Tanggal 14 Februari 2018 lalu, tim Suarise berkesempatan mengunjungi Kollaborasi 18, sebuah event yang diselenggarakan Kolla Coworking Space (atau sering juga disebut Kolla Nomad) yang berlokasi di Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Acara ini terbagi menjadi 3 rangkaian hari, yaitu pada tanggal 2, 14 dan 24 Februari 2018.
Apa sih Kollaborasi 18?
Kollaborasi 18 mengangkat isu disabilitas dan bagaimana peran digital dalam proses inklusi dan peningkatan kesejahteraan teman-teman difabel dari berbagai sektor. Acara ini mengangkat berbagai karya dari teman-teman difabel: lukisan, kerajinan tangan, makanan, panggung musik perkusi, bioskop bisik, pelatihan coding, hingga talkshow. Pengunjung juga dapat membeli karya teman-teman diffabel di Pasar Kolla.
Sesi yang tim suarise hadiri adalah Talkshow Inspiratif: Berkarya Tanpa Batas di Era Digital bagi Difabel. Sharing ini di moderatori oleh Kolla Nomad dengan menghadirkan narasumber dengan berbagai latar belakang disabilitas dan skill yang dimiliki, seperti Art Rodhi dan Indra Surya Hutapea yang mewakili teman-teman tuna daksa, serta Nicky Claraentia sebagai perwakilan dari thisable enterpirse. Sharing ini dihadiri berbagai kalangan, baik dari pers, komunitas, dan bisa dibilang seluruh lapisan diffabel, dari tuna netra, tuna daksa, tuna rungu, dan lain-lain.
Selain teman-teman difabel, talkshow Kollaborasi 18 ini juga mengundang CTO dari Tunemap, Mahdan Muqatirullah yang datang langsung dari Bandung sebagai salah satu aplikasi karya anak bangsa yang membantu teman-teman tuna netra untuk berjalan. Pada talkshow ini, masing-masing narasumber berbagi bagaimana awalnya digital membantu mereka untuk berkarya seperti saat ini, hambatan, dan harapan agar kedepannya teman teman difabel semakin berkarya di era digital.
Art Rodhi: Pelukis dan Founder theable art
Sebagai seorang tuna daksa yang baru memulai melukis pada saat masih terbaring di tempat tidur, Rodhi mendapatkan mentor dan bantuan untuk membuat karyanya semakin bagus melalui jejaring Facebook. Melalui sosial media juga, Rodhi akhirnya bisa menjual karya-karya lukisannya dan akhirnya bekerja sama dalam menjual merchandise yang menggunakan lukisan karya Rodhi dan teman-teman difabel lainnya untuk dijual melalui theable art.
Indra Surya Hutapea: SEO Specialist
Indra berprofesi sebagai freelance SEO Specialist karena berbagai kantor menolak untuk menerima dikarenakan kondisi fisiknya yang seorang tuna daksa. Akhirnya, dengan berbekal menjadi member berbagai situs freelance, Indra kini bisa bekerja dari rumah dengan bermodalkan komputer dan internet.
Nicky Claraentia: Head of Business Development Thisable Enterprise
Sebagai Head of BD di thisable Enterprise, Mbak Nicky–begitu dia disapa– juga merupakan penyandang tuna daksa yang menggunakan kaki palsu dalam kesehariannya. Nicky menyatakan bahwa masyarakat luas masih butuh edukasi tentang apa saja lingkup disabilitas–karena seringkali yang dianggap diffabel adalah mereka yang menggunakan kursi roda atau tongkat saja.
Dalam sesi ini juga Nicky menceritakan beberapa keberhasilan thisable dalam mengakomodir kerjasama dengan perusahaan-perusahaan untuk menyerap tenaga kerja diffabel. Salah satunya adalah Go-jek yang menggunakan banyak teman-teman tuna rungu ataupun tuna wicara untuk mitra salah satu produk Go-Jek yaitu Go-Auto.
Tune Map: Peta Bicara Bagi Tuna Netra
Tune map adalah aplikasi ponsel berbasis android yang membantu teman-teman tuna netra menyusuri trotoar dan jalanan pada umumnya. Tune map membantu menginformasikan kondisi trotoar yang seringkali tidak ideal untuk dilalui tuna netra. Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode crowd sourcing dari masyarakat yang menjadi volunteer. Mahdan, CTO Tune map, berbagi proses pembuatan tune map dan bagaimana komunitas berperan penting dalam melengkapi data kondisi trotoar di Bandung.
Menurut teman-teman tuna netra, Tune map sangat intuitif user interfacenya sehingga sangat mudah digunakan. Aplikasi Tune Map ini bisa di unduh di Google Play .
Baca juga: Review User Experience Tune Map Yang Ramah Difabel
Suarise di Kollaborasi 18
Pada talkshow Kollaborasi 18 ini, Suarise sempat memperkenalkan diri sebagai wadah akselerasi kemampuan tuna netra untuk memiliki kemampuan terkait digital content writing. Selain itu, sedikit disinggung pula bagaimana Suarise membantu akses vip (visually impaired people) untuk mendapatkan project terkait skill yang nantinya mereka miliki.
Oiya, Suarise terbuka bagi seluruh tuna netra yang telah memiliki kemampuan mengoperasikan komputer. Mau tahu lebih jauh tentang suarise?
Subscribe update dan beritanya di ____
Follow kami di
- Facebook : facebook.com/suariseID/
- Twitter : @suariseID
Punya pertanyaan atau ingin bekerja sama? Jangan sungkan melayangkan email ke [email protected] atau melalui halaman ini.