accessibility class

dua orang sedang duduk di hadapan para penonton. mc (kiri) memperkenalkan pembicara rahma. Di belakang mereka ada layar bertuliskan Accessibility atau alli class ux untuk disabilitas, egdung algoritma 14 November 2023

Accessibility Class dan Empathy Lab Pop Up Experience Ciptakan Generasi Paham Aksesibilitas Digital

2560 1440 Iin Kurniati

Malang, 15 November 2023 – Suarise bekerja sama dengan Departemen Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (UB) menyelenggarakan Accessibility Class dan Empathy Lab Pop Up Experience (ELP) di Malang. Langkah ini merupakan upaya ciptakan generasi paham aksesibilitas digital.

Tingginya antusiasme para akademisi termasuk para dosen dan mahasiswa dalam komunitas A11yID yang diusung Suarise, membuat Suarise melanjutkan inisiasi edukasi mengenai aksesibilitas digital di level perguruan tinggi. Kegiatan ini pun tidak hanya fokus di Jabodetabek, tetapi kini mulai merambah hingga Jawa Timur.

UX untuk Disabilitas

seorang wanita sedang berdiri di atas panggung memberikan penjelasan di hadapan para mahasiswa. tampak tulisan paparan yang terlibat dan bertanggung jawab dalam membangun ekosistem digital yang inklusif, diantaranya seperti product manager, policy maker, advocate and user, dan educator. Namun yang berperan penting adalah teman-teman mahasiswa UB yang di masa depan nanti akan menjadi developer, ui/ux designer

(Dokumentasi: Rahma utami sedang memberikan penjelasan seputar siapa saja yang berperan penting dalam mewujudkan aksesibilitas digital, 14/11/2023)

Mengusung tema Accessibility Class UX untuk Disabilitas, kegiatan ini penting untuk mengantarkan para mahasiswa ilmu komputer UB menjadi seorang UX designer/researcher yang mampu menciptakan produk digital ramah ragam disabilitas. Rahma Utami, Knowledge and Accessibility Consultant Suarise menjadi dosen tamu yang membekali pengetahuan tentang aksesibilitas digital dalam ranah user experience, mulai dari riset, perencanaan, penerapan, hingga teknik evaluasinya. 

Rahma menekankan keterlibatan berbagai pihak dalam membangun ekosistem digital yang ramah ragam disabilitas. “Ada berbagai pihak yang bertanggung jawab untuk membangun ekosistem digital yang inklusif, diantaranya seperti product manager, policy maker, advocate and user, dan educator. Namun yang berperan penting adalah teman-teman mahasiswa UB yang di masa depan nanti akan menjadi developer, ui/ux designer, dan sebagainya,” ungkapnya.

Dalam hal pemahaman dasar mahasiswa mengenai aksesibilitas digital, Rahma memaparkan bahwa Aksesibilitas digital mengacu pada seberapa dapat digunakannya situs web, aplikasi, atau pengalaman digital lainnya oleh semua pengguna. Hal ini terlepas dari kemampuan atau disabilitas mereka, dengan atau tanpa bantuan teknologi pendukung (assistive technology). Selain itu, mahasiswa juga dijelaskan beberapa hal mengenai prinsip-prinsip dasar dalam aksesibilitas, seperti perceivable, operable, understandable, dan robust.

Wakil Dekan 1 Filkom UB, Dr. Eng Heman Tolle, S.T. M.T. menjelaskan bahwa Prodi Sistem Informasi memiliki keunggulan pada kompetensi User Experience (UX) Specialist yang saat ini semakin banyak dibutuhkan oleh perusahaan yang mengembangkan aplikasi. Aksesibilitas adalah bagian dari User Experience. “Dengan perancangan UX yang berorientasi pada aksesibilitas, penyandang disabilitas dapat menggunakan produk digital dengan mudah dan nyaman, sehingga mereka dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan masyarakat. Kami ingin memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap isu aksesibilitas dalam ranah user experience,” paparnya. 

Disisi lain, Universitas Brawijaya adalah salah satu perguruan tinggi yang berkomitmen mewujudkan pendidikan inklusi. Kami juga menjajaki kerjasama dengan Suarise untuk memperkuat aksesibilitas digital pada layanan pendidikan di Unibraw.

Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience Terbesar Pertama di Indonesia

Penyelenggaraan accessibility class dan empathy lab pop up experience di UB merupakan kegiatan yang pertama di Malang. Kegiatan ini juga menjadi aktivitas ELP berskala besar pertama yang diselenggarakan Suarise di Indonesia. Menyajikan sekitar 50 skenario perkenalan penerapan teknologi bagi disabilitas, Suarise menjembatani kesenjangan pengetahuan mahasiswa tentang interaksi penyandang disabilitas dengan teknologi.

Sebagai salah satu sesi interaktif, Suarise menghadirkan sejumlah aktivitas bagi pengunjung, diantaranya: belajar menambahkan alt teks pada gambar di media sosial, mengaktifkan fitur pembaca layar (screen reader) di smartphone, mencoba fitur aksesibilitas dalam playstation, mencoba mengakses website hanya menggunakan keyboard (tanpa mouse maupun trackpad), mencoba kacamata simulasi tunanetra, dan berbagai aktivitas menarik lainnya.

seorang pria yang duduk didepan laptop sedang menjelaskan kepada dua orang wanita mengenai urgensi aksesibilitas digital

(Dokumentasi: Aktivitas Accessibility Empathy Lab Pop Up Experience di Universitas Brawijaya, Malang, 14/11/2023)

Hanifah Azzahra – Dosen Filkom Universitas Brawijaya menyatakan harapannya pasca mencoba aktivitas Kamis Keyboard, kegiatan mengakses website tanpa menggunakan mouse atau trackpad, melainkan hanya menggunakan keyboard. “Harapan saya agar mahasiswa filkom bisa merasakan tantangan atau kendala yang dihadapi temen disabilitas dalam mengakses teknologi. Sehingga kelak ketika mereka menjadi developer mereka bisa fokus pada aspek aksesibilitas,” ungkapnya. 

Lebih lanjut, menurut Hanifah, acara ini bisa membuka mata para mahasiswa terhadap kendala yang dihadapi disabilitas yang mungkin tidak bisa bayangkan sebelumnya. Baginya, betapa asistif teknologi sangat membantu keseharian teman-teman disabilitas.

Ical seorang peserta mahasiswa, berharap agar Suarise dapat semakin dapat mengedukasi banyak pihak. “Semoga Suarise semakin besar dan memberikan banyak pengetahuan dan manfaat bagi banyak pihak. Jujur aku belajar banyak hal baru dari Suarise yang bisa jadi bekal aku buat berempati sebagai UX designer.”

Seorang volunteer, Nizar mahasiswa Filkom Unibraw menyatakan kesan dan harapannya selama terlibat dalam acara. Nizar mengungkapkan agar acara ini tidak terbatas dilakukan di Filkom Unibraw, tetapi bisa dilaksanakan di fakultas lain. 

“Acara ini sebaiknya bisa diselenggarakan selama dua tiga hari, tidak dilakukan di beberapa universitas saja, mungkin bisa di universitas lain maupun di jurusan lain, Politeknik misalnya. Hal ini karena aksesibilitas penting. Sebagai non disabilitas, acara ini penting untuk memahami (tantangan aksesibilitas) bagi teman disabilitas dan bagaimana asistif teknologi membantu.”

Sebagai informasi, Kegiatan ini berlangsung atas hasil kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satu pihak tersebut adalah Information Society Innovation Fund (ISIF) Asia yang memiliki tujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang penyandang disabilitas. ISIF ASIA merupakan program pendanaan yang memiliki fokus untuk mendukung pengembangan internet dan pencapaian inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia.

Baca: Informasi seputar Accessibility Empaty Lab Pop Up Experience lainnya!

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan. Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision.

ISIF ASIA memberikan dukungan bagi untuk proyek-proyek yang berkontribusi pada pertumbuhan teknologi Internet dan TIK untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Bootcamp, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. ISIF ASIA bertujuan untuk mendukung inisiatif yang menangani masalah terkait Internet seperti akses, keterjangkauan, keamanan dunia maya, privasi online, hak digital, dan pengembangan konten lokal. ISIF ASIA mendorong pendekatan inovatif, kolaborasi, dan pembangunan kapasitas di kawasan. Program ini dilaksanakan oleh Pusat Informasi Jaringan Asia Pasifik (APNIC), sebuah registri Internet regional, dan telah mendukung proyek sejak didirikan pada tahun 2008. Pendanaan dan dukungan yang diberikan oleh ISIF ASIA telah berkontribusi pada berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan. dampak positif pada pengembangan Internet dan inklusi digital di kawasan Asia-Pasifik.

 

 

Kontak Suarise 

Public Relations: [email protected]

www.suarise.com

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia