi para peserta yang akan lulus pelatihan akan datang.

Selengkapnya melalui http://talents.suarise.com/showcase.

Tentang Penyelenggara

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Suarise, DNetwork, dan ILO sebagai bagian dari proyek Employment and Livelihood yang didanai oleh UN COVID-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund (COVID-19 MPTF). Diimplementasikan oleh empat badan PBB: International Labour Organization (ILO), UN Development Programme (UNDP), Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) dan UN Refugee Agency (UNHCR). Proyek ini bertujuan membantu kelompok rentan dalam pengembangan keterampilan, pekerjaan, dan kewirausahaan.

Suarise Indonesia

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan.

Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

Tak hanya itu, Suarise juga memprakarsai a11yID, komunitas Indonesia pertama untuk orang-orang dengan latar belakang teknologi yang ingin mengeksplorasi lebih banyak tentang aksesibilitas digital.

DNetwork – Jaringan Kerja Disabilitas

DNetwork adalah organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 2013 yang bertujuan untuk mendukung pemberdayaan ekonomi penyandang disabilitas di Indonesia melalui kesempatan kerja. DNetwork juga mendukung upaya perusahaan dalam menciptakan tenaga kerja yang inklusif yang menyertakan penyandang disabilitas.

DNetwork menyediakan dua layanan utama yang diperuntukkan bagi pencari kerja disabilitas, dan bagi perusahaan yang akan merekrut pekerja. Bagi para pencari kerja, DNetwork memberikan informasi kerja, pelatihan keterampilan dan profesionalisme untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan para pencari kerja, serta konsultasi pengembangan pribadi dan karir sesuai dengan minat dan kemampuan

Kemudian, bagi perusahaan, DNetwork membuka lowongan kerja untuk penyandang disabilitas, menyediakan konsultasi tentang bekerja dengan para penyandang disabilitas sebagai bagian dari persiapan perusahaan untuk bekerja dengan para penyandang disabilitas, serta melakukan diskusi dan pendampingan proses rekrutmen berdasarkan permintaan perusahaan dan ketersediaan Tim DNetwork.

3. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)

Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO adalah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang terus berupaya mendorong terciptanya peluang bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif secara bebas, adil, aman dan bermartabat. Tujuan utama ILO adalah mempromosikan hak-hak di tempat kerja, mendorong terciptanya peluang kerja yang layak, meningkatkan perlindungan sosial serta memperkuat dialog untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan dunia kerja.

Kontak Suarise:

Iin Kurniati
Public Relations Suarise
Telepon: +62 856-9774-2381
Email: [email protected]
Website: http://suarise.com

Kontak DNetwork:

Prima Ayu Lestari
Project Manager DNetwork
Telepon: +62 812-2572-0718
Email: [email protected]
Website: http://dnetwork.net

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
seseorang berdiri merentangkan tangan di atas gunung menghadap matahari

Lapangan Kerja Disabilitas Tak (Lagi) Terbatas

2560 1706 Iin Kurniati

Pandemi pada satu sisi berdampak bagi kehidupan, tetapi disisi lain memberi peluang bagi siapapun yang ingin bertahan. Pergeseran transformasi digital menjadi kunci tatanan kenormalan baru, salah satunya terbukanya lapangan kerja disabilitas yang tak lagi terbatas ruang dan waktu.

Baca Strategi Masa Pandemi, Mengubah Tantangan Jadi Peluang!

Maraknya perkembangan digital mendorong brand adu kreatif dalam strategi pemasaran, khususnya dalam memengaruhi konsumen dan membentuk image di mata publik. Konten menjadi salah satu hal penting dalam setiap bentuk persuasi dan promosi digital masa kini. 

Oleh karenanya, perumusan konten bukan perkara mudah, butuh strategi jitu agar sesuai dengan tujuan, sasaran komunikan, hingga karakter brand yang ingin ditampilkan.

Salah satu upaya untuk menciptakan konten yang kuat yakni melalui peningkatan skill penulisan konten digital atau lebih dikenal dengan istilah digital content writing training. Pelatihan yang fokus membuat konten yang bersifat menjual, story telling, terbaca di kanal pencarian (SEO optimized) akan bernilai lebih. 

Penulisan konten digital ini juga dapat menjadi salah satu pilihan lapangan kerja disabilitas yang bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja selama terhubung dengan koneksi internet. Lalu, dimana bisa memulai pelatihan penulisan konten digital?

Pelatihan Penulisan Konten Digital bagi Disabilitas Netra

Suarise merupakan lembaga independen yang memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital sejak 2017. Berdirinya Suarise bertujuan untuk mengembangkan talent dan profesi disabilitas, khususnya tunanetra agar dapat bekerja secara independen maupun bekerja sebagai tenaga tetap perusahaan.

Suarise memberikan pelatihan penulisan konten digital yang komprehensif, tidak hanya fokus pada hard skill tetapi juga pada soft skill para talents. Suarise akan memaparkan dinamika kerja dalam dunia pemasaran digital, sehingga peserta mampu menjadi talent yang berkompeten, baik sebagai pekerja lepas (freelancer), ataupun karyawan dan bagian tim suatu perusahaan/industri kreatif/lembaga/institusi. 

Suarise, Usaha Sosial Siap Bersaing Global

Beasiswa Bagi Peserta Berkomitmen Tinggi

Dalam menyukseskan program ini, Suarise tidak bisa bekerja sendiri. Suarise membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak untuk membuka peluang lapangan kerja disabilitas pasca pelatihan. Suarise bekerja sama dengan DNetwork-Jaringan Kerja Disabilitas, sebuah platform online yang menghubungkan para pencari kerja disabilitas dengan perusahaan maupun institusi yang berkomitmen mempekerjakan disabilitas. 

Dalam kerja sama ini, DNetwork berperan untuk mencari talenta terbaik yang sesuai menjadi peserta training serta memberikan beasiswa bagi peserta berprestasi. Tak berhenti sampai disitu, DNetwork akan turut andil dalam usaha penempatan kerja para peserta training yang telah lulus dengan melakukan pendekatan kepada perusahaan maupun brand yang membutuhkan skill pada lulusan content digital writing training. Lantas, apa saja jenis lapangan kerja disabilitas yang terbuka dari peningkatan kapasitas penulisan konten digital?

Lima Prospek Lapangan Kerja Disabilitas

Industri digital marketing menjanjikan beragam jenis profesi, termasuk yang fokus pada penulisan konten digital. Pada era transformasi digital, prospek lapangan kerja ini dapat dilakukan oleh teman-teman disabilitas yang memiliki kemampuan menulis konten digital.

  1. Content Strategist

Pekerjaan seorang content strategist berkaitan erat dengan proses digital marketing. Content strategist adalah profesi yang bertanggung jawab untuk menentukan kebutuhan konten, hingga memilih platform untuk mendistribusikan konten tersebut. Salah satu tugas dari seorang content strategist adalah membuat spesifikasi dan konten yang sesuai untuk target pasar dari sebuah brand.

  1. Social media strategist

Seorang social media strategist bertanggung jawab dalam menyusun strategi perencanaan untuk meningkatkan performa media sosial yang ditangani. Kegiatan yang dilakukan diantaranya mengidentifikasi audiens, membuat kampanye digital, melakukan riset, dan menyusun taktik yang akan dilakukan brand.

  1. Social Media Admin

Social media admin merupakan seseorang yang berada dibalik akun media sosial sebuah brand/perusahaan/institusi dan bertugas merancang konten tulisan, mengunggahnya, sampai dengan merespon setiap komentar yang masuk melalui akun media sosial yang dipegang.

  1. Copywriter

Copywriting adalah aktivitas atau pekerjaan menulis teks iklan atau materi publisitas. Teks iklan atau konten yang dibuat oleh copywriter menuntut kreativitas dan harus bisa menjual. Oleh sebab itu, kekuatan utama dan dasar fundamental dalam pekerjaan ini adalah membuat copy (kata-kata).

  1. Digital Content Writer

Last but not least, content writer agak sedikit berbeda dengan copywriter. Seorang content writer biasanya menulis dengan riset mengenai isu dan tema yang menghasilkan sebuah artikel, sedangkan tulisan copywriter biasanya diperuntukkan untuk kegiatan komersil. 

 

Anda Difabel Netra? Ayo Daftar Pelatihan Penulisan Konten Digital Suarise Batch 3

Bisa mengikuti pelatihan penulisan konten digital hingga diberi penawaran untuk mengerjakan project bahkan penempatan kerja, menarik, bukan? Jadi, jika kamu difabel Netra dan tertarik untuk mengikuti content digital writing training Suarise Batch 3, masih ada waktu satu minggu untuk kamu daftar lho!

 

Tautan Penting!

Prospektus pelatihan Digital Content Writing Batch 3

Formulir Pendaftaran Suarise Batch 3 Format Microsoft Word 

Formulir Pendaftaran Suarise Batch 3 Format Google Form

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Logo Kotex She Can Fund Indonesia

Suarise Memenangkan Kotex #SheCan Fund Indonesia

1920 1080 suarise

Beberapa waktu lalu, Rahma Utami, founder dari Suarise, mengikutsertakan diri dalam acara Kotex #SheCan Fund Indonesia untuk mendapatkan dana bantuan untuk mengembangkan gerakan inklusivitas di digital bagi penyandang disabiiltas.

Suarise ingin mendobrak stigma bahwa penyandang disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision tidak bisa berkarya di dunia digital. Oleh karena itu, Suarise berkomitmen menyelenggarakan pendidikan inklusi dan memperluas aksesibilitas digital di tanah air.

