GAAD

tangan seseorang memegang smartphone. Di layar hp-nya ada tampilan registrasi aplikasi jkn mobile

Menuju Aksesibilitas Digital melalui Inklusi Sosial bagi Disabilitas

2560 1920 Iin Kurniati

Di era digital saat ini, sejumlah layanan digital pemerintah telah tersedia secara online dalam bentuk website maupun aplikasi mobile. Keberadaan layanan digital ini menjadikan pelayanan pemerintah lebih inklusif sehingga memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi dan melakukan berbagai transaksi tanpa harus datang langsung ke kantor. Layanan-layanan tersebut diantaranya mencakup pengurusan dokumen kependudukan, pembayaran pajak, pendaftaran BPJS Kesehatan, dan lain sebagainya. Melalui adanya platform digital ini, proses administrasi diharapkan menjadi lebih cepat, efisien, dan transparan.

Namun, layanan digital pemerintah yang tersedia tidak sepenuhnya aksesibel bagi semua kalangan, misalnya tidak mudah diakses oleh disabilitas. Belum terdapatnya aksesibilitas digital pada layanan pemerintah tidak hanya disebabkan oleh faktor teknis, tetapi juga dipengaruhi faktor lain, salah satunya inklusi sosial. Temukan penjelasan lebih lanjut tentang inklusi sosial dan kaitannya dengan disabilitas dalam artikel ini!

Baca juga: Be My Eyes: Aplikasi untuk Meminjamkan Mata kepada Tunanetra

Inklusi Sosial dan Hubungan dengan Disabilitas

Inklusi sosial berkaitan erat dengan disabilitas karena disabilitas merupakan salah satu objek dalam inklusi sosial. Menurut laman Bank Dunia, inklusi sosial merupakan proses peningkatan peran individu untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, termasuk peningkatan kemampuan, kesempatan, dan martabat.  

Pada setiap tempat, beberapa kelompok yang dibedakan berdasarkan gender, usia, lokasi, pekerjaan, ras, etnis, agama, status kewarganegaraan, disabilitas, dan orientasi seksual menghadapi  berbagai hambatan. Sejumlah hambatan ini menghalangi mereka untuk berpartisipasi secara penuh maupun sebagian dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Apabila tidak diatasi, hambatan itu akan merugikan kelompok-kelompok tersebut, seperti kesulitan mengakses layanan pemerintah, kesulitan memperoleh pendidikan yang layak, kesulitan dalam menerima informasi, dan lain sebagainya. Tulisan ini fokus membahas hambatan yang dialami oleh teman-teman disabilitas. 

Faktor Penghambat Inklusi Sosial Disabilitas

tampilan layar presentasi narasumber dalam laman zoom, image text: pendekatan regulasi terhadap aksesibilitas digital

Mahali, peneliti dan ahli aksesibilitas Universitas Brawijaya memaparkan pentingnya disability awareness di mata publik, disampaikan pada Diskusi Panel Perayaan GAAD Suarise 2024 (doc. Suarise)

Peneliti dan Ahli Aksesibilitas, Subdirektorat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya dan AIDRAN, Mahalli, dalam acara Diskusi Panel Suarise bertajuk “Jalur Menuju Inklusi Digital: Pendekatan Regulasi terhadap Aksesibilitas” menjelaskan bahwa sebelum membicarakan faktor teknis aksesibilitas digital, penting untuk mewujudkan inklusi sosial terlebih dahulu. Sehingga ketika disability awareness atau kesadaran soal disabilitas pada lingkungan masyarakat tinggi, maka masyarakat baru bisa dikenalkan dengan pedoman aksesibilitas digital. 

Namun, lanjut Mahalli, inklusi sosial di Indonesia belum terlaksana secara ideal. “Kalau di Indonesia keterlibatan disabilitas itu masih kurang di berbagai sektor. Kehidupan sosial kita belum terbuka dengan disabilitas, banyak orang yang masih belum paham dengan kebutuhan disabilitas.” tegas Mahalli. Dari segi penyandang disabilitas, Mahalli juga menyoroti pentingnya disabilitas memahami literasi seputar cara penggunaan teknologi bantu dan aksesibilitas digital untuk mengakses berbagai aplikasi atau website.

Beberapa faktor mengapa inklusi sosial di Indonesia belum berjalan diantaranya disebabkan masyarakat tidak pernah bertemu disabilitas secara langsung, kentalnya stigma, dan asumsi pribadi soal disabilitas.

Tidak Pernah Bertemu Disabilitas Secara Langsung

Faktor pertama adalah mayoritas masyarakat belum pernah bertemu atau berinteraksi dengan disabilitas secara langsung. Beberapa orang pernah bertemu, tetapi untuk keperluan pemberian bantuan untuk disabilitas ataupun program tanggung jawab sosial suatu perusahaan. Kurangnya interaksi ini mengakibatkan sering kali masyarakat merasa heran dan kagum berlebihan saat melihat seorang disabilitas dapat melakukan aktivitas sehari-hari. 

Contohnya saat Putri Ariani, seorang disabilitas netra, salah satu pemenang ajang pencarian bakat menyanyi di Amerika menunjukkan dirinya bisa menggunakan instagram. Masyarakat menganggap kemampuan Putri menggunakan media sosial merupakan sesuatu yang luar biasa. Padahal tunanetra lazim dapat mengoperasikan ponsel pribadinya selama mereka menggunakan pembaca layar atau fitur asistif teknologi lainnya.

Stigma dan Asumsi

Faktor berikutnya adalah kesalahan asumsi dan stigma negatif terhadap disabilitas. Faktor kedua ini berhubungan dengan faktor sebelumnya. Seseorang yang tidak pernah bertemu dengan disabilitas umumnya berasumsi bahwa penyandang disabilitas tidak mampu hidup mandiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Hal ini menimbulkan persepsi bahwa keberadaan disabilitas menjadi beban bagi keluarga dan lingkungan. 

Stigma dan asumsi tersebut juga dipengaruhi oleh representasi disabilitas dalam pemberitaan-pemberitaan pada media nasional. Mayoritas pemberitaan menggambarkan disabilitas sebagai pihak yang pasif. Media juga kerap menekankan bahwa disabilitas merupakan pihak yang rentan dan lemah. Stigma negatif lain yang muncul yakni penyandang disabilitas tidak cerdas dan tidak memiliki kemampuan untuk belajar dan bekerja. Tak jarang penyandang disabilitas sering kali ditolak saat akan mendaftar sekolah maupun perguruan tinggi, tidak mendapat kesempatan kerja yang setara, hingga adanya pembatasan ruang untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial.

Apa Dampak Kurangnya Inklusi Sosial terhadap Disabilitas?

Dampak langsung yang dirasakan disabilitas dari kurangnya inklusi sosial adalah beberapa layanan yang ditujukan untuk mereka dibuat tidak mengakomodasi kebutuhan disabilitas. Beberapa layanan dikembangkan berdasarkan asumsi pribadi tanpa melibatkan disabilitas. Misalnya muncul asumsi bahwa disabilitas memerlukan fitur khusus pada website. 

Saat tulisan ini diterbitkan terdapat sejumlah website dari pemerintah yang menerapkan fitur khusus tersebut. Salah satu website yang memiliki fitur khusus ini adalah website Kementerian Komunikasi via kominfo.go.id. Pada website tersebut ditemukan widget atau overlay aksesibilitas. 

Dalam overlay atau widget ini berisi berbagai pengaturan diantaranya seperti memperbesar font, mengatur kontras warna, dan mengaktifkan pembaca layar. Overlay tersebut juga mengklasifikasikan berbagai pengaturan yang ada menjadi delapan yaitu pengaturan untuk:

  1. gangguan motorik
  2. netra total
  3. buta warna
  4. disleksia
  5. gangguan penglihatan
  6. kognitif dan pembelajaran
  7. kejang dan epilepsi
  8. ADHD.

Apakah Efektif?

Mahalli mengatakan langkah penambahan fitur widget atau overlay dinilai tidak efektif, bahkan malah dapat mengganggu pengguna. Menurutnya, disabilitas tidak pernah menggunakan fitur tersebut sebagai contoh ketika mengaktifkan pilihan netra total, fitur otomatis akan mengaktifkan suara. Padahal disabilitas netra tidak membutuhkan fitur suara karena mereka sudah dapat bernavigasi menggunakan fitur pembaca layar bawaan dari perangkat elektronik seperti laptop atau smartphone masing-masing. Keberadaan fitur aktifkan suara justru dapat membuat bingung, sebab suara dari website akan bertabrakan dengan suara pembaca layar dari perangkat elektronik. 

Contoh lain ketidakefektifan fitur website yang disampaikan Mahalli yakni penggunaan widget untuk disleksia. Saat fitur diaktifkan, widget ini justru akan mengubah jenis font. Padahal dalam praktiknya penyandang disleksia tidak membutuhkan fitur ini. Dalam menggunakan website, disleksia cukup mengatur ukuran spasi tanpa mengubah jenis font.

Baca juga: Cara Mengaktifkan Screen Reader Pada iPhone & iPad

Cara Menciptakan Inklusi Sosial untuk Disabilitas dalam ranah Aksesibilitas Digital

Cara untuk menciptakan inklusi sosial dalam ranah aksesibilitas digital yakni melibatkan disabilitas secara langsung menjadi penguji (disability user testing) saat akan membuat suatu produk digital, seperti website atau aplikasi. Disability user testing merupakan salah satu tahap penting untuk mengetahui apakah suatu produk digital mudah digunakan oleh pengguna disabilitas.

Dalam metode pengujian produk digital, para pengembang aplikasi atau website akan memilih pengguna dari berbagai kalangan untuk mencoba lalu mengidentifikasi pengalaman mereka mengakses produk. Dalam disability user testing, pengguna disabilitas akan mengidentifikasi dan memberikan umpan balik atas masalah aksesibilitas yang ditemukan maupun kemungkinan masalah aksesibilitas yang akan terjadi. 

Kegiatan tersebut bermanfaat untuk mengetahui secara langsung bagaimana pengalaman pengguna sehingga pengembang dapat memperbaiki aplikasi atau website sebelum dirilis untuk umum. Di Indonesia, disability user testing belum terlaksana dengan optimal karena minimnya pengetahuan mengenai hal tersebut.

Disabilitas di Indonesia sebenarnya telah berupaya menginformasikan ke pengembang aplikasi apabila menemukan aplikasi atau website yang tidak aksesibel melalui review di youtube. Cara lain adalah melalui forum atau diskusi akademik seperti yang penulis lakukan bersama Suarise saat menguji aplikasi Peduli Lindungi. Pengujian tersebut menghasilkan temuan beberapa tombol di aplikasi peduli lindungi tidak dapat diklik ketika pembaca layar aktif dan tombol lain tidak berlabel. Namun, menurut pandangan penulis langkah ini tidak sepenuhnya efektif. Hal tersebut dibuktikan pengembang tidak memperbaiki aplikasi atau website-nya. Tentu ini sangat berbanding jauh dari negara lain. 

Dalam acara yang sama, Zidny Ilma Nafia, Research Associate Suarise memaparkan hasil studinya mengenai inklusi sosial di sejumlah negara. Zidny mengungkapkan bahwa di India dan Perancis sudah memiliki jabatan user testing dalam pemerintahan. Beberapa negara, lanjutnya, memungkinkan disabilitas melaporkan dan menuntut pemerintah ke pengadilan ketika mereka menemukan aplikasi yang tidak aksesibel. 

Beberapa negara semisal Amerika Serikat juga menerapkan sistem denda jika pengembang tidak mengikuti pedoman aturan aksesibilitas. “Pinalti atau denda ini diberikan tergantung tingkat keparahan pelanggaran. Di India denda maksimal 95 juta rupiah, bahkan di perancis dendanya bisa mencapai 350 juta rupiah” jelas Zidny.

Pada akhirnya inklusi sosial memang perlu terbentuk terlebih dahulu agar kebijakan dan layanan yang ditujukan untuk disabilitas bisa tepat guna. Pemangku kepentingan perlu memahami aksesibilitas digital sebagai hak bagi disabilitas, bukan sesuatu yang bersifat pilihan. Apa lagi hak disabilitas untuk mengakses informasi secara mandiri telah diatur oleh undang-undang dan konferensi internasional. Masyarakat dan pemerintah perlu melibatkan disabilitas. Begitu juga dengan disabilitas harus terbuka mau menjelaskan ke masyarakat awam cara mereka mengakses teknologi digital.

 

 

*Artikel ini disusun oleh talents content writer tunanetra Suarise, Bayu Aji Firmansyah

Bila tertarik menggunakan jasa content writer talents Suarise, hubungi Project Manager Suarise [email protected]

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Tampilan layar zoom dalam diskusi panel Gaad 2024 dengan moderator rahma utami (kiri atas), JBI (kanan atas), pembicara Zidny (kiri bawah) dan pembicara Mahali (kanan bawah)

Urgensi Regulasi Aksesibilitas Digital dalam Membangun Lingkungan Digital yang Inklusif

1600 1000 Iin Kurniati

Jakarta, 28 Mei 2024 –  Suarise menutup rangkaian Hari Kesadaran Aksesibilitas Global (Global Accessibility Awareness Day – GAAD) Tahun 2024 dalam Diskusi Panel bertajuk Jalur Menuju Inklusi Digital: Pendekatan Regulasi terhadap Aksesibilitas. Melalui serangkaian kampanye digital Tantangan Aksesibilitas, diskusi bersama komunitas disabilitas via media sosial, dan diskusi panel, Suarise meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat khususnya pemerintah mengenai aksesibilitas digital dan urgensi regulasinya dalam membangun lingkungan digital yang inklusif.

Pendekatan Regulasi terhadap Aksesibilitas Digital

Suarise menyelenggarakan Diskusi Panel dalam GAAD 2024 untuk meningkatkan kesadaran lembaga publik mengenai kebijakan dan implementasi penerapan aksesibilitas digital. Kegiatan diikuti oleh ratusan peserta dari perwakilan kehumasan Kementerian/Lembaga, serta perwakilan dinas Kominfo di berbagai daerah di Indonesia ini menyajikan pendekatan regulasi terhadap aksesibilitas digital, termasuk komparasi regulasi aksesibilitas digital dari berbagai negara.

tampilan layar zoom keynote speaker Hasyim Gautama (kiri) bersama Juru bahasa isyarat (kanan).

Hasyim Gautama, Kominfo membuka pelaksanaan Diskusi Panel Suarise dalam Peringatan GAAD Tahun 2024, dok. Suarise

Hasyim Gautama, Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik, Ditjen IKP Kementerian Kominfo dalam keynote speech nya memaparkan bahwa pihaknya selaku regulator telah berupaya meningkatkan kualitas layanan informasi publik yang inklusif. Saat ini Kominfo telah menyusun kebijakan dan standar operasional pedoman layanan informasi dan komunikasi berbasis digital bagi disabilitas. 

Kebijakan tersebut merujuk pedoman yang sudah ada yaitu ISO 40500 dan WCAG (Web Content Accessibility Guidelines). Penyusunan ini melibatkan kolaborasi berbagai pihak seperti Open Government Indonesia dan Suarise. Melalui keberadaan pedoman itu, Kominfo berharap dapat memenuhi hak-hak disabilitas. “Kebijakan ini tentunya (menjadi) kebijakan yang bersifat inklusif. Diharapkan dapat memenuhi hak-hak penyandang disabilitas dalam komunikasi dan memperoleh informasi” tutur Hasyim. 

Selanjutnya, pada sesi presentasi mengenai Aksesibilitas Digital di berbagai Negara, Nur Zidny Ilmanafia, research associate Suarise mengungkapkan bahwa digitalisasi di Indonesia beum efektif. Zidny menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia memiliki ribuan layanan digital berupa aplikasi, tetapi aplikasi tersebut hanya menjalankan satu fungsi. 

“Aplikasi-aplikasi tersebut tidak terintegrasi dan tidak sinkron satu sama lain. Kalau sudah berorientasi pada pengguna, maka masyarakat sebetulnya cukup mengakses satu portal informasi yang didalamnya bisa untuk mengakses layanan kependudukan atau kesehatan atau layanan lainnya,” jelas Zidny. 

Zidny melanjutkan berdasarkan temuan penelitian terdapat 2.000 lebih pelanggaran aksesibilitas dari sampel 34 website pemerintah provinsi di Indonesia. Isu aksesibilitas yang sering dilanggar meliputi rendahnya kontras warna, tautan kosong, dan gambar yang tidak memiliki alternatif teks. 

Sementara di negara lain, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, telah memiliki pedoman aksesibilitas yang telah diimplementasikan sejak tahun 1990-an. Negara-negara tersebut juga melakukan audit dan evaluasi secara sistematis untuk memastikan semua website maupun aplikasi baik di sektor pemerintah maupun sektor swasta bisa diakses oleh semua, termasuk disabilitas. Apabila menemukan pelanggaran, pihak terkait akan menerima denda. Namun, kebijakan serupa belum ada di Indonesia.

Sejalan dengan presentasi Zidny, Mahalli, staf aksesibilitas Subdirektorat Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya memaparkan pentingnya menciptakan lingkungan sosial yang inklusif. Menurut Mahalli, para pemangku kepentingan perlu menghilangkan asumsi mengasihani disabilitas dan menanamkan pola pikir bahwa menyediakan aksesibilitas digital bukanlah suatu pilihan, melainkan menjadi kewajiban. “Pemangku kepentingan perlu melibatkan disabilitas dalam pengembangan aplikasi dan website,” tegasnya. 

Hal ini telah ia terapkan ketika memberi pelatihan membangun layanan yang aksesibel kepada pengelola website di tempat kerjanya. Mahalli juga berpesan kepada penyandang disabilitas untuk meningkatkan literasi terkait pengetahuan teknologi bantu seperti pembaca layar dan lain-lain untuk mengakses konten digital. Disisi lain, tambahnya, keberadaan teknologi tidak akan menghapus hal-hal yang bersifat fundamental seperti bahasa isyarat yang akan tetap dibutuhkan oleh teman tuli untuk memahami informasi.

Baca Menuju Aksesibilitas Digital melalui Inklusi Sosial bagi Disabilitas – Suarise Indonesia

Memahami Perspektif Disabilitas dalam Aksesibilitas Digital

Dalam kesempatan berbeda, Suarise menggelar rangkaian GAAD 2024 melalui diskusi bersama sejumlah komunitas disabilitas untuk lebih jauh memahami soal aksesibilitas, baik aksesibilitas fisik maupun aksesibilitas digital. Kegiatan yang diselenggarakan via Instagram LIVE bareng Suarise ini menghadirkan perwakilan komunitas SilangID dan Accessible Leisure.

Bagja Prawira, Co-Founder SilangID dalam sharing session 16 Mei lalu menuturkan bahwa teman Tuli menggunakan bahasa isyarat ketika menjalani aktivitas sehari-hari. Bagi teman tuli, bahasa isyarat telah menjadi budaya berkomunikasi. Namun, tidak semua teman Tuli hanya mengandalkan bahasa isyarat ketika berkomunikasi. Sebaliknya, ada beberapa teman Tuli yang memahami bahasa Indonesia atau sejenisnya dalam berkomunikasi.

Dalam mengakses teknologi, Bagja mengungkapkan bahwa teman Tuli yang memahami bahasa Indonesia secara umum menggunakan fitur closed caption, tetapi bagi teman Tuli yang tidak paham maka peran juru bahasa isyarat (JBI) sangat dibutuhkan. JBI berperan penting untuk mentransfer informasi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa isyarat. “Keberadaan closed caption tetap bermanfaat bagi teman Tuli sebagai sarana belajar kosa kata baru dan struktur kalimat,” ungkap Bagja.

Disisi lain, Revin Leo, content writer tunanetra Suarise menceritakan kendalanya ketika menemukan konten gambar. Meskipun para pengembang teknologi telah menyediakan fitur alternatif teks agar tunanetra bisa menerima informasi berbentuk visual, tetapi menurutnya masih belum banyak orang yang memanfaatkan fitur tersebut secara optimal.

Padahal alternatif teks berfungsi untuk mendeskripsikan isi informasi dalam gambar. Namun, alternatif teks kerap absen dari konten-konten gambar yang diunggah pada media sosial. Dalam sharing session tersebut, Revin mengajak masyarakat memberikan alternatif teks sebelum mengupload konten ke media sosial. “Kalau postingan ada alternatif teks-nya, aku jadi langsung paham apa maksud gambarnya. Contoh postingan suarise pada acara ini ada al teks, Dalam memperingati Global Accessibility Awareness Day (GAAD) Collaborative Sharing Session with Silang ID,” tutur Revin.  

Fitur aksesibilitas lain yang dapat membantu tunanetra menurut Revin yakni keberadaan fitur audio description pada konten video. Revin mengungkapkan bahwa fitur audio description membuatnya lebih paham ketiga ada adegan non dialog (mimik wajah, tindakan aksi, dan sebagainya) saat menonton film yang tidak dijelaskan secara gamblang dalam dialog pada salah satu layanan streaming. 

Informasi yang bisa diakses oleh teman netra dan teman tuli dapat berdampak terhadap kemandirian mereka. Namun realitanya belum semua informasi yang dibutuhkan disabilitas tersedia. Salah satunya informasi mengenai aksesibilitas suatu tempat. Permasalahan ini menjadi topik bahasan lain dalam sharing session via Instagram Live Suarise bersama Accessible Leisure pada 18 Mei lalu.

Maudita Zobritania, founder Accessible Leisure menjelaskan bahwa minimnya informasi mengenai aksesibilitas fisik suatu tempat seperti akses tangga, ruang untuk kursi roda, dan akses kamar mandi menjadi tantangan disabilitas ketika akan mengadakan aktivitas bertemu secara tatap muka. Umumnya informasi yang tersedia di internet hanya terbatas pada aspek estetika tempat tersebut. 

Permasalahan ini terjadi pada sebagian besar tempat di Indonesia termasuk di wilayah Jakarta dan Bali. Akibatnya pengunjung disabilitas harus menghubungi pihak pemilik tempat secara manual untuk menanyakan apakah tempat tersebut aksesibel atau tidak sebelum berkunjung. “Seharusnya semua pemilik tempat menyediakan informasi aksesibilitas, sehingga memudahkan disabilitas dalam menentukan lokasi kegiatan. Hal lain yang bisa dilakukan penyedia layanan adalah memberi pelatihan kepada para staf tentang cara mendampingi disabilitas dari semua kalangan,” jelas Zo.