Kotex #SheCan Fund Indonesia

Selain Suarise, ada empat gerakan lain yang menjadi pemenang Kotex #SheCanFund Indonesia periode pertama, yaitu:

Melalui dana yang didapatkan dari Kotex #SheCan Fund, Suarise akan menyebarkanluaskan kesadartahuan, pengetahuan, dan pemahaman tentang potensi tunanetra untuk bekerja di sektor digital, meningkatkan peluang mereka direkrut, dan menyebarkan pengetahuan bagaimana membuat konten di website dan aplikasi ramah difabel.

Suarise akan terus mewujudkan mimpi agar seluruh platform digital #BisaDiakses. Kami percaya, aksesibilitas tidak hanya diperuntukkan bagi disabilitas, termasuk tunanetra dan low vision, tetapi juga diperuntukkan bagi masyarakat awas.

Kotex #SheCan Fund Indonesia terbuka bagi perempuan pendobrak dan penggerak di seluruh Indonesia. Untuk mendaftarkan gerakan #CewekKotexBisa untuk bisa mendapatkan pendanaan, kunjungi website Kotex #SheCan Fund.

Semoga berhasil!

#perlindungantotalantibakteri

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
gambar troli di tengah rak supermarket

Rekomendasi Aplikasi Belanja Minimarket Online Untuk Tunanetra

3024 4032 suarise

Teknologi pembaca layar pada smartphone saat ini memudahkan tunanetra untuk melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Mulai dari memesan makanan siap santap hingga kebutuhan transportasi, semua  bisa dilakukan secara online. Begitu pun dengan bahan makanan dan belanja bulanan lainnya, tunanetra juga bisa memesan secara mandiri salah satunya melalui aplikasi minimarket online. 

Sayangnya, tidak semua aplikasi minimarket online tersebut bisa diakses dan nyaman untuk digunakan oleh pengguna tunanetra. Lalu, dari sekian banyak aplikasi yang beredar, mana yang merupakan aplikasi belanja supermarket online yang bisa diakses oleh tunanetra?

Nah, kali ini gue akan mencoba untuk mengulas beberapa aplikasi minimarket online dari sudut pandang pengguna tunanetra. Sebagai catatan, perangkat yang digunakan pada review ini adalah iPhone 7 Plus dengan sistem operasi iOS 13.4.1. Sementara untuk pembaca layar yang digunakan adalah VoiceOver yang merupakan pembaca layer bawaan dari iPhone.

Baca Juga Cara Mengaktifkan Pembaca Layar Voice Over di iPhone/iPad

Dari semua aplikasi belanja minimarket online yang ada, gue pilih dua aplikasi yang menurut gue paling populer dan memiliki jumlah gerai terbanyak di Indonesia. Kedua aplikasi tersebut adalah AlfaGift dari Alfamart dan KlikIndomaret dari Indomaret. 

Bagaimana hasilnya ya? Apakah keduanya cukup mudah diakses dan nyaman digunakan oleh tunanetra? Yuk, simak review aplikasi belanja minimarket online ala tunanetra berikut ini!

Gambar troli belanja

Mana yang lebih mudah diakses tunanetra: Alfamart atau Indomart?

AlfaGift, Versi 4.0.14, Minimarket Online dari Alfamart

Pertama membuka aplikasi AlfaGift, semua informasi di halaman utama dapat terbaca dengan cukup jelas oleh VoiceOver. Begitu pun untuk kelima tab yang ada di bagian bawah, yaitu  Home, Product, Basket, Promo, dan More, semuanya terbaca dengan jelas.

Setelah melakukan sedikit screening, gue langsung saja mencoba untuk membuat akun agar dapat melakukan pembelian. Proses pembuatan akun cukup mudah. Berikutnya, gue coba memilih tombol Shop Now dan melakukan pencarian barang yang dibutuhkan dengan menekan tombol Search, kemudian mengetikkan nama barang yang dicari. Hasilnya, VoiceOver dapat membacakan dengan jelas semua produk yang muncul pada hasil pencarian. Tak hanya terbaca, proses pemilihan barang dan jumlah yang diinginkan pun dapat dilakukan dengan mudah. Namun entah kenapa, beberapa kali tombol Back untuk kembali ke halaman sebelumnya setelah melakukan pencarian sempat tidak terbaca. Tidak selalu, hanya beberapa kali saja gue mengalami hal ini. 

Lanjut ke tahap berikutnya, yaitu untuk pengisian alamat dan cara pembayaran. Tidak ada masalah untuk pemilihan cara pembayaran, walaupun interface-nya agak membingungkan untuk pembaca layar.

Masalah muncul ketika melakukan pengisian alamat. Untuk pengisian berupa text seperti Label, Alamat Lengkap, dll sebenarnya tidak ada masalah. Masalahnya, aplikasi AlfaGift mengharuskan pengguna untuk melakukan pointing atau menempatkan pin di titik alamat, yang mana ini tidak mungkin dilakukan oleh pembaca layar. Pada tahap ini gue terpaksa meminta bantuan orang awas (non-tunanetra) untuk menempatkan pin pada alamat yang sesuai. Setelah masalah pin ini selesai dan data alamat tersimpan, gue bisa dengan mudah menggunakan aplikasi AlfaGift untuk melakukan pemesanan berikutnya. 

Baca juga tulisan Reza Akbar (Ega) lainnya di sini

KlikIndomaret, Versi 2003100, Minimarket Online dari Indomaret

Pertama membuka aplikasi KlikIndomaret, perasaan gue langsung tidak enak. VoiceOver langsung membacakan semua informasi yang tampil pada layer tanpa bisa dikendalikan, dan hal ini bukanlah pertanda baik. Benar saja, setelah mencoba berbagai cara, gue tetap tidak bisa melakukan apa-apa pada aplikasi KlikIndomaret ini.

Testing Langsung belanja online bareng Tunanetra

Kesimpulan

Setelah membandingkan aplikasi AlfaGift dengan KlikIndomaret, gue menobatkan aplikasi AlfaGift sebagai aplikasi belanja supermarket online yang lebih bisa diakses untuk tunanetra. Walaupun ada sedikit masalah, tapi menurut gue masalah tersebut termasuk kategori minor yang masih bisa ditoleransi. Sementara untuk KlikIndomaret, sama sekali tidak dapat digunakan oleh pengguna tunanetra.

Dengan adanya review ini, gue berharap dapat membuka mata para pengembang aplikasi bahwa selalu ada kemungkinan aplikasi buatan mereka akan digunakan oleh tunanetra. Untuk itu, ada baiknya pengembang aplikasi mengetahui dan mempelajari bagaimana pembuatan aplikasi yang bisa diakses dengan pembaca layar agar dapat bermanfaat untuk teman-teman tunanetra. 

Baca dan tonton juga Aksesibilitas Aplikasi Ojek Online.

Nah, sekian review aplikasi belanja supermarket online ala tunanetra. Suka dengan review ini? Jangan lupa share review dan informasi ini ke teman, sahabat, dan keluarga kalian, ya!

Ditulis oleh Moh. Reza Akbar Ardiansah, VIP Talent Suarise

Cek tulisan Ega dan content writer tunanetra lainnya di talents.suarise.com

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
ilustrasi pria memegang kartu prakerja

Situs Kartu Prakerja, Apakah Aksesibel Bagi Tunanetra?

1181 949 Juwita Maulida

Sejak 11 April 2020, pemerintah telah meluncurkan Program Kartu Prakerja. Dikutip dari situs resminya, Program Kartu Prakerja merupakan bantuan biaya pelatihan bagi masyarakat Indonesia yang ingin memiliki atau meningkatkan keterampilannya. Di tengah dampak ekonomi imbas COVID-19, program ini menjadi harapan bagi mereka yang  kehilangan pekerjaan, tak terkecuali penyandang tunanetra. 

Apakah situs Kartu Prakerja aksesibel untuk penyandang tunanetra? Yuk cari tahu lebih lanjut di ulasan berikut!

Langkah Pertama – Pembuatan Akun Kartu Prakerja

Langkah awal saat kita ingin mengakses Program Kartu Prakerja adalah membuat akun. Pertama, kunjungi website Program Kartu Prakerja, dan cari tautan “daftar sekarang. Kemudian kita harus mengisi alamat email dan password. Selanjutnya, kita wajib mencentang persetujuan kebijakan privasi serta syarat dan ketentuan, sebelum menekan tombol “daftar”. 

Pada tahap ini, penyandang tunanetra dapat mendaftar secara mandiri menggunakan perangkat laptop atau ponsel pintar yang dilengkapi software pembaca layar. Form pengisiannya pun cukup sederhana dan bisa diakses untuk pembaca layar. Sebagai catatan, ketika kita telah menekan tombol “daftar”, server akan mengirimkan email untuk melakukan verifikasi. Cara ini juga lebih mudah dibandingkan jika penyandang tunanetra harus mengisi kode verifikasi yang kadang berbentuk gambar atau grafik.

Baca juga tulisan Juwita lainnya di sini

Langkah Kedua – Verifikasi KTP

Tahap berikutnya adalah verifikasi KTP. Terdapat  dua kolom pengisian yang harus diisi, yaitu kolom nik KTP dan tanggal lahir. Untuk verifikasi KTP, kita harus memasukkan 16 digit angka NIK. Sedangkan untuk tanggal lahir, kita bisa mengedit tanggal yang tertera pada kolom. Misal  “13-10-1988”. Setelah kita mengetikkan tanggal lahir, akan muncul beberapa pilihan yang harus kita “enter”. Misalnya “Kamis, 13 oktober 1988”. 

Untuk verifikasi KTP pada Program Kartu Prakerja, sebaiknya dilakukan menggunakan perangkat komputer. Berdasarkan pengalaman pribadi, sering terjadi kesalahan saat memilih tanggal lahir ketika menggunakan smartphone. Misalnya, ketika sudah memilih opsi “Kamis, 13 Oktober 1988,” justru yang tercantum “Rabu, 12 Oktober 1988”, sehingga muncul keterangan “data tidak valid”. Namun, saat menggunakan laptop, navigasi dan pemilihan tanggal lahir lebih aksesibel bagi tunanetra. 

 

Langkah Ketiga – Melengkapi Data Diri

Pada tahap ini, penyandang tunanetra mulai menemukan tantangan aksesibilitas pada website Program Kartu Prakerja. Langkah ketiga berkaitan dengan melengkapi data diri. Mulai dari nama lengkap dan alamat sesuai KTP atau alamat domisili. Di bagian form kedua terdapat kolom tentang jenis kelamin, status bekerja, pendidikan terakhir, dan topik pelatihan yang diminati. Secara visual, kedua form ini terbagi menjadi bagian sebelah kiri dan kanan layar. Hal inilah yang menjadikan pengisian form ini kurang aksesibel bagi tunanetra. 

Ketika mencapai akhir form bagian pertama, penyandang tunanetra tidak bisa langsung bernavigasi pada form bagian kedua. Untuk berpindah ke bagian kanan layar, kita harus mengarahkan kursor menggunakan touchpad, baru kemudian dapat bernavigasi dengan tombol “tab”. Untuk diketahui, penyandang tunanetra yang mengoperasikan perangkat komputer yang dilengkapi screen reader selalu bernavigasi dengan tombol-tombol pada keyboard , alih-alih touchpad atau mouse. Di samping kendala bernavigasi, ketika kita berpindah dengan tombol “tab” pada setiap kolom pengisian, title kolom tersebut tidak diberikan keterangan, sehingga kita tidak dapat mengetahui sedang berada pada kolom pengisian dengan judul apa.

Berikutnya, kegiatan mengunggah foto KTP dan swa-foto bersama KTP. Kegiatan ini ternyata cukup merepotkan bagi penyandang tunanetra. dalam pengambilan foto, mereka harus dibantu oleh orang awas. Belum lagi menentukan ukuran foto yang harus disesuaikan, yaitu maksimal 2 mb. Lalu ditambah dengan usaha mengunggah foto yang seringnya tidak berhasil pada percobaan pertama. Sebagai trik, ketika akan mengunggah foto yang telah disesuaikan ukuran file-nya, cobalah mengirimkannya ke WhatsApp, karena dengan mengirimkannya melalui WhatsApp, biasanya ukuran foto akan diperkecil secara otomatis. Berdasarkan pengalaman pribadi, cara ini berhasil dilakukan.

Langkah Keempat – Verifikasi Nomor Handphone

ilustrasi tangan seseorang memegang handphone

Tahap keempat program kartu prakerja dengan verifikasi nomor handphone

Di tahap ini, kita harus mengisi nomor handphone yang aktif. Setelah mengisi pada kolom nomor HP, kita bisa menekan link “kirimkan kode verifikasi”. SMS kode verifikasi akan dikirimkan ke nomor HP yang kita cantumkan dan kemudian kita bisa mengetikkan 6 digit angka di kolom kode verifikasi pada laman Kartu Prakerja. Kode verifikasi yang dikirimkan melalui SMS tersebut, memiliki batas waktu penggunaan selama 15 menit. 

Untuk pengisian verifikasi nomor HP dapat dilakukan secara mandiri oleh penyandang tunanetra. Dengan menggunakan perangkat laptop atau smartphone yang telah di-install software pembaca layar, tahap ini cukup aksesibel bagi tunanetra sama seperti pembuatan akun dan verifikasi KTP.

Langkah Kelima – Mengerjakan Tes

Tahap kelima pada Program Kartu Prakerja adalah mengerjakan tes. Tes ini terdiri dari 18 soal pilihan ganda dengan komposisi tes motivasi diri dan kemampuan dasar. Waktu pengerjaannya adalah 25 menit.

Dari segi aksesibilitas untuk penyandang tunanetra, banyak yang perlu dikoreksi dari tahap kelima program kartu prakerja ini. Pertama, terdapat soal-soal tes yang menyertakan keterangan tabel atau diagram batang. Soal-soal tersebut tidak terbaca oleh screen reader, sehingga penyandang tunanetra harus didampingi orang awas selama mengerjakan tes. 

Kedua, ketika kita memilih opsi jawaban dengan mencentang checkbox, kata “uncheck” pada kotak centang tidak berubah menjadi “check”. Padahal secara visual, jawaban yang kita pilih telah tercentang. Hal serupa juga terjadi pada bagian atas layar yang mencantumkan link-link urutan soal nomor 1 hingga 18. Fungsi link-link tersebut adalah untuk bernavigasi dan memberikan keterangan soal-soal yang sudah atau belum dikerjakan. Secara visual, link soal yang telah dikerjakan akan tercentang. Akan tetapi, lagi-lagi screen reader tidak membacakan tanda centang pada soal-soal tersebut, sehingga bagian ini juga tidak aksesibel bagi tunanetra. 