Secara teknis, Zo dan Iin Kurniati, Public Relations Suarise sepakat bahwa regulasi yang mengatur hal tersebut sudah ada, tetapi belum terlaksana secara optimal. Khusus ranah digital, Iin melihat ketiadaan pedoman aksesibilitas mengenai bagaimana cara membuat website atau aplikasi yang aksesibel menjadi kendala bagi pengembang di Indonesia. 

Suarise menjawab masalah ini tersebut dengan terlibat bersama Kementerian Kominfo dalam merancang pedoman aksesibilitas digital. Sasaran awal pedoman ini yakni kalangan Pemerintah yang kerap memberikan layanan publik. Pemerintah dituntut memiliki layanan digital terutama layanan berbentuk website yang mudah diakses disabilitas. Setelah itu, baru ke depan Pedoman ini diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain, termasuk sektor industri untuk menerapkan hal serupa pada organisasinya.

Pedoman aksesibilitas digital tentang bagaimana merancang website ini penting diketahui semua orang. Oleh karena itu, selain ikut terlibat dalam perancangan pedoman, Suarise turut menyosialisasikan pedoman ini kepada berbagai kalangan. Salah satu target implementasi dari Pedoman ini yakni pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan website atau aplikasi, diantaranya para pengembang teknologi. 

Guna memberi pemahaman dan pengetahuan mendalam soal aksesibilitas Suarise baru saja menyelesaikan penyelenggaraan A11y (Accessibility) Bootcamp pertama di Indonesia. Bootcamp ini merupakan workshop intensif soal aksesibilitas digital selama tiga bulan yang dilaksanakan secara hybrid sejak Januari hingga April 2024. 

Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 40 orang berlatar belakang UI/UX designer, UX  research  UX writer, Web and App developer dari Jabodetabek, Malang, dan Yogyakarta menjadi titik awal Pelaksanaan GAAD 2024. Kegiatan ini ditutup dengan hasil akhir berupa pengujian aksesibilitas digital dari sepuluh website berbagai sektor yang melibatkan teman-teman disabilitas. Temuan ini ke depan akan menjadi Temuan ini akan menjadi bahan advokasi kepada para pemangku kepentingan.

Kegiatan Accessibility Bootcamp didukung oleh hibah dari Information Society Innovation Fund (ISIF Asia) dan APNIC Foundation. Acara ini juga terselenggara berkat kerja sama dengan Algobash, serta media dan community partner bersama UXID Bandung, Design Rant, dan Ruang Gerak. Selain itu, khusus pada penyelenggaraan kegiatan penutup A11y Bootcamp, Kami didukung oleh Apple Developer Academy selaku venue supporting.

Tentang Penyelenggara

Suarise adalah perusahaan sosial independen yang fokus mempromosikan yang memungkinkan kesamaan akses dan kesempatan bagi orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunanetra) di industri digital dan platform online. Sejak didirikan pada 2017, Suarise menyediakan tiga layanan utama. Pertama, memberikan pelatihan vokasi terkait teknologi digital bagi tunanetra dan low vision agar dapat bekerja secara independen maupun sebagai tenaga tetap dalam perusahaan.

Kedua, Suarise membuka konsultasi dan riset aksesibilitas digital, serta persiapan onboarding bagi perusahaan yang akan mempekerjakan disabilitas, khususnya tunanetra dan low vision. Ketiga, Suarise menyediakan jasa penulisan konten digital yang dilakukan para talents Suarise tunanetra dan low vision. Suarise juga memprakarsai a11yID, komunitas Indonesia pertama untuk orang-orang dengan latar belakang teknologi yang ingin mengeksplorasi lebih banyak tentang aksesibilitas digital.

ISIF adalah singkatan dari The Information Society Innovation Fund (ISIF Asia) ISIF ASIA adalah organisasi nirlaba yang fokus mendukung dan mempercepat penggunaan dan pengembangan internet untuk kepentingan sosial di seluruh dunia. Organisasi ini memberikan dukungan keuangan dan teknis kepada proyek-proyek inovatif yang berupaya meningkatkan akses, keamanan, privasi, dan manfaat sosial dari internet. Suarise mendapat dukungan pendanaan penuh ISIF dalam program be The A11y Project yang meliputi A11y Bootcamp, A11y Empathy Lab Pop Up Experience, A11y Design Challenge, dan Accessibility Issue Submission Challenge. 

 

Kontak Suarise: 

Iin Kurniati 

Public and Government Relations Suarise 

Email: [email protected] 

Website: http://suarise.com

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Webminar: Aksesibilitas Website

960 540 suarise

Awal Mei lalu, Suarise berkesempatan untuk berbagi seputar aksesibilitas website ke khalayak front-end developer di komunitas wwwid dalam acara Livecamp.

Simak Aksesibilitas Website, Performa dan Manfaat bagi Seluruh Lapisan Masyarakat di video di bawah ini:

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
Gambar satu buah emas batangan 10 gram

Aksesibilitas Tabungan Emas di Pegadaian Luring vs Pegadaian Daring

400 300 Iin Kurniati

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengenal tentang tabungan emas Pegadaian dari suatu obrolan bersama teman-teman tunanetra. Siang itu beberapa teman tunanetra sedang mengobrol di lobi Yayasan Mitra Netra.

“Eh, gua udah cetak emas lima gram lho.. nih mau pegang nggak?” tukas Opi, seorang penyandang low vision.

“Mana, gua mau pegang dong,” serempak tiga orang tunanetra yang duduk di sekitar Opi pun mengarahkan tangan mereka ke arah suara Opi.

“Sabar dong, satu-satu. Awas, jangan sampai hilang ya.”

Ketiga tunanetra itu pun bergiliran meraba kepingan emas tersebut. 

“Wow, begini toh bentuk emas lima gram itu… Keren!” Kata salah seorang di antaranya sambil meraba kepingan emas milik Opi.

“Makanya, kalo elu-elu pada kepengen punya emas kayak gini, bukan tabungan emas dong di Pegadaian!”

ilustrasi bentuk tabungan emas batangan

ilustrasi bentuk tabungan emas batangan

Bagi para pembaca awas, yaitu non-tunanetra, mungkin percakapan di atas menimbulkan beragam reaksi. Wah, hebat ya, tunanetra juga punya tabungan emas! Ngapain tunanetra punya tabungan emas? Mana bisa tunanetra nabung emas?

Pada kenyataannya, saat ini ada banyak tunanetra yang sudah mandiri secara finansial serta ingin menabung atau berinvestasi. 

Umumnya, teman-teman tunanetra menabungkan uangnya di bank. Masih ada banyak bank yang belum menyediakan akses pelayanan online banking yang ramah terhadap tunanetra. Namun, berkat advokasi dari lembaga-lembaga yang peduli terhadap tunanetra, kini bank-bank pun memperbaiki layanannya secara bertahap.

Selain itu, dengan adanya pembekalan dan pendidikan keuangan bagi tunanetra, teman-teman tunanetra pun jadi semakin melek teknologi. Teman-teman tunanetra juga menyadari perlunya berinvestasi demi masa depan yang lebih baik. Salah satu instrumen investasi yang saat ini banyak diminati oleh tunanetra adalah tabungan emas.

Mendengar cerita beberapa orang tunanetra yang berhasil membuka tabungan emas di Pegadaian, saya pun jadi kepincut.

Sebelum memutuskan untuk membuka tabungan emas di Pegadaian, saya pun bertanya kepada beberapa teman tentang tantangan saat membuka tabungan emas di Pegadaian. Apa saja hal-hal yang perlu disediakan atau dibawa saat membuka tabungan? Apakah perlu pendamping? Hal-hal ini jadi panduan saya untuk meminimalisir hambatan yang timbul dalam proses pembukaan tabungan emas. Buat saya, akan menyulitkan jika sampai harus bolak-balik hanya gara-gara ada satu hal kecil yang tertinggal. Apalagi saya merasakan betul perlunya seorang pendamping awas yang bisa dipercaya untuk suatu proses yang bersifat pribadi, seperti yang menyangkut keuangan ini.

Baca tulisan Deasy Junaedi lainnya di sini

Kenapa saya memilih untuk membuka tabungan emas?

Konon katanya, emas logam mulia merupakan salah satu instrumen keuangan paling tua yang ada di dunia. Hampir semua orang mengenal instrumen ini untuk tujuan investasi atau dana darurat. Nilainya pun cenderung stabil dan lebih menguntungkan jika disimpan dalam jangka waktu yang lama.

Setidaknya itu adalah sedikit dari banyak manfaat menabung emas yang saya ketahui.

Kenapa saya memilih untuk menabung emas di Pegadaian? 

Sebenarnya sekarang kan sudah ada banyak instansi perbankan dan e-commerce yang memiliki fasilitas tabungan emas. Bisa saja saya membeli emas fisik untuk disimpan.

Terus terang, selain karena faktor kepincut itu tadi. Sebelumnya saya tidak pernah terpikir untuk memiliki tabungan emas. Namun, saya berubah pikiran setelah tahu bahwa proses pembukaan tabungan emas di Pegadaian mudah dan biaya pembukaannya pun terjangkau.

Sekadar info, biaya pembukaan rekening yang harus dibayar adalah Rp10.000 dan  Rp30.000 untuk biaya fasilitas titipan emas (per satu tahun).  Biaya tersebut belum termasuk biaya meterai saat mengisi formulir pembukaan rekening. Silakan baca info lengkap tentang tabungan emas di laman web Pegadaian ini.

Pada praktiknya, saya memang tidak mengalami kesulitan saat membuka rekening tabungan emas di Pegadaian yang ada di kota kediaman saya, Sukabumi. Pelayanan yang diberikan pun sangat ramah dan membantu. 

Saat itu saya didampingi teman, sepasang suami istri non-tunanetra yang sudah memiliki tabungan emas di Pegadaian. Mereka pun seringkali menawarkan bantuan untuk menemani saya jika ingin ke Pegadaian.

Maka berangkatlah saya berbekal fotokopi KTP, meterai senilai Rp6.000, uang sejumlah Rp500.000 untuk saldo awal, dan biaya pembukaan rekening. Saya didampingi teman saat menandatangani formulir pembukaan. Proses pembukaan rekening tabungan emas Pegadaian secara luring pun berjalan cepat, mudah dan lancar. Saya langsung menerima buku tabungannya.

Menjajal Layanan Tabungan Emas Pegadaian Via Aplikasi

Setelah itu, pegawai Pegadaian yang melayani saya menjelaskan tentang aplikasi Pegadaian Digital di smartphone. Jika mengunduhnya saat membuka rekening tabungan emas, kita akan mendapatkan saldo bonus Rp50.000 ke dalam rekening tabungan emas kita. Tawaran yang menarik, maka saya mengunduh aplikasi Pegadaian Digital.

Saya sudah memakai smartphone dan sejauh ini tidak mengalami kesulitan untuk mengakses aplikasi perbankan yang saya miliki. Saya berkeyakinan bahwa aplikasi Pegadaian Digital ini akan mudah diakses. Kemudian, saya meminta bantuan pegawai tersebut untuk mengunduh aplikasi Pegadaian Digital di ponsel Android Xiaomi Redmi 5A yang saya gunakan. Setelah kelar, saya lekas pulang tanpa meminta bantuan pegawai itu mengajarkan cara menggunakan aplikasi Pegadaian Digital.

Sesampainya di rumah, saya langsung mencoba menggunakan aplikasi tersebut. Namun, sangat disayangkan, ada banyak tombol di Pegadaian Digital yang tidak bisa diakses dan tidak terbaca oleh Talkback, fitur pembaca layar bawaan dari OS Android.

Penasaran, saya pun bertanya kepada teman-teman tunanetra yang sudah membuka tabungan emas di Pegadaian mengenai aplikasi Pegadaian Digital. Ternyata tak satu pun dari mereka yang mengunduh aplikasi tersebut karena katanya memang tidak bisa diakses.

Pegadaian Luring Oke, Pegadaian Daring Tidak Oke

Ah, sayang sekali! Pelayanan Pegadaian secara luring sih sudah oke, tetapi Pegadaian daring sama sekali tidak oke! Padahal katanya semua proses jual beli emas bisa dilakukan secara online tanpa perlu datang ke unit atau kantor. Katanya memungkinkan nasabahnya untuk melakukan investasi emas di mana saja, kapan saja, dan dari mana saja.

Keberadaan Pegadaian daring seharusnya sangat membantu nasabah baik yang awas maupun kaum disabilitas pada umumnya dan tunanetra pada khususnya. Seandainya aplikasi Pegadaian Digital ini bisa diakses akses bagi tunanetra, privasi tunanetra pun akan terjamin karena mereka bisa mengecek saldo emasnya secara mandiri.

Saya berharap pihak Pegadaian dapat memperbaiki layanan daringnya menjadi bisa diakses bagi tunanetra. Bukan tunanetra saja yang diuntungkan loh, Pegadaian juga bisa meluaskan jaringan nasabahnya. Selain itu, tentunya Pegadaian mendapatkan kredibilitas yang baik sebagai salah satu perusahaan yang bisa diakses dan aman bagi siapapun.

Ditulis oleh Deasy Junaedi, VIP Talent Suarise 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

gambar troli di tengah rak supermarket

Rekomendasi Aplikasi Belanja Minimarket Online Untuk Tunanetra

3024 4032 suarise

Teknologi pembaca layar pada smartphone saat ini memudahkan tunanetra untuk melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Mulai dari memesan makanan siap santap hingga kebutuhan transportasi, semua  bisa dilakukan secara online. Begitu pun dengan bahan makanan dan belanja bulanan lainnya, tunanetra juga bisa memesan secara mandiri salah satunya melalui aplikasi minimarket online. 

Sayangnya, tidak semua aplikasi minimarket online tersebut bisa diakses dan nyaman untuk digunakan oleh pengguna tunanetra. Lalu, dari sekian banyak aplikasi yang beredar, mana yang merupakan aplikasi belanja supermarket online yang bisa diakses oleh tunanetra?

Nah, kali ini gue akan mencoba untuk mengulas beberapa aplikasi minimarket online dari sudut pandang pengguna tunanetra. Sebagai catatan, perangkat yang digunakan pada review ini adalah iPhone 7 Plus dengan sistem operasi iOS 13.4.1. Sementara untuk pembaca layar yang digunakan adalah VoiceOver yang merupakan pembaca layer bawaan dari iPhone.

Baca Juga Cara Mengaktifkan Pembaca Layar Voice Over di iPhone/iPad

Dari semua aplikasi belanja minimarket online yang ada, gue pilih dua aplikasi yang menurut gue paling populer dan memiliki jumlah gerai terbanyak di Indonesia. Kedua aplikasi tersebut adalah AlfaGift dari Alfamart dan KlikIndomaret dari Indomaret. 

Bagaimana hasilnya ya? Apakah keduanya cukup mudah diakses dan nyaman digunakan oleh tunanetra? Yuk, simak review aplikasi belanja minimarket online ala tunanetra berikut ini!

Gambar troli belanja

Mana yang lebih mudah diakses tunanetra: Alfamart atau Indomart?

AlfaGift, Versi 4.0.14, Minimarket Online dari Alfamart

Pertama membuka aplikasi AlfaGift, semua informasi di halaman utama dapat terbaca dengan cukup jelas oleh VoiceOver. Begitu pun untuk kelima tab yang ada di bagian bawah, yaitu  Home, Product, Basket, Promo, dan More, semuanya terbaca dengan jelas.