Poin terakhir adalah tidak adanya “heading” pada tampilan soal. Jika bernavigasi dengan screen reader, bagian paling atas adalah link-link soal, kemudian tampilan soal yang sedang dikerjakan beserta opsi jawabannya. Jika penyandang tunanetra menelusuri dari bagian atas tampilan ini, mereka harus melewati 18 baris link soal untuk menuju soal yang sedang dikerjakan. Dengan adanya “heading” pada soal yang sedang dikerjakan, maka penyandang tunanetra bisa melewati link-link soal dan langsung lompat ke soal yang akan dikerjakan.

Mendapatkan pekerjaan dan mengakses program pemerintah seperti Kartu Prakerja merupakan hak semua WNI, termasuk penyandang tunanetra. Oleh karenanya, segi aksesibilitas pada website program ini dan berbagai situs layanan publik lainnya wajib dipenuhi. Dengan adanya website layanan publik yang bisa diakses bagi tunanetra, maka diharapkan mereka juga mendapatkan akses informasi yang layak. Semoga hal ini bisa menjadi perhatian bagi pemerintah di masa mendatang.

 

Ditulis oleh Juwita Maulida, VIP Talent Suarise

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
gambar pria menggunakan laptop

5 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Cara Tunanetra Mengakses Internet

5029 3353 Juwita Maulida

Kemajuan pesat di bidang teknologi informasi merupakan salah satu pendukung kemandirian bagi VIP (visually impaired people) atau biasa dikenal dengan penyandang tunanetra. Selain komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak pembaca layar, internet juga menjadi kecanggihan teknologi yang dapat membantu VIP dalam kehidupannya sehari-hari. 

Dengan mengakses internet, penyandang tunanetra dapat melakukan berbagai hal secara mandiri, seperti membaca berita online, menonton video di Youtube, dan berjejaring sosial. Namun, yang menjadi pertanyaan, bagaimana cara penyandang tunanetra mengakses internet? Bukankah VIP memiliki hambatan penglihatan sehingga tidak dapat menatap layar komputer, laptop atau smartphone? Berikut penjelasannya.

Ilustrasi laptop dan smartphone

Cara tunanetra mengakses internet lewat laptop dan smartphone adalah dengan menggunakan pembaca layar

 

1. Siapkan Perangkat Pendukung.

Agar VIP dapat mengakses internet, tentu diperlukan perangkat seperti komputer atau laptop. Tak hanya kedua perangkat tersebut. Ponsel pintar pun kini dapat dimanfaatkan VIP untuk mengakses internet. Pertanyaan selanjutnya, apakah diperlukan komputer, laptop atau smartphone khusus bagi penyandang tunanetra? Umumnya orang awam mengira bahwa perangkat yang digunakan VIP merupakan yang diciptakan khusus untuk mereka. Pendapat ini keliru, karena yang digunakan adalah perangkat yang sama dengan yang digunakan orang-orang umumnya, yang bisa dibeli di toko gawai biasa. Lalu, di mana letak perbedaannya? Cek poin berikut ini!

2. Software Pembaca Layar

Software pembaca layar atau screen reader inilah yang membedakan komputer dan laptop  yang digunakan oleh VIP dengan orang non-tunanetra/awas. Software pembaca layar ini bekerja dengan membacakan semua teks yang terpampang di layar perangkat. Jadi, meskipun VIP tak dapat melihat, mereka hanya perlu mendengarkan screen reader membacakan apa yang tertera di layar perangkat. Saat ini ada dua jenis software pembaca layar yang sering digunakan penyandang tunanetra di Indonesia, yakni JAWS (berbayar) dan NVDA (tidak berbayar). Keduanya dapat dipasang pada perangkat komputer dan laptop dengan sistem operasi Windows. Sedangkan untuk smartphone, pembaca layar telah tersedia tanpa perlu di-install. Para VIP pengguna smartphone hanya perlu mengaktifkannya di menu setting atau accessibility. Sebagai informasi, software pembaca layar pada Andorid disebut Talkback, sedangkan untuk perangkat Apple dikenal dengan nama Voice Over. Dengan bantuan piranti lunak pembaca layar, para VIP bisa mengakses internet, bekerja, atau meng-update status di akun media sosial.

Contoh penggunaan Google Forms dengan Pembaca Layar

Tonton juga: Tunanetra pesan ojol, mana yang lebih mudah diakses?

3. Keyboard untuk Bernavigasi

Ketika mengoperasikan komputer atau laptop, umumnya orang akan menggunakan mouse atau touchpad. Hal ini tidak berlaku bagi VIP. Alih-alih menggunakan mouse untuk bernavigasi mengakses dunia internet, penyandang tunanetra menggunakan keyboard komputer. Karena keterbatasan penglihatan, tentu saja sulit bagi seorang tunanetra untuk menentukan letak kursor dan mengeklik menu yang diinginkan. Keyboard pada komputer atau laptop menjadi solusi bagi para VIP untuk menjelajahi halaman-halaman di internet. 