Setelah melakukan sedikit screening, gue langsung saja mencoba untuk membuat akun agar dapat melakukan pembelian. Proses pembuatan akun cukup mudah. Berikutnya, gue coba memilih tombol Shop Now dan melakukan pencarian barang yang dibutuhkan dengan menekan tombol Search, kemudian mengetikkan nama barang yang dicari. Hasilnya, VoiceOver dapat membacakan dengan jelas semua produk yang muncul pada hasil pencarian. Tak hanya terbaca, proses pemilihan barang dan jumlah yang diinginkan pun dapat dilakukan dengan mudah. Namun entah kenapa, beberapa kali tombol Back untuk kembali ke halaman sebelumnya setelah melakukan pencarian sempat tidak terbaca. Tidak selalu, hanya beberapa kali saja gue mengalami hal ini. 

Lanjut ke tahap berikutnya, yaitu untuk pengisian alamat dan cara pembayaran. Tidak ada masalah untuk pemilihan cara pembayaran, walaupun interface-nya agak membingungkan untuk pembaca layar.

Masalah muncul ketika melakukan pengisian alamat. Untuk pengisian berupa text seperti Label, Alamat Lengkap, dll sebenarnya tidak ada masalah. Masalahnya, aplikasi AlfaGift mengharuskan pengguna untuk melakukan pointing atau menempatkan pin di titik alamat, yang mana ini tidak mungkin dilakukan oleh pembaca layar. Pada tahap ini gue terpaksa meminta bantuan orang awas (non-tunanetra) untuk menempatkan pin pada alamat yang sesuai. Setelah masalah pin ini selesai dan data alamat tersimpan, gue bisa dengan mudah menggunakan aplikasi AlfaGift untuk melakukan pemesanan berikutnya. 

Baca juga tulisan Reza Akbar (Ega) lainnya di sini

KlikIndomaret, Versi 2003100, Minimarket Online dari Indomaret

Pertama membuka aplikasi KlikIndomaret, perasaan gue langsung tidak enak. VoiceOver langsung membacakan semua informasi yang tampil pada layer tanpa bisa dikendalikan, dan hal ini bukanlah pertanda baik. Benar saja, setelah mencoba berbagai cara, gue tetap tidak bisa melakukan apa-apa pada aplikasi KlikIndomaret ini.

Testing Langsung belanja online bareng Tunanetra

Kesimpulan

Setelah membandingkan aplikasi AlfaGift dengan KlikIndomaret, gue menobatkan aplikasi AlfaGift sebagai aplikasi belanja supermarket online yang lebih bisa diakses untuk tunanetra. Walaupun ada sedikit masalah, tapi menurut gue masalah tersebut termasuk kategori minor yang masih bisa ditoleransi. Sementara untuk KlikIndomaret, sama sekali tidak dapat digunakan oleh pengguna tunanetra.

Dengan adanya review ini, gue berharap dapat membuka mata para pengembang aplikasi bahwa selalu ada kemungkinan aplikasi buatan mereka akan digunakan oleh tunanetra. Untuk itu, ada baiknya pengembang aplikasi mengetahui dan mempelajari bagaimana pembuatan aplikasi yang bisa diakses dengan pembaca layar agar dapat bermanfaat untuk teman-teman tunanetra. 

Baca dan tonton juga Aksesibilitas Aplikasi Ojek Online.

Nah, sekian review aplikasi belanja supermarket online ala tunanetra. Suka dengan review ini? Jangan lupa share review dan informasi ini ke teman, sahabat, dan keluarga kalian, ya!

Ditulis oleh Moh. Reza Akbar Ardiansah, VIP Talent Suarise

Cek tulisan Ega dan content writer tunanetra lainnya di talents.suarise.com

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia

Cara Mengaktifkan Screen Reader Pada iPhone & iPad

150 150 Rahma Utami

Perangkat Apple, baik itu iPhone, iPad, maupun Macbook, memiliki beragam fitur aksesibilitas yang membuat gadget ini sangat ramah terhadap pengguna difabel dari berbagai macam kondisi. Salah satu contoh assistive teknologi yang digunakan adalah screen reader. Pada perangkat Apple baik iPhone iPad ataupun Mac, screen reader yang digunakan adalah VoiceOver. VoiceOver ini tidak perlu diinstal dan sudah tersedia di dalam perangkat secara gratis. Cara mengaktifkan VoiceOver di iPhone pun terbilang mudah.

Sebelum mengaktifkan fitur VoiceOver di iPhone atau iPad, ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan dan diatur terlebih dahulu agar nantinya memudahkan untuk melakukan simulasi screen reader bagi orang-orang yang belum terbiasa menggunakan screen reader.

Hal yang harus diperhatikan sebelum mengaktifkan screen reader di Apple

Sebagai catatan gestur penggunaan layar saat screen reader diaktifkan akan mengalami penyesuaian. Diantaranya:

  • Tap diganti menjadi klik dua kali
    Untuk mengaktifkan suatu tombol atau kontrol tidak bisa hanya dengan satu kali klik saja melainkan dengan double klik atau ketuk layar 2 kali.
  • Scroll dengan tiga jari
    Untuk scroll halaman, tidak bisa menggunakan 1 jari yang di usap atas bawah, melainkan dengan menggunakan tiga jari yang diletakkan di layar ganti sapu secara vertikal
  • Tap untuk baca
    Screen reader tidak membaca layar otomatis, melainkan fokus screen reader (ditandai dengan outline hitam) harus digerakan ke elemen/tulisan yang ingin dibaca.

Dan untuk menggerakkan dari satu tulisan atau dari satu kalimat, atau dari satu menu ke menu lainnya bisa menggunakan salah satu dari ketiga cara berikut:

  • Menempelkan 1 jari ke layar dan dengan menggunakan gesture kiri ke kanan atau kanan ke kiri. Gerakan dari kiri ke kanan artinya menuju komponen berikutnya. Sedangkan gerakan dari kanan ke kiri artinya menuju komponen sebelum. Ini adalah geser default atau linear.
  • Menyentuhkan jari dimana saja, di atas komponen atau hal yang ingin dipilih atau dibaca. Catatan, ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang masih memiliki daya lihat karena untuk menyentuhkan jari tepat diatas posisi hal yang ingin dibaca membutuhkan kemampuan melihat
  • Menyentuhkan jari ke atas layar dan tidak mengangkat sama sekali sampel digerakkan ke berbagai daerah di layar. Voice over akan menyebutkan apapun yang dilalui oleh jari.

Nah, setelah ini semoga ga kaget, makawaktunya untuk mengaktifkan Voicover di perangkat Applenya langsung. Tulisan ini menggunakan tangkapan layar iPad ya.

Cara mengaktifkan fitur screen reader pada iPhone

Untuk mengaktifkan voice over atau screen reader pada iPhone, silakan ikuti tahap-tahap di berikut ini:

  1. Buka setting atau sistem referensi pada perangkat Apple.
  2. Cari settings bagian General atau Umum jika menggunakan bahasa Indonesia. Klik.
  3. Cari menu accessibility atau aksesibilitas di bawah section general. Contoh kali ini menu tersebut terletak pada urutan ke-6 setelah About. Klik.
    Screen shot saat General settings di klik
    Di dalam sub menu accessibility ada berbagai macam pilihan. Seluruh pilihan ini untuk memfasilitasi berbagai kondisi dari berbagai latar belakang disabilitas, tidak hanya untuk keterbatasan visual saja.
  4. Karena artikel ini fokus untuk mengaktifkan screen reader, maka pilih opsi paling atas yaitu voice over. Jika belum diaktifkan maka toggle sebelah kanan akan memiliki tulisan off. Klik VoiceOver.
    Screenshot setting aksesibilitas di iPad
  5. Klik VoiceOver di halaman pilihan fitur aksessibilitas tidak langsung mengaktifkan screen reader pada iPhone. Jadi untuk mengaktifkannya, klik pada tombol toggle sebelah kanan tulisan voice over sehingga berubah dari tulisan O dan berwarna pucat, menjadi warna hijau dan tulisannya berubah menjadi I.
    Screenshot setting VoiceOver di iPad

Setelah VoiceOver diaktifkan, iPhone atau iPad akan langsung berbunyi “VoiceOver on”.

Pengaturan yang sebaiknya dilakukan sebelum mengaktifkan Screen Reader

Sebelum kita mengaktifkan voice over, ada baiknya melakukan setting beberapa setting ini terlebih dahulu:

Screenshot setting VoiceOver di iPad yang harus diatur sebelum mengaktifkan voiceover

  • Speaking Rate
    Seorang tunanetra umumnya menggunakan speaking rate yang sangat cepat sehingga seringnya tidak tertangkap orang awas. Tapi hal ini bisa diatur. Hanya dengan menggeser kiri-kanan pada bagian speaking rate, maka kecepatan VoiceOver bisa disesuaikan dengan kapasitas pengguna. Geser ke kiri untuk mengurangi kecepatan, geser ke kanan untuk mempercepat. Untuk mengetahui kecepatannya, VoiceOver harus dinyalakan terlebih dahulu. Namun, agar aman, sebelum mengaktifkan VoiceOver, untuk yg belum terbiasa bisa menempatkan pengaturan di posisi tengah, ataupun posisi dimanapun di sisi kiri.
  • Typing Style
    Pada bagian typing style saat menjadi Direct touch typing. Hal ini berguna agar pada saat virtual keyboard muncul, kita dapat mengetik seperti umumnya dengan cara langsung klik huruf di keyboard. Jika ini tidak dipilih, maka untuk menginput setiap alfabet dalam keyboard, kita harus klik 2 kali disetiap tombol huruf/tandabacanya.
  • Double-tap Timeout
    Pastikan double-tap timeout tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Normalnya ini diset 0,25 detik

Tambahan pengaturan: Accessibility Shortcut.

Accessibility Shortcut berguna agar memudahkan untuk mengaktifkan fitur aksesibilitas tanpa harus membuka setting setiap saat. Berikut ini cara untuk menambahkan Accessibility Shortcut.

  1. Kembali ke menu aksesibilitas atau accessibility, scroll ke bagian yang paling bawah yaitu Accessibility shortcut.
    Screenshot posisi opsi accessibility shortcut di iPad
  2. Pilih VoiceOver hingga ada tanda centang biru di sebelah kirinya.
    Screenshot saat VoiceOver dipilih di Accessibility Shortcut
  3. Selanjutnya, kita keluar dari menu accessibility, dan mulai pengaturan pada menu Control Center yang posisinya tepat setelah opsi General.
    Screenshot Control Center - Costumise Control
  4. Pilih customize control, dan tambahkan accessibility shortcut ke dalam pilihan yang ada di sebelah atas. Caranya adalah dengan menekan tombol +.
    Screenshot Control Center saat Accessibility Shortcut belum dipilih
  5. Accessibility Shortcut yang tadinya berada di kotak bawah akan otomatis pindah ke kotak bagian atas jika telah aktif. Pastikan bulatan di sebelah kiri Accessibility Shortcut sudah berwarna merah dengan tanda -.

Cara mengaktifkan VoiceOver selain melalui Settings.

Jika semua poin di atas telah di set maka ada beberapa cara mengaktifkan screen reader VoiceOver. Sebelumnya pastikan volume perangkat sudah dinaikkan hingga batas terdengar telinga.

Via Settings

Pergi ke menu jenderal accessibility voice over, geser togel sebelah kanan bagian tuli voice over sehingga berubah dari tulisan o dan berwarna pucat, menjadi hijau dan tulisannya berubah menjadi I.

Jika ingin mematikan voice over dari cara yang ini, maka ketuk 2 kali di tempat yang sama hingga togel yang hijau berlabel i berubah menjadi putih berlabel o

Via Control Center

Melalui control Center atau yang biasanya setting untuk membuat layar lebih gelap atau lebih terang, klik pada tombol aksesibilitas yaitu tombol yang yang bergambar badan manusia di dalam lingkaran.

Pilihan voice over akan keluar klik hingga centang putih muncul di sebelah kiri tulisan Voice Over.

Untuk memberhentikan voice over dari shortcut yang sama klik 2 kali pada voice over hingga centangnya menghilang.

Via tombol fisik

Cara lainnya adalah dengan menggunakan tombol fisik, yaitu tombol home (tombol bulat yang berlokasi di bagian bawah iphone), atau tombol power pada iPhone X.

Caranya tekan dengan cepat 3 kali tombol home di bagian bawah iPhone pada generasi iPhone lama, atau tekan 3 kali dengan cepat tombol power pada iPhone X. Jika fitur aksesibilitas yang dipilih pada shortcut hanya voice over, maka tanpa perlu memilih apa-apa voice over langsung aktif.

jika fitur aksesibilitas yang dipilih lebih dari satu atau tidak hanya voice over saja, maka akan muncul dialog atau pop up pilihan fitur aksesibilitas mana yang ingin diaktifkan. Jika hal ini terjadi pada perangkat anda klik pada bagian voice over hingga muncul tanda centang biru di sebelah kanan tulisan voice.

Setiap cara mengaktifkan voice over yang disebutkan di atas bisa dinonaktifkan dengan salah satu teknik diatas pula. Yang tidak harus sama dengan proses mengaktifkannya. Sebagai contoh voice over diaktifkan dengan pilihan a A tapi dinonaktifkan dengan cara C.

Nah, sekarang kamu sudah siap untuk menggunakan screen reader di iPhone!

Mengenai bagaimana tunanetra mengoperasikan sosial media dengan menggunakan screen reader, silakan cek video Youtube ini.

Selamat mencoba dan jangan lupa tambahkan altex di setiap gambar yang kamu unggah baik di blog website ataupun sosial media juga tagar #BisaDiakses kalau sudah.

Terima kasih telah berpartisipasi untuk membuat digital platform semakin inklusif bagi semua orang dari berbagai kalangan.

.

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia
ilustrasi pria memegang kartu prakerja

Situs Kartu Prakerja, Apakah Aksesibel Bagi Tunanetra?

1181 949 Juwita Maulida

Sejak 11 April 2020, pemerintah telah meluncurkan Program Kartu Prakerja. Dikutip dari situs resminya, Program Kartu Prakerja merupakan bantuan biaya pelatihan bagi masyarakat Indonesia yang ingin memiliki atau meningkatkan keterampilannya. Di tengah dampak ekonomi imbas COVID-19, program ini menjadi harapan bagi mereka yang  kehilangan pekerjaan, tak terkecuali penyandang tunanetra. 

Apakah situs Kartu Prakerja aksesibel untuk penyandang tunanetra? Yuk cari tahu lebih lanjut di ulasan berikut!

Langkah Pertama – Pembuatan Akun Kartu Prakerja

Langkah awal saat kita ingin mengakses Program Kartu Prakerja adalah membuat akun. Pertama, kunjungi website Program Kartu Prakerja, dan cari tautan “daftar sekarang. Kemudian kita harus mengisi alamat email dan password. Selanjutnya, kita wajib mencentang persetujuan kebijakan privasi serta syarat dan ketentuan, sebelum menekan tombol “daftar”. 

Pada tahap ini, penyandang tunanetra dapat mendaftar secara mandiri menggunakan perangkat laptop atau ponsel pintar yang dilengkapi software pembaca layar. Form pengisiannya pun cukup sederhana dan bisa diakses untuk pembaca layar. Sebagai catatan, ketika kita telah menekan tombol “daftar”, server akan mengirimkan email untuk melakukan verifikasi. Cara ini juga lebih mudah dibandingkan jika penyandang tunanetra harus mengisi kode verifikasi yang kadang berbentuk gambar atau grafik.

Baca juga tulisan Juwita lainnya di sini

Langkah Kedua – Verifikasi KTP

Tahap berikutnya adalah verifikasi KTP. Terdapat  dua kolom pengisian yang harus diisi, yaitu kolom nik KTP dan tanggal lahir. Untuk verifikasi KTP, kita harus memasukkan 16 digit angka NIK. Sedangkan untuk tanggal lahir, kita bisa mengedit tanggal yang tertera pada kolom. Misal  “13-10-1988”. Setelah kita mengetikkan tanggal lahir, akan muncul beberapa pilihan yang harus kita “enter”. Misalnya “Kamis, 13 oktober 1988”. 

Untuk verifikasi KTP pada Program Kartu Prakerja, sebaiknya dilakukan menggunakan perangkat komputer. Berdasarkan pengalaman pribadi, sering terjadi kesalahan saat memilih tanggal lahir ketika menggunakan smartphone. Misalnya, ketika sudah memilih opsi “Kamis, 13 Oktober 1988,” justru yang tercantum “Rabu, 12 Oktober 1988”, sehingga muncul keterangan “data tidak valid”. Namun, saat menggunakan laptop, navigasi dan pemilihan tanggal lahir lebih aksesibel bagi tunanetra. 

 

Langkah Ketiga – Melengkapi Data Diri

Pada tahap ini, penyandang tunanetra mulai menemukan tantangan aksesibilitas pada website Program Kartu Prakerja. Langkah ketiga berkaitan dengan melengkapi data diri. Mulai dari nama lengkap dan alamat sesuai KTP atau alamat domisili. Di bagian form kedua terdapat kolom tentang jenis kelamin, status bekerja, pendidikan terakhir, dan topik pelatihan yang diminati. Secara visual, kedua form ini terbagi menjadi bagian sebelah kiri dan kanan layar. Hal inilah yang menjadikan pengisian form ini kurang aksesibel bagi tunanetra. 

Ketika mencapai akhir form bagian pertama, penyandang tunanetra tidak bisa langsung bernavigasi pada form bagian kedua. Untuk berpindah ke bagian kanan layar, kita harus mengarahkan kursor menggunakan touchpad, baru kemudian dapat bernavigasi dengan tombol “tab”. Untuk diketahui, penyandang tunanetra yang mengoperasikan perangkat komputer yang dilengkapi screen reader selalu bernavigasi dengan tombol-tombol pada keyboard , alih-alih touchpad atau mouse. Di samping kendala bernavigasi, ketika kita berpindah dengan tombol “tab” pada setiap kolom pengisian, title kolom tersebut tidak diberikan keterangan, sehingga kita tidak dapat mengetahui sedang berada pada kolom pengisian dengan judul apa.

Berikutnya, kegiatan mengunggah foto KTP dan swa-foto bersama KTP. Kegiatan ini ternyata cukup merepotkan bagi penyandang tunanetra. dalam pengambilan foto, mereka harus dibantu oleh orang awas. Belum lagi menentukan ukuran foto yang harus disesuaikan, yaitu maksimal 2 mb. Lalu ditambah dengan usaha mengunggah foto yang seringnya tidak berhasil pada percobaan pertama. Sebagai trik, ketika akan mengunggah foto yang telah disesuaikan ukuran file-nya, cobalah mengirimkannya ke WhatsApp, karena dengan mengirimkannya melalui WhatsApp, biasanya ukuran foto akan diperkecil secara otomatis. Berdasarkan pengalaman pribadi, cara ini berhasil dilakukan.

Langkah Keempat – Verifikasi Nomor Handphone

ilustrasi tangan seseorang memegang handphone

Tahap keempat program kartu prakerja dengan verifikasi nomor handphone

Di tahap ini, kita harus mengisi nomor handphone yang aktif. Setelah mengisi pada kolom nomor HP, kita bisa menekan link “kirimkan kode verifikasi”. SMS kode verifikasi akan dikirimkan ke nomor HP yang kita cantumkan dan kemudian kita bisa mengetikkan 6 digit angka di kolom kode verifikasi pada laman Kartu Prakerja. Kode verifikasi yang dikirimkan melalui SMS tersebut, memiliki batas waktu penggunaan selama 15 menit. 

Untuk pengisian verifikasi nomor HP dapat dilakukan secara mandiri oleh penyandang tunanetra. Dengan menggunakan perangkat laptop atau smartphone yang telah di-install software pembaca layar, tahap ini cukup aksesibel bagi tunanetra sama seperti pembuatan akun dan verifikasi KTP.

Langkah Kelima – Mengerjakan Tes

Tahap kelima pada Program Kartu Prakerja adalah mengerjakan tes. Tes ini terdiri dari 18 soal pilihan ganda dengan komposisi tes motivasi diri dan kemampuan dasar. Waktu pengerjaannya adalah 25 menit.

Dari segi aksesibilitas untuk penyandang tunanetra, banyak yang perlu dikoreksi dari tahap kelima program kartu prakerja ini. Pertama, terdapat soal-soal tes yang menyertakan keterangan tabel atau diagram batang. Soal-soal tersebut tidak terbaca oleh screen reader, sehingga penyandang tunanetra harus didampingi orang awas selama mengerjakan tes. 

Kedua, ketika kita memilih opsi jawaban dengan mencentang checkbox, kata “uncheck” pada kotak centang tidak berubah menjadi “check”. Padahal secara visual, jawaban yang kita pilih telah tercentang. Hal serupa juga terjadi pada bagian atas layar yang mencantumkan link-link urutan soal nomor 1 hingga 18. Fungsi link-link tersebut adalah untuk bernavigasi dan memberikan keterangan soal-soal yang sudah atau belum dikerjakan. Secara visual, link soal yang telah dikerjakan akan tercentang. Akan tetapi, lagi-lagi screen reader tidak membacakan tanda centang pada soal-soal tersebut, sehingga bagian ini juga tidak aksesibel bagi tunanetra. 

Poin terakhir adalah tidak adanya “heading” pada tampilan soal. Jika bernavigasi dengan screen reader, bagian paling atas adalah link-link soal, kemudian tampilan soal yang sedang dikerjakan beserta opsi jawabannya. Jika penyandang tunanetra menelusuri dari bagian atas tampilan ini, mereka harus melewati 18 baris link soal untuk menuju soal yang sedang dikerjakan. Dengan adanya “heading” pada soal yang sedang dikerjakan, maka penyandang tunanetra bisa melewati link-link soal dan langsung lompat ke soal yang akan dikerjakan.

Mendapatkan pekerjaan dan mengakses program pemerintah seperti Kartu Prakerja merupakan hak semua WNI, termasuk penyandang tunanetra. Oleh karenanya, segi aksesibilitas pada website program ini dan berbagai situs layanan publik lainnya wajib dipenuhi. Dengan adanya website layanan publik yang bisa diakses bagi tunanetra, maka diharapkan mereka juga mendapatkan akses informasi yang layak. Semoga hal ini bisa menjadi perhatian bagi pemerintah di masa mendatang.

 

Ditulis oleh Juwita Maulida, VIP Talent Suarise

 

Bagikan ke lini masa Anda untuk mendukung iklim inklusif di Indonesia