Tonton juga: #KamisKeyboard Website Lowongan Kerja ini Belum Akses bagi Tunanetra!

Lalu, bagaimana dengan layar sentuh pada smartphone? Pada dasarnya navigasi pada smartphone tidak jauh berbeda antara pengguna yang tunanetra dan orang awas. Poin penting yang membedakan adalah konsep “double tap” atau ketuk dua kali untuk membuka menu dan fokus pembaca layar hanya pada  satu menu yang ditunjukkan kursor. Untuk mengetik, rata-rata VIP yang mahir mengoperasikan komputer, laptop dan smartphone telah menghafal letak dan susunan keyboard. Di samping itu, untuk menguasai navigasi keyboard ini, VIP biasanya harus mengikuti kursus komputer bicara atau mengetik sepuluh jari terlebih dahulu.

seorang pria tunanetra mengakses Google Form di depan laptop

Peserta Suarise tengah mengisi Post Test menggunakan Google Form (Doc. Suarise)

4. Shortcut Untuk Menjelajahi Internet

Setelah ketiga poin sebelumnya terpenuhi, ada tantangan berikutnya yang harus ditaklukkan oleh VIP, yaitu menjelajahi internet. Jika orang awas dapat melihat halaman di internet pada satu layar penuh dan kemudian menggerakkan kursor menuju link yang diinginkan, tidak begitu halnya dengan VIP. Mereka harus sabar menelusuri satu per satu heading, content, dan link-link untuk mendapatkan informasi yang dicari. Tentu saja ini cukup memakan waktu. Oleh karenanya, software pembaca layar memiliki shortcut atau jalan pintas yang bisa dihafalkan oleh VIP agar memudahkan penelusuran halaman internet. Beruntung, menu shortcut pada screen reader hampir serupa satu sama lain, jadi memungkinkan semua tunanetra mengoperasikan perangkat komputer berganti-ganti tanpa harus mempelajari ulang cara penggunaannya. Contoh shortcut yang sering digunakan VIP untuk menelusuri halaman di internet adalah tombol “h” untuk berpindah antar judul (heading), huruf “b” untuk menuju ke menu button, huruf “e” untuk mencari kolom pencarian dan huruf “k” untuk menelusuri link.

5. Keterbatasan Mengenali Gambar

Kecanggihan teknologi memang dapat membuat VIP mengakses internet secara mandiri, tetapi tetap saja ada beberapa hal yang masih terbatas untuk diakses penyandang tunanetra, seperti mengenali grafik, foto, dan gambar. Kemampuan screen reader saat ini hanya dapat membacakan informasi berbentuk teks. Hal ini membuat para VIP tetap harus bertanya pada orang non-tunanetra untuk mengetahui gambar apa yang ada pada halaman yang sedang dibacanya. Untungnya, ada fitur alt-text yang membantu penyandang tunanetra memahami konteks pada gambar. Fitur ini berfungsi memberikan deskripsi tentang gambar terkait. Fitur teks alternatif ini telah tersedia pada beberapa media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter. Untuk halaman web di internet pun, keterangan gambar juga dapat ditambahkan ketika sebelum diunggah.

Baca juga Cara Mengaktifkan Pembaca Layar di Iphone/iPad

Nah, demikianlah penjelasan singkat tentang bagaimana penyandang tunanetra atau VIP dapat mengoperasikan komputer dan mengakses internet. Pesatnya kemajuan teknologi telah memberikan banyak  kemudahan bagi setiap orang, tak terkecuali mereka yang memiliki keterbatasan penglihatan. Penguasaan teknologi tersebut juga menjadikan para penyandang tunanetra lebih mandiri, produktif dan mampu bekerja layaknya orang non-tunanetra.

 

Ditulis oleh Juwita Maulida Rahmawati, VIP Talent Suarise

Cek portfolio tulisan Juwita di talents.suarise.com

 

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Kesetaraan Hak bagi Tunanetra

150 150 Iin Kurniati
tunenetra menggunakan smartphone untuk tentukan arah jalan

Seorang tunanetra memanfaatkan smartphone dalam kehidupannya

Tidak ada manusia yang sempurna baik secara fisik maupun kemampuan. Dalam setiap kekurangan, pasti ada kelebihan di dalamnya, termasuk bagi teman-teman tunanetra. Hal ini pula yang menjadikan tunanetra memiliki kesetaraan hak di bidang hukum serta berbagai sendi kehidupan lainnya. Kesetaraan ini juga meliputi hak mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak serta dalam berekspresi, berkomunikasi, serta memperoleh informasi di era digital.

Berdasarkan data Susenas seperti dikutip dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan tahun 2014, tunanetra merupakan jenis disabilitas terbesar di Indonesia. Sekitar 29,63% dari total distribusi penyandang disabilitas ialah tunanetra. Total penyandang disabilitas di Indonesia sendiri mencapai 2.45% dari total penduduk di Indonesia.

Kesetaraan tunanetra di mata hukum

Secara internasional, kesetaraan hak disabilitas, termasuk tunanetra diatur dalam konvensi PBB yaitu Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD). Sejak dirumuskan tahun 2006 Indonesia baru resmi menandatanganinya setahun kemudian. Indonesia sendiri menjadi negara ke-9 yang menandatangani konvensi ini diantara 82 negara pada tahun 2007. Namun Indonesia baru meratifikasi CRPD empat tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2011.

CRPD menjelaskan prinsip dasar dan sikap yang seharusnya dilakukan terhadap penyandang disabilitas. Prinsip dan sikap tersebut yaitu menghormati martabat manusia dengan keterbatasan yang dimiliki, dan bersikap non-diskriminasi. Selanjutnya, menerima dan memberi kesempatan kaum difabel untuk berpartisipasi dalam masyarakat, dan kesetaraan hak di lingkungan masyarakat. Berikutnya terkait permasalahan hak pendidikan dan pekerjaan secara internasional diatur dalam International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR). Sebagai informasi, konvensi yang dirumuskan pada tahun 1966 ini baru diratifikasi Indonesia tahun 2006 silam.

Di Indonesia, sendiri kini Kesetaraan hak di bidang hukum bagi Hak-hak kaum difabel, termasuk tunanetra dilindungi dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang Disabilitas. Salah satu diantaranya yakni pada pasal 5 ayat 1 huruf e dan f dinyatakan bahwa penyandang disabilitas memiliki hak pendidikan, pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi.

Dalam regulasi itu, di pasal 53 juga disebutkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah wajib mempekerjakan paling sedikit 2% (dua persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja, Sementara Perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1% (satu persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.

Kesetaraan hak bagi difabel termasuk tunanetra juga disebutkan dalam pasal Pasal 24 Huruf B dalam hak untuk berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi. Kesetaraan hak itu meliputi hak: a) memiliki kebebasan berekspresi dan berpendapat; b) mendapatkan informasi dan berkomunikasi melalui media yang mudah diakses; dan c) menggunakan dan memperoleh fasilitas informasi dan komunikasi berupa bahasa isyarat, braille, dan komunikasi augmentatif dalam interaksi resmi.

 

Tunanetra Jago Digital

Berbagai regulasi itu sejatinya akan memudahkan para penyandang disabilitas, khususnya tunanetra baik dalam hal pendidikan, hingga mendapat pekerjaan. Sayangnya, belum ada data pasti sudah berapa banyak perusahaan maupun instansi pemerintah yang telah merealisasikan kewajiban tersebut.

Aksesibilitas infrastruktur kerap menjadi faktor utama sebuah perusahaan atau instansi pemerintah masih enggan menerima tunanetra sebagai pekerja.. Akibatnya, jenis pekerjaan tunanetra dan penderita low vision terbatas menjadi tukang pijit, admin kantor, teknisi, tukang batu, petani, penjual sapu/kemoceng/pulsa, loper koran, teknisi komputer, montir, penambal ban, dan sejumlah pekerjaan yang jauh dari dunia digital.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat tidak memandang sebelah mata penyandang tuna netra. Inilah saatnya memberikan kesempatan bagi tuna netra ikut serta dalam perkembangan dunia digital. Bila aksesibilitas infrastruktur yang dijadikan alasan tidak menggunakan kemampuan tunanetra, tunanetra yang mandiri akan menjadi satu kelebihan tersendiri bagi para pelaku usaha untuk dapat memanfaatkan kemampuan mereka.

tampilan blog saat menambah post terbaru

Tampilan blog

Salah satu entitas yang berupaya meningkatkan kemampuan tunanetra di bidang digital ialah Suarise. Kami hadir meningkatkan kemampuan dan keterampilan visual impaired people – VIP  (tunanetra dan penyandang low-vision) melalui kecakapan digital, online, dan teknologi dalam bentuk Pelatihan Digital Content Writing.

Pelatihan ini akan membantu menutup kesenjangan keterampilan dengan mendukung pengajaran dan pendidikan mandiri. Pelatihan ini juga bisa meningkatkan fleksibilitas bagi pekerja dan pengusaha dengan mengembangkan sistem kerja yang efisien, dan efektif. Selain itu, bisa memberdayakan peningkatan kualitas hidup VIP dengan mendistribusikan talent untuk proyek/perusahaan yang membutuhkan keterampilan digital spesifik.

Akhirnya, dengan memberikan kepercayaan bagi tunanetra, mereka akan dapat menciptakan lebih banyak karya dan kreativitas khususnya di bidang digital. Pada akhirnya diharapkan terhapus stigma bahwa tuna netra tidak bisa masuk dunia digital. Sebaliknya, tunanetra harus maju, tunanetra juga bisa jago digital bahkan bisa memiliki kesetaraan hak.

 

Ditulis oleh Iin Kurniati, Public Relation untuk Suarise.

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia